19.11.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN PENDAHULUAN SEBAGAI REFERENSI SKRIPSI DAN PENELITIAN SSK PIO

Andi Purnawan (19310410002)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Topik

Sampah makanan, pesta pernikahan, penelitian kualitatif.

Sumber

Prasetyo, D.T. (2019). Ada apa dengan pesta pernikahan dan food waste?: Sebuah studi pendahuluan. Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan. 06(02), 87-92.

Permasalahan

Studi terkait perilaku food waste di Indonesia belum ada yang melihat pesta pernikahan sebagai kegiatan manusia yang berpotensi dalam menghasilakan sampah makanan. Faktanya, organisasi nirlaba di Surabaya sering menemukan potensi sampah makanan yang besar di setiap kegiatan pesta pernikahan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku food waste di pesta pernikahan.

Isi

·     Masalah food waste yang kini menjadi isu global, kini tengah dialami oleh Indonesia. Munculnya sampah makanan yang tidak dikelola dengan baik berhubungan pada aspek vital manusia seperti lingkungan, sosial,  maupun  ekonomi. Perilaku  manusia  itu  sendiri  sering  menjadi  pemicu  munculnya  sisa  makanan  dalam kehidupan sehari-hari.

·      Food  waste merupakan istilah yang mengacu pada makanan yang sengaja atau tidak sengaja dibuang mulai dari tahap produksi hingga konsumsi. Definisi tersebut juga menerangkan bahwa sampah makanan tidak dapat menjadi nol. Hal ini dikarenakan sampah makanan dapat terjadi dari elemen yang dapat dimakan maupun tidak dimakan (misalnya kulit, tulang, duri dan sebagainya).

·   Salah satu kegiatan yang memiliki potensi menghasilkan sampah makanan adalah pesta pernikahan. Pesta pernikahan sebagai budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia biasa dikenal dengan istilah hajatan, kondangan, atau kawinan. Perayaan penting tersebut seringkali menimbulkan potensi sampah makanan yang tidak sedikit.

·      Teori yang dapat menjelaskan antesenden dari perilaku food waste adalah theory of planned behaviour. Teori ini memiliki prediksi sebuah perilaku yang dinilai dipengaruhi oleh 3 faktor terkuat yakni sikap, norma, dan kontrol terhadap perilaku. Ketiga faktor tersebut dapat memprediksi munculnya sebuah perilaku melalui peran intensi dari perilaku tersebut. Penggunaan theory of planned behaviour banyak ditemukan pada konteks isu-isu lingkungan. Hal ini memberikan penguatan bahwa theory of planned behaviour dapat menjadi rujukan dalam menganalisis sebuah fenomena atau masalah lingkungan yang berkaitan dengan perilaku manusia.

Metode

·   Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis interpretatif. Tujuannya untuk memahami lebih dalam atas pemaknaan subjektif partisiapan terhadap pengalaman pribadinya.

·   Metode pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur dengan panduan konstruksi theory of planned behaviour.

·       Wawancara dilakukan selama bulan Agustus-September 2018 pada empat pesta pernikahan di daerah Jakarta. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan pengunjung di pesta pernikahan kerabat penulis. Penulis memilih partisipan dalam studi ini dengan cara convenience sampling. Sebelumnya menentukan partisipan, penulis juga melihat secara langsung kemungkinan partisipan menghabiskan makanan mereka atau tidak.

·  Dari total 9 partisipan yang bersedia diwawancarai, semuanya menghasilkan sampah makanan berupa makanan yang masih bisa dimakan (misal daging, nasi, sayuran, sambal, kerupuk, buah, kue). Partisipan juga mengisi inform consent sebelum proses wawancara berlangsung. Dari data yang diolah, diketahui bahwa partisipan dalam  studi ini berusia 23 hingga 25 tahun (Mean = 23, 44 tahun, SD = 0,73 tahun). Mayoritas partisipan adalah perempuan (78%, n=7) dan memiliki latar belakang pendidikan sebagai lulusan sarjana (78%, n=7). Partisipan juga berasal dari 4 etnis yang berbeda di Indonesia.

Hasil

Beberapa faktor yang mempengaruhi individu berperilaku food waste di pesta  pernikahan ialah faktor sikap terhadap perilaku food  waste, norma subjektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Masing-masing faktor tersebut menghasilkan temuan-temuan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Sikap terhadap food waste

Partisipan memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku food waste. Hal ini dapat diketahui dari jawaban partisipan yang cenderung mempersepsikan bahwa individu yang membuang makanan adalah individu yang berperilaku mubazir. Selain perilaku mubazir, sikap negatif yang muncul terhadap perilaku food waste ialah sifat rakus. Para partisipan menilai bahwa individu yang berperilaku food waste di pesta pernikahan adalah individu yang tidak mampu mengendalikan dirinya dalam mengonsumsi makanan yang tersedia.

2. Norma Subjektif

Ketika ditanyakan terkait individu atau kelompok yang dapat menyetujui perilaku food waste, 4 dari 9 partisipan menyatakan adanya teman. Kemudian jawaban partisipan memunculkan dorongan dari orang tua, keluarga besar dan orang lain yang mereka tidak kenal. Selain individu atau kelompok yang menyetujui, partisipan juga ditanyakan individu atau kelompok yang tidak menyetujui perilaku food waste. Hasilnya ternyata hampir sama dengan pertanyaan terkait individu atau kelompok yang menyetujui perilaku food waste. 4 dari 9 partisipan menyebutkan teman, disusul selanjutnya keluarga (orang tua dan sanak saudara) dan orang lain.

3. Kontrol perilaku yang dipersepsikan

Kondisi mengantri merupakan faktor yang dapat menghambat terjadinya perilaku food  waste  di  pesta pernikahan. Ketidakpastian waktu menunggu dalam antrian mengambil makanan di pesta pernikahan mungkin saja membuat individu akhirnya keluar dari antrian dan melakukan kegiatan lain.

Diskusi

·     Sikap terhadap perilaku food waste, norma subjektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan dapat cukup menggambarkan antesenden dari perilaku food waste di pesta pernikahan. Adapun individu menilai bahwa sifat rakus dan mubazir merupakan faktor sikap yang paling menonjol terhadap perilaku food waste. Di samping itu, partisipan menyatakan perempuan lain seperti ibu-ibu dan anak kecil merupakan kelompok yang paling  mungkin  membuang  makanan  di  pesta pernikahan dan bisa jadi memberikan pengaruh sebagai  sebuah norma subjektif. Sedangkan kontrol perilaku yang dipersepsikan  memunculkan kondisi mengantri sebagai kondisi yang dapat menghambat perilaku food waste di pesta pernikahan.

·      Hasil analisis ini  kedepannya akan dijadikan acuan untuk membuat alat  ukur kuantitatif dalam bentuk survey dengan konstruk theory  of  planned behavior.

·      Studi ini dapat  menjadi studi awal dari proses pembuatan program intervensi dalam mengurangi perilaku food waste di pesta  pernikahan.

·   Studi ini juga tidak lepas dari adanya  limitasi. Jumlah partisipan yang relatif sedikit mungkin belum dapat memberikan gambaran yang  representatif  pada kelompok  individu  yang  sering  hadir dalam pesta pernikahan. Partisipan dengan rentang karakteristik yang lebih beragam dapat menjadi masukan untuk studi selanjutnya.  Selain  itu, kondisi 4 pesta pernikahan dalam studi ini tidak  benar-benar sama persis dan terkontrol. Oleh karena itu, riset selanjutnya dapat memilih kondisi pernikahan yang relatif serupa.


2 komentar:

  1. This blog was… how do you say it? Relevant!! Finally I’ve found something which helped me. Appreciate it!

    BalasHapus
  2. I really like reading through a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!

    BalasHapus