20.7.22

Mengubah Sampah Menjadi Sesuatu Yang Berguna

 Mengubah Sampah Menjadi Sesuatu Yang Berguna

UJIAN AKHIR SEMESTER 

Psikologi Lingkungan

(Semester Genap 2021/2022)

DANANG WAHYU SAPUTRO 

NIM. 20310410047

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A



Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia yaitu 264 juta jiwa. Jumlah penduduk yang banyak tersebut berpengaruh pada jumlah sampah yang dihasilkan. Semakin tinggi jumlah penduduk, semakin banyak jumlah sampah yang dihasilkan. Perkembangan industri dan teknologi juga dapat membawa dampak negatif salah satunya menambah volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan kegiatan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. (UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah) Penyaluran sampah yang banyak terdiri dari proses pengumpulan sampah dari atau sumber sampah lain, pembuangan sampah untuk dibuang di Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan proses terakhir pembuangan di Tempat Pemrosesan Akhir. Masalah pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pengelolaan pelayanan masih rendah, TPA yang terbatas jumlahnya, pengelola sampah dan masalah biaya. Kesadaran masyarakat akan sampah dan pentingnya menjaga lingkungan juga masih rendah sehingga dapat membawa masalah yang baru seperti banjir.

Pengelolaan sampah selama ini juga belum sesuai dengan metode pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Sebagian besar pengelolaan sampah TPA di Indonesia menggunakan metode open dumping dan landfill, namun ada juga metode lain yaitu pembuatan kompos, pembakaran, pemilahan, dan daur ulang meskipun tidak banyak digunakan . (Winahyu dkk, 2013) Metode open dumping adalah metode yang paling sederhana, sampah dibuang di TPA begitu saja tanpa perlakuan lebih lanjut, sedangkan metode landfillyaitu sampah diratakan dan dipadatkan dengan alat berat dan dilapisi tanah. Kedua metode tersebut kurang ramah lingkungan karena mungkin terjadi pencemaran pada air dan juga pencemaran udara. Menurut Purwanta (2009) TPA mungkin berpotensi menimbulkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan gas yang mendominasi adalah CH 4 (Metana), CO 2 dan N 2 O. Hal tersebut mengakibatkan perlunya inovasi dalam pengelolaan sampah sehingga tidak menumpuk di TPA yang tapi juga dimanfaatkan untuk kepentingan lain.

Pada dekade terakhir Pemerintah Kota Yogyakarta sangat aktif mendorong munculnya upaya-upaya pengelolaan sampah di tingkat sumber yang berbasis masyarakat. Pemerintah Kota Yogyakarta menyadari bahwa pengelolaan sampah dengan hanya mengandalkan keberadaan TPA sangat riskan akan munculnya berbagai permasalahan lingkungan.

Salah satu model pengelolaan sampah di tingkat sumber dan berbasis masyarakat yang saat ini banyak dilakukan oleh warga Kota Yogyakarta adalah bank sampah. Tercatat tidak kurang dari 433 buah bank sampah telah terbentuk yang tersebar di berbagai RW, dengan serapan sampah mencapai 70 ton/bulan. 

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui DLH Kota Yogyakarta terus berupaya agar keberlanjutan kegiatan bank sampah tetap terjaga, bahkan bisa semakin berkembang. Upaya peningkatan kapasitas bagi pengurus  bank sampah di wilayah terus dilakukan, salah satunya adalah pemberian berbagai pelatihan daur ulang sampah setiap tahunnya. Hasilnya cukup menggembirakan, hampir semua pengurus bank sampah di wilayah saat ini mampu menghasilkan berbagai produk kerajinan yang menarik berbahan sampah.

Tidak cukup hanya memberikan keterampilan, DLH Kota Yogyakarta juga memfasilitasi para pelaku daur ulang sampah di dalam pemasaran produk mereka, salah satunya dengan menyediakan stand pameran daur ulang sampah di arena FKY 2017 yang bertempat di Planet Pyramid, Jl. Parangtritis Km 5,5 Bangunharjo Bantul, mulai 27 Juli  2017 hingga 13 Agustus 2017. Dalam stand yang disediakan DLH ini semua warga Kota Yogyakarta bisa memamerkan dan memasarkan produk kerajinan daur ulang sampah terbaik mereka. Pada stand tersebut juga diadakan workshop pembuatan aneka kerajinan sampah yang dipandu oleh para praktisi pengelola sampah di Kota Yogyakarta yang tergabung dalam Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Kota Yogyakarta. Selain menarik perhatian pengunjung, workshop pembuatan daur ulang sampah bisa dijadikan sarana edukasi bagi masyarakat dalam mengelola sampah secara lebih ramah lingkungan. 


Sumber Referensi :

https://lingkunganhidup.jogjakota.go.id/detail/index/42

https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/10/19/sejauh-manakah-inovasi-pengelolaan-sampah-di-indonesia/

 


0 komentar:

Posting Komentar