16.5.22

Wawancara Seorang Perokok

 Hubungan Disonasi Kognitif dan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa

Essay Persyaratan Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial II

(Semester 2 Genap 2022/2023)

Nurul Mawaddah (21310410028)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu    : Dr. Arundati Shinta, M.A

Foto Bersama Informan


Indonesia menganggap bahwa merokok sebagai perilaku yang wajar dan lumrah. Perilaku tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan sosial serta gaya hidup masyarakat Indonesia, selain itu individu yang merokok kurang memahami risiko dan bahaya yang disebabkan oleh rokok bagi kesehatan tubuhnya serta orang lain yang ada disekitarnya. Individu juga tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjerat dalam kondisi ketergantungan  sehingga sangat sulit untuk melepaskan diri dari rokok. Kebiasaan merokok tidak hanya merambah pada tingkatan tertentu saja, kini juga telah berkembang disemua kalangan, termasuk dikalangan mahasiswa. Kebiasaan merokok dikalangan mahasiswa dianggap sebagai hal yang biasa bagi mahasiswa yang merokok itu sendiri. Setelah mengamati dan mewawancarai seorang mahasiswa yang merupakan perokok aktif mengatakan bahwa ada beberapa hal mengapa dia merokok. Pertama karena iseng/coba-coba yang didorong oleh keinginan pribadi, kedua terpengaruh dari lingkungan pertemanan dan keluarga. Ia mempertahankan kebiasaan merokok karena merasa mendapatkan “rasa yang tidak mudah untuk dinyatakan dengan kata-kata”.

Informan mengetahui bahwa rokok dapat merusak kesehatan, oleh karena itu ada perasaan tidak nyaman karena ia berperilaku yang bertentangan dengan keyakinan orang-orang dan menyebabkan adanya perilaku disonasi. Untuk mengurangi disonasi, ia menambahkan elemen kognitif dengan informasi merokok tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan. Bahkan pandangan negative dari lingkungan tentang kebiasaan merokok maupun adanya aturan yang mempersulit untuk merokok tidak membuat perokok menghentikan kebiasaannya. Karena sudah terlalu lama dengan kebiasaannya merasakan adanya ketergantungan dan manfaat dari kebiasaan tersebut, seperti menjadi fokus untuk belajar. “Merokok membantu fokus dalam belajar atau mencari ide. Asalkan tidak berlebihan, maka tidak akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius.” (Informan, 2022).

Penyangkalan suatu elemen kognitif terhadap elemen perilaku ini akan mendorong terjadinya disonasi. Terdapat 3 cara untuk mengurangi disonasi, yaitu mengubah elemen perilaku, mengubah lingkungan untuk memvalidasi perilakunya dan menambah atau mengubah elemen kognitifnya. Dari hasil wawancara informan, ketiga cara ini dilakukan untuk mengurangi disonasi terkait dengan perilaku merokoknya.


0 komentar:

Posting Komentar