21.4.22

Psikologi dan Bencana, Dua Sisi Koin yang Tidak Mungkin Terpisahkan

 

PSIKOLOGI SOSIAL

Semester Genap T.A 2021/2022

Oleh :

Fariha Aulia Syahda (21310410092)

Kelas A (Reguler)

F AKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

source: Koran-Jakarta.com

Bencana ialah suatu rangkaian peristiwa yang menggangu kehidupan masyarakat, yang bisa diakibatkan dari faktor alam, faktor non alam ataupun dari faktor manusia sehingga banyak mengakibatkan munculnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda dan juga bisa menimbulkan dampak psikologis (BNBP, 2020). Bedasarkan hasil data survey mengatakan bahwa setiap tahun terdapat rata-rata 60.000 korban jiwa yang disebabkan oleh bencana di seluruh dunia. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki tingkat kemungkinan terjadinya bencana yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh letak geografis yang terletak pada ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik (BBC, 2011). Indonesia terletak pada jalur cincin api pasifik, yakni jalur gunung api di wilayah pasifik (Kumparan, 2018). Hal inilah yang merupakan faktor Indonesia memiliki banyak gunung api yang aktif yang tentu saja meningkatkan resiko terjadinya bencana alam gunung meletus. UNISDR menyebutkan bahwa tsunami menduduki tingkat pertama  resiko bencana dari 265 yang telah di survei. Statistik menyebutkan bahwa dari tahun 2015 sampai 2019 jumlah bencana yang terjadi dari tahun 2018 ke tahun 2019 adalah dari 4051 kasus menjadi 9383 kasus. Di tahun 2019 banyak sekali bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang membuat angka bencana naik pesat. (BNBP, 2020). Pada 2019 tepatnya di bulan Desember suatu bencana alam terjadi di Republik Rakyat Cina tepatnya di Wuhan. Bencana tersebut adalah virus COVID-19 yang disebutkan oleh WHO sebagai bencana krisis Kesehatan berskala internasioanal karena sudah berdampak ke 212 negara di seluruh dunia (WHO, 2020). Pada tahun 2020 Indonesia terdampak wabah COVID-19 yang sampai saat ini kasusnya terus meningkat. Bencana alam maupun non-alam memang sama-sama memiliki dampak yang luar biasa, diawali dengan timbulnya korban jiwa, kerusakan pada lingkungan, kehilangan harta benda dan sarana prasarana yang rusak.

Dampak pada bencana alam tidak hanya berpengaruh pada fisik saja, tetapi hal ini juga sangat berpengaruh pada dampak psikologis. Dampak ini memang tidak menjadi perhatian lantaran tidak terlihat jelas seperti dampak fisik saat bencana terjadi. Memang problema yang paling mendasar itu adalah fisik contohnya gangguan pada pemenuhan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, kesehatan serta pendidikan, tetapi masih ada kemungkinan keterpurukan lain menyangkut pada masalah psikososial, contohnya khawatir akan terjadinya bencana susulan, rasa kesedihan mendalam atas kehilangan keluarga, harta benda, sumber mata pencaharian, dan lain-lain. Hal yang memperkeruh situasi para pengungsi ialah mereka sangat mudah terbawa api konflik pada sesama pengungsi akibat jenuh. Misalnya pengungsi yang setiap harinya bermata pencaharian petani terbiasa untuk bekerja keras, sementara di tempat pengungsian mereka diam tanpa adanya kegiatan tentu ini akan menimbulkan rasa bosan. Kemudian minimnya pencukupan kebutuhan hidup dan tidak optimalnya peran keluarga serta kemudian timbul rasa hilangnya pengendalian diri, kekecewaan terhadap pelayan pemerintah yang berpotensi menjadi aksi sosial, hingga pengungsi pun merasa hilang rasa percaya diri dan harga diri, pada akhirnya menjadi pasrah, putus asa, tidak berdaya, cenderung meyalahkan pihak yang menambah beban hidup mereka, kemudia bergantu kepada bantuan yang diberikan pemerintah dan pihak lain, serta meyalahkan tuhan terkait musibah yang telah terjadi.

Dalam situasi seperti ini tentu saja diperlukan upaya penanganan dampak sosial psikologis terhadap para korban bencana tujuannya agar terhindar dari gangguan psikologis dan permasalahan sosial yang lebih luas, Langkah yang bisa diambil untuk melakukan penangan dampak sosial psikologis ialah :

  • Advokasi (perlindungan upaya pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi secara layak dan memadai)
  • Intervensi keluarga (pelayanan khusus untuk keluarga yang kehilangan kepala keluarganya misalkan seorang istri atau ibu yang mengambil alih tanggung jawab menggantikan seorang ayah sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai sumber pencari nafkah. Tentu saja agar masa transisi ini dapat berperan dengan baik perlu dukungan dari banyak pihak sehingga fungsi dalam keluarga bisa pulih dan peran keluarga dapat tercapai).
  • Terapi kritis (pemberian layanan kepada korban yang mengalami stress atau rasa trauma karena peristiwa bencana tersebut, terapi yang dilakukan adalah pengungkapan perasaan negatif yang dilanjutkan dengan pembelajaran sederhana terkait cara membangun perasaan positif kemudian bekerja sama dengan kelompok untuk menginventarisasi hal positif yang bisa dilakukan di daerah yang baru lalu menyusun rencana kegiatannya.
  • Membangun partisipasi (melibatkan pengungsi dalam hal kegiatan dapur umum, melakukan Latihan keterampilan lain agar bisa terrhindar dari suasana kontra produktif yang dapat menghambat proses recovery psikologis penyintas bencana alam.
  • Mediasi dan fasilitas relokasi (penyuluhan terhadap warga di daerah tujuan yang baru untuk menerima hadirnya para pengungsi yang akan direlokasikan di daerah mereka (Marjono, 2010)

Langkah lain yang bisa dilakukan ialah memberikan penyuluhan terkait kesehatan mental pada masyarakat pada saat sebelum terjadi bencana, ketika terjadi bencana sebagai salah satu bentuk penanganan preventif psikologis. Untuk penanganan kuratif, dapat memberikan PFA atau Psychological First Aid sebagai bantuan awal psikologis agar masyarakat yang terdampak bencana dapat menjalani keseharian dengan lebih baik.


Daftar Pustaka

Rusmiyati, C., Hikmawati, E., Kunci, K., Penanganan and Merapi, B. (2012). PENANGANAN DAMPAK

SOSIAL PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA MERAPI (Sosial Impact of Psychological Treatment Merapi Disaster Victims).[online] 17(02). Available at: https://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/1d9dd7c11ce880b889bbc6397c241ab1.pdf  [Accessed 19 Apr. 2022].

Unair. (n.d.). [online] Available at:

https://repository.unair.ac.id/107876/4/4.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf [Accessed 19 Apr. 2022].

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar