Essay ini adalah syarat untuk memenuhi
Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah Psikologi Manajemen dan
Organisasi
Semester Genap T.A. 2021/2022
Shafly Ardhya Saputra (20310410027)
Kelas B (paralel)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta,
M.A.
DEGRADASI
KEPEMIMPINAN, APA PENYEBABNYA?
Krisis kepemimpinan kian terasa.
Apalagi krisis ini terjadi selama pandemi Covid-19 yang menimbulkan
keprihatinan publik. Krisis tersebut ditunjukkan dengan beberapa kasus kepala pemerintahan
maupun daerah yang melanggar aturan. Hal itu dibuktikan oleh terungkapnya
beberapa kasus korupsi oleh pejabat negara, salah satunya adalah kasus korupsi
dana bantuan sosial untuk warga terdampak pandemic Covid-19. Dari contoh kasus
tersebut dapat ditarik inti cerita bahwa akar masalahnya ada pada merosotnya
kepemimpinan pada diri seseorang atau degradasi kepemimpinan.
Kepemimpinan di Indonesia saat ini
memang sedang berada diujung tanduk, lemahnya kesadaran para pamimpin negara
dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi alasan mendasar. Pemimpin yang
seharusnya mengayomi masyarakat, mensejahterakan masyarakat, meningkatkan
perekonomian suatu negara, kini malah menghianati kepercayaan rakyatnya. Para
pemimpin negara saling beradu untuk melakukan korupsi, sehingga kesejahteraan
rakyatpun mereka abaikan. Inilah yang mengakibatkan rakyat sekarang kurang
percaya bahkan tidak percaya kepada seoarang pemimpin karena kepercayaan rakyat
telah dihianati oleh para pemimpin negara ini. Maka tak jarang dalam pemilu
banyak sekali angka golput. Golput merupakan tanda-tanda dari kurangnya rasa
kepercayaan rakyat terhadap pemimpin. Beberapa penyebab krisis kepemimpinan di
Indonesia :
1. Kesadaran
agama sangat rendah Agama merupakan pondasi dasar dalam diri setiap manusia.
Jika manusia pondasinya tidak kokoh dalam arti agamanya rendah maka dengan
mudah dapat terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar norma keagamaan. Itu
terjadi pada para pemimpin kita, jika agama mereka kuat maka mereka tidak akan melanggar
norma-norma agama, sehingga penyelewenganpenyelewengan tidak akan terjadi pada
seorang pemimpin. Dan masyarakatpun tidak merasakan kesengsaraan.
2. Kurangnya
rasa percaya diri Krisi kepemimpina di Indonesia tejadi karena kurangnya rasa
percaya diri yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pada dasarnya sangat banyak
anakanak bangsa ini yang pandai dan cerdas, memiliki integritas tinggi, namun
karena kurangnya rasa percaya diri tersebut mereka menjadi terlalu pasif, hanya
diam atas semua yang telah terjadi seperti saat ini.
3. Kurangnya
penerapan moral bangsa Kurangnya penerapan pendidikan moral dalam keseharian
masyarakat Indonesia. Bisa dibuktikan dari banyaknya kasus KKN, seolah tiada
habisnya.
4. Hukum yang
masih rendah Ada beberapa orang mengatakan hukum di Indonesia dapat dengan
mudah dibeli. Jadi dapat disimpilkan bahwa sangatlah rendah hukum di Indonesia.
Sebagai penutup, sebagai generasi
muda hendaklah menjadi generasi yang mengisi kemerdekaan ini dengan kegiatan
positif, kegiatan yang memberi dampak baik untuk kemajuan negara ini. Dan
sebagai negera gotong royong hendaklah kita memulai perubahan untuk bangsa ini.
Jadilah pemimpin yang dapat mengayomi rakyartnya, sehingga timbul hubungan yang
harmonis antara pemimpin dan rakyatnya. Gotong royong antar semua lapisan
masyarakatpun dapat terwujud.
Daftar Pustaka
Dewantara, A.
(2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini
Dewantara, A.
(2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata
Soekarno).
http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-pemimpin-dankepemimpinan.html (diakses pada hari Jumat, tanggal 07
Januari 2022 pukul 20.37 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar