Tulisan ini dibuat untuk Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Oleh : Trias Sabila Rahmah/19310410036
Sampah plastik adalah jenis sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan begitu saja butuh waktu bertahun - tahun untuk dapat diuraikan. Plastik merupakan salah satu bahan penyumbang sampah terbesar di Indonesia. Shinta dkk (2019) menyebutkan bahwa sampah adalah permasalahan yang sangat serius dan Indonesia bahkan tercatat sebagai produsen sampah terbesar kedua di dunia sesudah China pada 2010. Jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 175.000 ton/hari atau 0,7 kilogram/orang atau sekitar 67 juta ton/tahun (Kompasiana 25/3/2019).
Sampah plastik merupakan masalah yang sangat pelik.
Hal ini karena sampah plastik membutuhkan waktu lebih dari 100 tahun untuk bisa
terurai sempurna di alam. Ketika belum terurai sempurna, maka sampah plastik
akan terus mencemari lingkungan (Shinta, 2019). Salah satu perilaku menyampah
yang menjadi penyebab permasalahan penumpukan sampah plastik di Indonesia
adalah penggunaan sedotan plastik, botol plastik, serta gelas plastik sekali
pakai saat membeli minuman. Hal ini tentu saja membuat sampah plastik terus
mengalami peningkatan. Tondok (2008) menyebutkan bahwa dalam perspektif
behaviorisme, perilaku menyampah yang dilakukan ini termasuk perilaku menyampah
yang sering terjadi di sekitar kita merupakan perilaku hasil pembiasaan. Jika
permasalahan sampah ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan pada tahun 2050
jumlah sampah akan melebihi jumlah ikan di perairan Indonesia (Kompas dalam
Shinta, 2019).
(Sumber gambar : Shopee)
Salah satu cara untuk mengatasi
kenaikan sampah plastik akibat penggunaan sedotan, botol, dan gelas sekali
pakai adalah dengan menerapkan perilaku reuse.
Perilaku reuse ini dapat
dilakukan dengan menggunakan sedotan, botol, dan gelas berbahan stainless yang
bisa digunakan berkali-kali. Hal ini dapat didukung dengan mengkampanyekan
gerakan stainless. Gerakan stainless ini dimaksudkan agar masyarakat menggunakan
sedotan, botol, dan juga gelas berbahan stainless ketika membeli minuman. Gerakan
ini tentunya akan mengurangi peningkatan
jumlah sampah plastik yang diakibatkan oleh barang-barang sekali pakai
yang berbahan plastik. Kampanye gerakan stainelss ini dapat dilaksanakan dengan
cara memasang banner atau spanduk di jalanan atau menyebarkan poster digital di
media sosial berisi anjuran untuk menggunakan sedotan dan botol pribadi
berbahan stainless ketika membeli minuman.
Jadi, dengan adanya gerakan stainless ini
diharapkan masyarakat dapat turut serta berpartisipasi di dalamnya sehingga
dapat membantu mengurangi peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia.
Daftar Pustaka :
Masalah Sampah Plastik Bagi Dunia
https://www.kompasiana.com/mahardika17/5c98287c7a6d88571e4934f4/masalah-sampah-plastik-bagi-dunia
(Diakses pada 28 Juni 2021)
Shinta,
A. (Editor). (2019). Memuliakan Sampah:
Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyaraka. Yogyakarta :
Deepublish. https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta,
A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste
management based on community empowerment as the basis of the health national
resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global
Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of
Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia,
October 29th-30th, pp. 6-11. https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok,
M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli
0 komentar:
Posting Komentar