6.11.17

MENGGELORAKAN LITERASI DARI GALUNGGUNG

SITI HANIFAH 
16.310.410.1151
                         MENGGELORAKAN LITERASI DARI GALUNGGUNG


                 Anggaran pemerintah selama ini hanya berfokus pada sarana fisik. Inilah yang menarik minat dudi Rohdinulhak seorang PNS Pengawas SMP Kabupaten Tasikmalaya untuk menggelorakan literasi aplikatif di kabupaten yang terletak di lereng tenggara Gunung Galunggung. Semula pegiat taman baca ini kebinggungan memulainya. Diberbagai wilayah taman baca ini sudah mulai mati.

            Pernah Bupati Tasikmalaya UU Ruzhanul Ulum meluncurkan Gerakan Tasikmalaya Membaca (GTM). Namun respon dari pihak terkait tidak begitu antusias. Pojok-pojok baca yang seharusnya disediakan di unit-unit satuan kerja pemerintah daerah hingga kedesa-desa ternyata tidak terwujud. Termotivasi oleh kenyataan yang menyedihkan itu, awal Juni 2017, Dudi mengumpulkan berbagai komunitas untuk melanjutkan program GTM.
Hanya 50%  yang  datang dari literasi  forum taman baca. Sisanya yang datang dari berbagai Komunitas Pengamen/pemusik Jalanan, Komunitas Funk, Komunitas Tani, Komunitas Pemuda Kreatif (Primitif) yang bergerak dibidang lingkungan, dan Republika Madinah Serikat, Komunitas dari Pesantren atau komunitas baca anak-anak.
Literasi Aplikatif

            Mereka sadar bahwa masyarakat saat ini lebih tertarik dengan gawai daripada membaca buku. Untuk menghadapi derasnya arus informasi melalui gawai ataupun televisi, para pengiat bersepakat membuat pojok-pojok baca atau taman-taman bacaan di sejumlah kampung. Selain itu, muncul ide pula, mengapa para komunitas itu tidak dijadikan aliansi literasi aplikatif.
“Akan lebih berguna apabila hasil membaca itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, itulah makna hakiki dari budaya membaca’’, kata Dudi
Semua pojok baca yang sudah ada mereka tambah kembali dan pojok yang belum ada mereka bangun. Semuanya itu tanpa bantuan sepeser pun dari pemerintah daerah. Buku-buku dari sumbanagan para pengiat komunitas tersebut.
Mereka membangun pojok literasi dibeberapa tempat, misalnya di terminal atau tempat berkumpulnya orang. Buku-buku yang disediakan sesuai dengan kondisi dan situasi setempat.
Di terminal, misalnya disedikan buku-buku tipis karena disesuaikan dengan ketersediaan waktu orang bepergian.
         
Komunitas yang bergerak di pengumpul sampah membangun lapak literasi. Buku-buku yang disediakan sesuai dengan bidang mereka geluti.
Tahun 2011, PKBM Desa Cukangkawung berhasil meraih juara kedua tingkat kabupaten. Taman baca yang dirubah jadi PERPUSDES menjadi berkurang pengunjungnya maka dikembalikan ke taman bacaan masyarakat yang pengunjung bisa sambil minum kopi sambil ngobrol.
LITERASI ITU BUKAN HANYA TEMPAT DAN BUKU-BUKU, MELAINKAN SEMANGAT DAN GERAKANNYA YANG HARUS TERUS DIPUPUK DAN DIKEMBANGKAN.


REFERENSI : Muhtadi dedi, 2017. Menggelorakan Literasi dari Galunggung. Yogyakarta : Koran Kompas hal 16

0 komentar:

Posting Komentar