RESENSI ARTIKEL :
DELIANA VICRIA NURACHYANI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
FASILITAS MCK MENDESAK
Setelah
masa tanggap darurat bencana gempa Aceh 7-20 Desember 2016, para pengungsi
korban gempa Plidie jaya masih menghadapi masalah belum ada fasilitas mandi,
cuci, dan kakkus yang memadai. Pengungsi harus pergi ke sungai atau menumpang
rumah warga yang masih meiliki MCK layak. Para pengungsi harus berjalan 100-200
meter dari pengungsian ke Sungai Meureudu jika hendak mandi, mencuci, dan buang
air. Tidak ada tempat tertutup di sekkitar sungai sehingga tidak memunginkan
bagi kaum perempuan untuk mandi ataupun buang air di sungai tersebut. Disekitar
sungai juga tidak ada penerangan saat malam. Mereka berharap
pemerintah
memperhatikan dan mengatasi masalah itu selama masa transisi darurat bencana ke
pemulihan dalam 90 hari, mulai 20 Desember 2016 hingga 20 maret 2017.
Selain tidak ada fasilitas MCK
ketersedin air bersih terbatas. Air sumur di kampong itu berwarna coklat,
berlumpur dan dangkal pasca gempa. Pemerintah memang menyediakan tiga tempat
penampungan air bersih di pengungsian. Namun, itu masih terbatas jika
dibandingkan jumlah pengungsi di sini. Untuk itu, air tersebut hanya digunakan
untuk masak dan wudu. Korban gempa berharap pemerintah membantu membersihkan
rumah mereka yang ambruk dan rusak berat akibat gempa. Dengan demikian mereka
bisa membangun tenda atau mendirikan rumah semi permanen di lokasi rumah mereka
tersebut. Wargatidak sanggup utuk membersihkan rumah sendiri. Hlal ini karena
biaya atau ongkos sewa alat berat untuk membersihkan rumah sngat tak
terjangkau.
Dalam resensii artikel ini untuk
segera mengatasi masalah keterbatasan fasilitas MCK dan embersihan rumah warga,
baik yang ambruk maupun rusak parah, selama transisi darurat bencana ke
pemulihan. Pemerintah pun perlu melakukan pendataan sebelum bertindak.
Sumber:
Dri. (2016). Fasilitas MCK mendesak.
Kompas. 23 Desember
0 komentar:
Posting Komentar