RINGKASAN
ARTIKEL: MENJADI GURU UNTUK MURID
Chusnul
Rizatul Unsha
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kurikulum 2013 yang
cenderung administratif telah dihentikan (ditunda). Ujian nasional tidak lagi
menjadi penentu kelulusan, dan ada dorongan agar murid naik kelas terus. Siapa
yang mengevaluasi murid? Siapa yang memotivasi murid? Jawabannya satu: guru.
Saatnya guru ditantang
seberapa mampu kehadirannya mengelola pembelajaran di kelas tanpa bertopeng
keramat ujian nasional. Oleh karena itu penting bagi guru 1) menyiapkan diri
degan muatan ilmu sebagai isi pelajaran dan 2) mengasah diri terus-menerus
dalam membawakan materi di hadapan murid.
Bagaimana mesti mengajar
dengan penuh kecintaaan kepada murid? Pertama,
pandanglah murid sebagai pribadi yang membutuhkan guru. Jika dipahami
seperti itu, maka guru akan lebih merelakan mambantu murid tumbuh dengan
pemahamanakan pelajaran. Tidak boleh terjadi di guru hadir di kelas untuk diri
sendiri, atau pintar untuk dirinya sendiri.lantas bertepuk dada menganggap
nilai-nilai muridnya rendah pada mata pelajarannya.
Kedua,
memperkaya
variasi metode dan cara penyampaian pelajaran yag efektif untuk muridnya.
Kemalasan memahami konteks murid yang dihadapi tampak pada guru yang hanya
mengandalkan satu cara pengajarandi kelas.Tidak jarang guru berdalih
murid-murid tidak mudah tidak mudah memahami pelajaran karena kemampuan mereka
yang rendah. Sementara guru sendiri tidak melakukan Otokritik. Padahal, angka-angka capaian hasil belajar murid
sebenarnya mencerminkan kemampuan guru sendiri.
Sumber tulisan:
Kartono, St. (2015). Menjadi
Guru untuk Murid . Kedaulatan Rakyat ,
hal 12 14 Desember
0 komentar:
Posting Komentar