17.9.15

Ringkasan Artikel: Pemuda Global Merespon Energi
Ketimpangan Akses Menjadi Fokus
Susanti
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Ketersediaan energi global menipis. Di sisi lain, minyak dan gas bumi memicu pemanasan global. Untuk itu, mahasiswa kini, yang akan menghadapi krisis energi pada masa depan, bersiap-siap, salah satunya dengan berjejaring guna mengembangkan inisiatif energi berkelanjutan. Pemasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu mengenai emisi karbondioksida (CO2) sebagai pemicu utama perubahan iklim. Level aman kadar CO2 di atmosfer adalah 350 ppm. Sedangakn di sisi lain emisi CO2 global sudah melebihi 400 bagian per juta (part per million/ppm). Menurut Direktur Eksekutif Student Energy Kali Taylor, pemerintah dan pengambil keputusan cenderung tak punya banyak alternatif mengatasi krisis energi sekaligus menjaga lingkungan. Solusi untuk masalah tersebut yaitu mahasiswa Indonesia menjadi anggota dari International Student Energy Summit (ISES). ISES merupakan konferensi anak muda terbesar sedunia di bidang energi, lingkungan hidup, dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, mahasiswa tepat disasar mengingat punya waktu eksplorasi secara akademis sehingga memperbaiki keadaan. Kegiatan tersebut dinisiasi sejumlah mahasiswa di Kanada dan terlaksana setiap dua tahun.
Hubungan dengan psikologi lingkungan yaitu program tersebut tidak akan berjalan tanpa diimbangi dengan pendidikan dan bekal yang cukup bagi mahasiswa sehingga mampu mengubah perilaku mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Daftar Pustaka

Kompas. 2015. Pemuda Global Merespon Energi. Kompas, 8 Juni 

0 komentar:

Posting Komentar