10.6.24

Tugas Essay 4: Psikologi Lingkungan - Melakukan upcycling sampah anorganik & merintis sebagai pengusaha ekonomi sirkuler - Oleh Maria Laras Wati Candra Sari

DOSEN PENGAMPU : Dr., Dra. ARUNDATI SHINTA MA

NAMA :  Maria Laras Wati Candra Sari

NIM : 22310410188

KELAS : SJ

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Apakah anda sudah tahu tentang konsep 3R? 3R atau sering disebut dengan istilah Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang) merupakan bentuk pelestarian lingkungan dengan mengurangi limbah sampah. Sistem tersebut sangat baik untuk pengolahan sampah, guna memangkas penimbunan dan meminimalkan polusi. Bersamaan dengan berkembangnya zaman, istilah ‘upcycling’ mulai muncul dan menjadi tren di kalangan masyarakat. Namun, tahukah anda darimana kata tersebut berasal? 

Istilah ‘upcycling’ dicetuskan dalam artikel pada tahun 1994 dalam majalah arsitektur dan barang antik Salvo. Saat Perang Dunia II berlangsung, Inggris memakai seni daur ulang setelah diumumkannya alokasi pakaian pada tanggal 1 Juni 1941. Bekal yang tersedia dipakai untuk produksi seragam perang, sebab seperempat penduduknya ikut berpartisipasi dalam perang. Diwaktu yang sama, orasi “lakukan dan perbaiki” dikumandangkan demi mendorong warga supaya stok pakaian bertahan lebih lama. Kemudian perempuan dirumah terpaksa mendaur ulang guna menyediakan pakaian sepanjang masa perjuangan itu. Setelah tahun 1940, upcycling mencuat kembali secara besar-besaran di akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an. Penduduk Inggris menghadapi resesi besar sehingga menyeret ide penggunaan baju bekas dan mengekspresikannya dalam industri fashion. Kemudian di abad ke-21, daur ulang menjadi pilihan dan produksi di banyak negara terutama negara berkembang guna mengurangi limbah berbentuk sampah anorganik. 

Nah, dari sejarah tersebut, kita yang menjadi pemerhati lingkungan, diajak untuk turut serta dalam pengolahan sampah. Salah satunya limbah sampah anorganik berbentuk plastik, yang sangat sering kita temui di banyak area umum. Plastik yang notabene membutuhkan waktu yang sangat lama terurai, menjejali bumi dari darat hingga area laut. Hal tersebut menyebabkan polusi air, tanah, dan menyebabkan kematian banyak biota laut. Seperti pada 29 November 2018, seekor paus mati terdampar di Pulau Kapota, Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ditemukan membusuk dengan kondisi perut penuh dengan sampah plastik. Dan seekor rusa yang ditemukan di Provinsi Nan, Thailand Utara, pada Juli 2019, diketahui mati lantaran ditemukannya sejumlah sampah plastik dalam perutnya. Dilansir dari AFP, 27 Juli 2019, rusa tersebut diketahui telah menelan 7 kilogram sampah plastik. 

Dari kasus diatas, dan sebagai pemerhati lingkungan, saya berupaya mengurangi limbah plastik dengan melakukan upcycling. Plastik yang sering kita dapat dari hasil berbelanja berupa kantong belanja (karena lupa membawa kantong belanja sendiri), saya kumpulkan, kemudian saya ubah menjadi barang yang bermanfaat. Alat dan bahan yang digunakanpun sederhana, seperti setrika (untuk menyetrika plastik), gunting, tang, kawat, glue gun (lem tembak), korek api, lilin, floral tape, dan terakhir tentu saja kantong plastik warna bekas. Kantong tersebut saya gunting berbentuk kotak dengan ukuran 8x8cm, dirangkap masing masing empat lembar, dijepit bagian ujungnya, kemudian dilipat bolak balik dari ujung yang tidak dijepit, sampai ke ujung lainnya. Setelah itu dilipat menjadi dua belahan yang sama, dan dipotong masing masing ujungnya berbentuk setengah lingkaran. Kemudian jepitkan bagian lipatan tengah tersebut dengan kawat, lalu dikunci dengan cara mengatupkan kawat dan dipelintir menggunakan tang. Selanjutnya, plastik tersebut ditarik per helainya hingga berbentuk bunga yang sedang mekar. Setelah itu finishing dengan melilit kawat menggunakan floral tape, dan menambahkan daun (tentu saja daun saya buat dari kantong plastik, dengan cara menumpuk/merangkap kantong plastik dengan warna hijau dibagian bawah dan atas, dan kantong warna hitam dibagian tengah, kemudian di press menggunakan setrika sampai kantong menjadi halus dan tidak dapat dipisahkan, kemudian potong dengan lebar 6cmx8cm lalu dibentuk menyerupai daun). Setelah karya saya menjadi lengkap dengan dudukan dari cup kertas bekas, dan dihias, saya jual barang tersebut ke media sosial yang sering digunakan untuk sarana promosi, yaitu di https://web.facebook.com/marketplace/item/424873757049937/. Dalam pembuatan karya ini, hambatan yang saya hadapi adalah saat melakukan press pada daun. Jika tidak hati-hati, maka pembuatannya akan mengalami kegagalan (plastik meleleh/hasil press tidak rata sehingga mengelupas dan bergelembung). Agar press daun tidak bergelembung, gunakan pengaturan panas sedang, dan gerakan setrika dengan cepat, lalu hindari pengecekan press yang berulang. Nah, dari hal ini, dapat dilihat bahwa manfaat upcycling tidak hanya mengurangi debit sampah saja, namun juga dapat dijadikan sarana merintis sebagai pengusaha ekonomi sirkuler. Dapat disimpulkan bahwa sampah tidak hanya menjadi masalah saja, namun sampah juga memiliki dampak positif dalam mengembangkan perekonomian masyarakat.  


     










0 komentar:

Posting Komentar