30.11.22

MERINGKAS JURNAL PENELITIAN SEBAGAI REFERENSI PENELITIAN SSK PIO

 

PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA YOGYAKARTA : SUDAHKAH OPTIMAL?

Tirsa Venta Han

19310410058

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 

Yogyakarta

2022



Topik

Implementasi, Bank Sampah, Penelitian Kualitatif

Sumber

Amalia, S. (2017). Analisis implementasi program bank sampah di Kota Yogyakarta. Jurnal Analis Kebijakan. 1(2), 34-48.

Permasalahan

Pengelolaan sampah masih menjadi masalah bagi kota Yogyakarta, sementara TPST Piyungan bagi Kota Yogyakarta sudah tidak mampu untuk menampung sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta melaksanakan program Bank Sampah. Namun, Bank Sampah yang ada justru belum optimal dalam mencapai tujuan. Sebanyak 405 Bank Sampah yang terbentuk, namun hanya sedikit saja yang bertahan. Banyak Bank Sampah yang tidak aktif bahkan mati suri.

Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan apakah memang benar program Bank Sampah di Kota Yogyakarta belum berhasil dan apa saja faktor yang menyebabkan program ini belum optimal serta untuk mengisi kekosongan penelitian mengenai kebijakan/program Bank Sampah di Indonesia,terutama dari aspek kinerja implementasi kebijakan/program.

Isi

·      Data BPS tahun 2013  menunjukkan  bahwa  31,26%  rumah tangga  di  D.I.Yogyakarta  telah  memilah sampah,  terdiri  dari  13,07% rumah tangga memilah sampah dan   memanfaatkannya sebagian; dan 18,19% rumah tangga memilah  sampah  dan  kemudian  dibuang. Adapun  rumah  tangga yang masih belum memilah sampah adalah sebanyak 68,74%.

·     Sejak tahun  2014,  Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong terbentuknya Bank Sampahdi setiap Rukun Warga (RW) di  Kota  Yogyakarta.  Hingga  tahun  2016, tercatat  terdapat  405 Bank  Sampahyang tersebar  di  seluruh  Kota.  Secara  nasional, program Bank  Sampah ini  dipayungi  oleh dasar   hukum   Peraturan   Menteri   Negara Lingkungan Hidup  RI  No.13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,Reuse,dan Recycle melalui Bank Sampah. Secara    kuantitas, Kota Yogyakarta sudah memiliki banyak Bank Sampah. Dari 605 RW di Kota Yogyakarta, sudah 65,6% RW yang memiliki Bank Sampah.

· Implementasi kebijakan = delivery mechanism untuk memastikan output atau keluaran-keluaran kebijakan sampai pada  benefeciaries sehingga suatu kebijakan dapat menghasilkan policy outcomes sebagaimana yang diharapkan.

·      Indonesia sudah mengadopsi pendekatan 3R yang  tertuang  dalam  regulasi pengelolaan   sampah,   yaitu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan   Sampah dan Peraturan Pemerintah   Nomor 81 tahun 2012 tentang  Pengelolaan  Sampah  Rumah Tangga dan Sampah  Sejenis  Sampah Rumah Tangga.

· Bank Sampah merupakan salah satu inisiatif  untuk  mendorong  kesadaran dan   mengubah   perilaku   masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya terkait pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dengan sistem tabungan sampah di Bank Sampah, menekankan pentingnya   warga   memilah   sampah seperti    yang  dikembangkan   dalam pengelolaan   sampahdengan   sistem mandiri dan produktif.

·       Dalam konteks    program Bank Sampah, kinerja output-nya   adalah akibat  apa  yang  diterima  oleh  kelom-pok  masyarakat  dengan  diimplementasikan program Bank Sampah di Kota Yogyakarta. Penulis menetapkan beberapa   indikator   kinerja   output   untuk menilai   keberhasilan   program Bank Sampah. Indikator tersebut   adalah indikator akses, frekuensi,dan cakupan (coverage).

·      Perubahan  perilaku masyarakat    yang    diharapkan    terjadi dengan   adanya Bank   Sampah adalah perubahan  perilaku  yang  luas,  sehingga memang    sulit    untuk    dilakukan    dan memerlukan  waktu  yang  cukup  panjang. Oleh karenanya, faktor  yang  akan  mempengaruhi kinerja    implementasi program Bank Sampah adalah  sejauh  mana  perubahan perilaku masyarakat target dengan hadirnya Bank Sampah.

·     Program Bank Sampah yang dilakukan oleh Kota Yogyakarta termasuk dalam kebijakan yang sulit untuk diimplementasikan. Hal ini  dikarenakan program  ini  bertujuan  untuk  mengubah perilaku   masyarakat   secara   siginifikan dari  yang  awalnya  tidak  memilah  dan mengolah sampah menjadi harus memilah dan mengolah sampah. Tingginya tingkat kesulitan implementasi program Bank Sampah ini  akan  mempengaruhi  keberhasilan program ini.

Metode

·  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini  adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah  jenis  penelitian  deskriptif.

·      Subjek penelitian ini adalah 1 pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dan 1 petugas BLH Kota Yogyakarta.

·  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik    studi    pustaka,    observasi    dan wawancara  mendalam. Dalam  penelitian ini,  data  yang  diperoleh  akan  dianalisis secara  deskriptif  kualitatif  yaitu  dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan untuk menggambarkan secara  mendalam  mengenai  objek  yang diteliti; disusun secara sistematis, kemudian ditarik kesimpulan.

Hasil

·    Kinerja output program Bank Sampah : jumlah  riil  anggota  masyarakat  yang memanfaatkan  fasilitas  pengurangan sampah (Bank Sampah) belum memenuhi SPM jumlah  masyarakat pengguna fasilitas pengurangan sampah, yaitu 20%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat  untuk  menjadi  nasabah Bank Sampah masih rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat ini juga menunjukkan  bahwa  kesadaran dan perilaku masyarakat untuk memilah    dan mengolah sampah masih rendah.

·   Kinerja outcomes program Bank Sampah : program Bank  Sampah di Kota Yogyakarta sudah mampu untuk mengurangi jumlah  sampah  yang  masuk  ke  TPA Piyungan. Hanya saja pengurangan sampahnya baru sebesar 16% dari total sampah.   Kondisi   ini   masih   belum memenuhi  SPM  pengurangan sampah yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum yaitu sebesar 20%.

·      Program Bank Sampah belum berhasil mencapai  tujuannya.  Walaupun juga  tidak  dapat  dikatakan  program  ini gagal. Luas dan kompleksnya perubahan perilaku yang diharapkan merupakan faktor utama yang  mempengaruhi belum  optimalnya kinerja implementasi Bank Sampah. Dengan demikian, program ini tidak boleh dihentikan. Program ini    harus tetap berlanjut dan konsisten tetapi dengan penambahan   kebijakan   lain.

Diskusi

·      Keberhasilan program Bank Sampah memerlukan perubahan  pemikiran,  kebiasaan dan perilaku dari masyarakat.

· Program Bank Sampah berupaya untuk meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat   dari   yang   awalnya   tidak melakukan   pemilahan   dan   pengolahan sampah  diharuskan  untuk  memilah  dan mengolah   sampah, namun kenyataannya masyarakat sangat sulit mengubah pola pikirnya. Menggugah kesadaran dan   mengubah perilaku  masyarakat  untuk  mau  memilah dan mengolah sampah merupakan proses dan memerlukan waktu yang panjang.

· Faktor utama yang mempengaruhi belum optimalnya implementasi  Bank Sampah adalah sulitnya mengubah pemikiranm kebiasaan dan perilaku dari masyarakat.


0 komentar:

Posting Komentar