PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA YOGYAKARTA : SUDAHKAH
OPTIMAL?
Tirsa Venta Han
19310410058
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
2022
Topik |
Implementasi, Bank Sampah, Penelitian Kualitatif |
Sumber |
Amalia, S. (2017). Analisis implementasi program bank
sampah di Kota Yogyakarta. Jurnal Analis Kebijakan. 1(2), 34-48. |
Permasalahan |
Pengelolaan sampah masih menjadi masalah bagi kota
Yogyakarta, sementara TPST Piyungan bagi Kota Yogyakarta sudah tidak mampu
untuk menampung sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Untuk mengatasi persoalan
tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta melaksanakan program Bank Sampah. Namun,
Bank Sampah yang ada justru belum optimal dalam mencapai tujuan. Sebanyak 405
Bank Sampah yang terbentuk, namun hanya sedikit saja yang bertahan. Banyak
Bank Sampah yang tidak aktif bahkan mati suri. |
Tujuan Penelitian |
Untuk mendeskripsikan apakah memang benar program Bank
Sampah di Kota Yogyakarta belum berhasil dan apa saja faktor yang menyebabkan
program ini belum optimal serta untuk mengisi kekosongan penelitian mengenai kebijakan/program
Bank Sampah di Indonesia,terutama dari aspek kinerja implementasi
kebijakan/program. |
Isi |
· Data BPS tahun 2013 menunjukkan
bahwa 31,26% rumah tangga di
D.I.Yogyakarta telah memilah sampah, terdiri
dari 13,07% rumah tangga
memilah sampah dan memanfaatkannya
sebagian; dan 18,19% rumah tangga memilah
sampah dan kemudian
dibuang. Adapun rumah tangga yang masih belum memilah sampah
adalah sebanyak 68,74%. · Sejak tahun 2014,
Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong terbentuknya Bank Sampahdi setiap
Rukun Warga (RW) di Kota Yogyakarta.
Hingga tahun 2016, tercatat terdapat
405 Bank Sampahyang
tersebar di seluruh
Kota. Secara nasional, program Bank Sampah ini
dipayungi oleh dasar hukum
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
No.13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,Reuse,dan
Recycle melalui Bank Sampah. Secara
kuantitas, Kota Yogyakarta sudah memiliki banyak Bank Sampah. Dari 605
RW di Kota Yogyakarta, sudah 65,6% RW yang memiliki Bank Sampah. · Implementasi kebijakan =
delivery mechanism untuk memastikan output atau keluaran-keluaran
kebijakan sampai pada benefeciaries
sehingga suatu kebijakan dapat menghasilkan policy outcomes sebagaimana
yang diharapkan. · Indonesia sudah
mengadopsi pendekatan 3R yang
tertuang dalam regulasi pengelolaan sampah,
yaitu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. · Bank Sampah merupakan
salah satu inisiatif untuk mendorong
kesadaran dan mengubah perilaku
masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya terkait pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah dengan sistem tabungan sampah di Bank Sampah, menekankan pentingnya warga
memilah sampah seperti yang
dikembangkan dalam pengelolaan sampahdengan sistem mandiri dan produktif. · Dalam konteks program Bank Sampah, kinerja output-nya adalah akibat apa
yang diterima oleh
kelom-pok masyarakat dengan
diimplementasikan program Bank Sampah di Kota Yogyakarta. Penulis
menetapkan beberapa indikator kinerja
output untuk
menilai keberhasilan program Bank Sampah. Indikator
tersebut adalah indikator akses, frekuensi,dan
cakupan (coverage). · Perubahan perilaku masyarakat yang
diharapkan terjadi
dengan adanya Bank Sampah adalah perubahan perilaku
yang luas, sehingga memang sulit
untuk dilakukan dan memerlukan waktu
yang cukup panjang. Oleh karenanya, faktor yang
akan mempengaruhi kinerja implementasi program Bank Sampah adalah sejauh
mana perubahan perilaku masyarakat
target dengan hadirnya Bank Sampah. · Program Bank Sampah yang
dilakukan oleh Kota Yogyakarta termasuk dalam kebijakan yang sulit untuk
diimplementasikan. Hal ini dikarenakan
program ini bertujuan
untuk mengubah perilaku masyarakat secara
siginifikan dari yang awalnya
tidak memilah dan mengolah sampah menjadi harus memilah
dan mengolah sampah. Tingginya tingkat kesulitan implementasi program Bank
Sampah ini akan mempengaruhi keberhasilan program ini. |
Metode |
· Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian deskriptif. · Subjek penelitian ini
adalah 1 pengelola Bank Sampah Lintas Winongo dan 1 petugas BLH Kota
Yogyakarta. · Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik
studi pustaka, observasi dan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini, data
yang diperoleh akan
dianalisis secara
deskriptif kualitatif yaitu
dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan untuk menggambarkan secara mendalam
mengenai objek yang diteliti; disusun secara sistematis,
kemudian ditarik kesimpulan. |
Hasil |
· Kinerja output
program Bank Sampah : jumlah riil anggota
masyarakat yang memanfaatkan fasilitas
pengurangan sampah (Bank Sampah) belum memenuhi SPM jumlah masyarakat pengguna fasilitas pengurangan
sampah, yaitu 20%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat untuk
menjadi nasabah Bank Sampah masih
rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat ini juga menunjukkan bahwa
kesadaran dan perilaku masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah masih rendah. · Kinerja outcomes program
Bank Sampah : program Bank Sampah di Kota
Yogyakarta sudah mampu untuk mengurangi jumlah sampah yang
masuk ke TPA Piyungan. Hanya saja pengurangan
sampahnya baru sebesar 16% dari total sampah. Kondisi
ini masih belum memenuhi SPM
pengurangan sampah yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum yaitu
sebesar 20%. · Program Bank Sampah belum berhasil mencapai tujuannya. Walaupun juga tidak dapat dikatakan program ini gagal. Luas dan kompleksnya perubahan perilaku yang diharapkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi belum optimalnya kinerja implementasi Bank Sampah. Dengan demikian, program ini tidak boleh dihentikan. Program ini harus tetap berlanjut dan konsisten tetapi dengan penambahan kebijakan lain. |
Diskusi |
· Keberhasilan program
Bank Sampah memerlukan perubahan
pemikiran, kebiasaan dan
perilaku dari masyarakat. · Program Bank Sampah berupaya
untuk meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat dari
yang awalnya tidak melakukan pemilahan
dan pengolahan sampah diharuskan
untuk memilah dan mengolah sampah, namun kenyataannya masyarakat
sangat sulit mengubah pola pikirnya. Menggugah kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat
untuk mau memilah dan mengolah sampah merupakan
proses dan memerlukan waktu yang panjang. · Faktor utama yang mempengaruhi belum optimalnya implementasi Bank Sampah adalah sulitnya mengubah pemikiranm kebiasaan dan perilaku dari masyarakat. |
0 komentar:
Posting Komentar