17.6.20

SEMINAR ONLINE: PENGARUH LINGKUNGAN DAN KELUARGA DALAM PENERIMAAN DIRI TRANSGENDER


Oleh:
Alia Nanda Rumekti
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Transgender adalah sebuah konsep yang muncul pada 1990-an dan termasuk dalam istilah inklusif bagi orang-orang yang telah melepaskan diri dari harapan masyarakat bahwa seks dan gender adalah kategori-kategori penting dan biner (S. Hinen & T. Sange, 2010). Transgender adalah orang yang memiliki ungkapan gender yang berlawanan dari yang dimiliki. Transgender adalah istilah halus dari laki-laki tulen yang menghayati perannya sebagai wanita atau yang sebaliknya. Hal itu yang menyebabkan masyarakat menggunakan istilah transgender untuk menjuluki waria (wanita tapi pria) dan priawan (pria tapi wanita). Transgender sering dianggap suatu hal yang tabu atau tidak normal di masyarakat, bahkan di keluarganya sendiri. Para kaum transgender ini memerlukan dukungan dalam rangka upaya penerimaan diri. Dukungan ini diantaranya berasal dari keluarga dam lingkungan tempat mereka tinggal.
Dukungan keluarga dan lingkungan seringkali tidak hadir dalam hidup kaum transgender karena kurangnya pengetahuan dan literasi. Mereka biasanya hanya menilai bahwa transgender adalah suatu penyakit, kelaian, bahkan kutukan. Mereka biasanya cenderung menjauhi keberadaan kaum transgender, utamanya waria. Padahal, para waria ini tidak menginginkan dirinya menjadi seperti itu. Para waria sangat sulit mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka dituntut untuk membuka atau bekerja secara mandiri. Kesulitan ini masih ditambah dengan caci maki orang sekitar yang tidak menerima keberadaan mereka. Hal ini sangat mungkin berpengaruh dalam penerimaan dirinya sebagai waria. Ia bisa saja mengutuk dirinya sendiri dan menyelahkan Tuhan. Bisakah kita bayangkan dampaknya ketika hal tersebut terjadi?
Salah satu hal yang penting untuk meningkatkan peran keluarga dan lingkungan dalam hal ini adalah menambah pengetahuan. Hal itu yang melatarbelakangi munculnya Seminar Online "Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Terhadap Penerimaan Diri Transgemder". Seminar ini merupakan hssil kerjasama antara Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, Biro Psikologi UP45, UIN Sunan Kalijaga Yogayakrta, Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO), dan Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Seminar ini diikuti oleh 200 peserta dari berbagai kategori. Seminar yang dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Juni 2020 ini menghadirkan empat orang narasumber. Beliau adalah ibu Sinta Ratri, Ibu Ayu Kusuma, Bapak Drs. indra Wahyudi, M. Si, dan Ibu Maya Sandra Rosita Dewi, S. Sos, M. I. Kom. Keempatnya saling bekerjasama memberikan materi dalam seminar online ini.
Ibu Sinta Ratri adalah ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Pada seminar ini, beliau menyampaikan tentang cara waria beradaptasi berkaitan dengan penerimaab dirinya. Ibu Sinta menuturkan bahwa menerima diri sebagai waria tidak mudah. Segala bentuk deskriminasi tentu sering dialami. Beliau menekankan bahwa keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh bagi penerimaan diri waria. Keluarga dan masyarakat yang menerima keberadaan waria, akan memudahkan para waria ini dalam menerima dirinya. Materi ini kemudian di sambung oleh Ibu Ayu Kusuma dari ikatan Waria Yogaykarta. Beliau menuturkan bahwa penting bagi keluarga dan masyarakat untuk memahami bahwa waria bukan penyakit. Ilmu pengetahuan dan literasi tentang waria dan transgender dapat "membuka hati" bagi para waria.
Bapak Drs. Indra Wahyudi, M. Si yang merupakan dosen Psikologi UP45, menuturkan hal serupa. Beliau memperjelas antara transgender, transseksual, dan transvestit. Beliau juga menyampaikan melalui materinya dengan lebih kepada tujuan tercapainya egosentonik pada transgender. Ego sentonik adalah keadaan ego yang dicapai seseorang dalam mengintegrasikan semua aspek kepribadiannya secara terpadu dan selaras. Pencapaian ini tentu memerlukan adanya komunikasi antara diri transgender, keluarga, dan lingkungannya. Hal ini juga didukung oleh Ibu Maya Sandra Rosita Dewi, S. Sos., M. I. Kom yamg merupakan dosen Komunikasi UIN Yogya dalam materinya. Menurutnya, komunikasi bagi waria atau transgender ini sangat penting. Biasanya mereka sebagai kaum minoritas akan sangat sulit berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan. Ibu Maya menuturkan bahwa hal-hal kecil pembangun komunikasi bagi waria adalah dengan terlibat dalam kegiatan masyarakat. Kegiatan tersebut seperti kerja bakti, pengajian, arisan, dan sebagainya.
Seminar yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini tidak menghalangi para peserta untuk tetap antusias. Pertanyaan-pertanyaan yang apik muncul dalam sesi diskusi antara peserta dengan narasumber. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah sikap orang tua yang tega mengusir anaknya yang transgender dan bullying yang dilakukan masyarakat kepada transgender. Jawaban para narasumber sangat menarik. Setiap orang tua tentu mengaharapkan anaknya "tumbuh" sesuai dengan keinginannya dan masyarakat. Pengusiran ini mungkin sebagai hasil kekecewaan orangtua. Bullying dari masyarakat ini juga merupakan bentuk kekuatan mayoritas. Mayoritas ini merasa memiliki kekuatan atas minoritas, sehingga memunculkan rasa si minoritas tidak akan melawan.
Keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh kepada kelangsungan hidup transgender. Keberadaannya yang minoritas membutuhkan kekuatan untuk bertahan dari diskriminasi. Keluarga sebagai tempat asal mereka, diharapkan mampu menerima bahwa transgender sebagai takdir dan bukan penyakit atau kutukan. Lingkungan sebagau tempat tumbuh dan berkembang para transgender diharapkan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Jika ketiga pihak ini saling bekerjasama, maka kesuliyan Kesulitan yang dihadapi para kaum transgender sangat mungkin untuk  diatasi. Akhirnya, hal itu akan berdampak pada kedamaian masyarakat, keluarga, dan kemampuan penerimaan diri seluas-luasnya bagi para transgender.

Daftar Pustaka:

S. Hinen & T. Sange, e. (2010). Transgender Identities: Towards a Social Analysis of Gender Diversity. New York: Routledge.


Panitia Seminar Online "Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Terhadap Penerimaan Diri Transgender" :
1.      Alia Nanda Rumekti               (19310410066)
2.      Imelta Indriyani Alfiah           (19310410062)
3.      Mayli Qisti Rofiq                    (19310410095)
4.      Nico Hari Al 'Arafi                 (173104101165)
5.      Novia Zahra Zakiah                (19310410025)
6.      Rio Wahyu Nugroho               (173104101166)
7.      Trias Sabila Rahmah               (19310410036)



0 komentar:

Posting Komentar