Oleh:
Alia Nanda Rumekti
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Transgender adalah sebuah konsep yang muncul pada 1990-an dan termasuk
dalam istilah inklusif bagi orang-orang yang telah melepaskan diri dari harapan
masyarakat bahwa seks dan gender adalah kategori-kategori penting dan biner (S. Hinen & T. Sange, 2010) .
Transgender
adalah orang yang memiliki ungkapan gender yang berlawanan dari yang dimiliki.
Transgender adalah istilah halus dari laki-laki tulen yang menghayati perannya
sebagai wanita atau yang sebaliknya. Hal itu yang menyebabkan masyarakat
menggunakan istilah transgender untuk menjuluki waria (wanita tapi pria) dan
priawan (pria tapi wanita). Transgender sering dianggap suatu hal yang tabu
atau tidak normal di masyarakat, bahkan di keluarganya sendiri. Para kaum
transgender ini memerlukan dukungan dalam rangka upaya penerimaan diri.
Dukungan ini diantaranya berasal dari keluarga dam lingkungan tempat mereka tinggal.
Dukungan keluarga dan
lingkungan seringkali tidak hadir dalam hidup kaum transgender karena kurangnya
pengetahuan dan literasi. Mereka biasanya hanya menilai bahwa transgender
adalah suatu penyakit, kelaian, bahkan kutukan. Mereka biasanya cenderung
menjauhi keberadaan kaum transgender, utamanya waria. Padahal, para waria ini
tidak menginginkan dirinya menjadi seperti itu. Para waria sangat sulit
mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka dituntut untuk membuka atau bekerja
secara mandiri. Kesulitan ini masih ditambah dengan caci maki orang sekitar
yang tidak menerima keberadaan mereka. Hal ini sangat mungkin berpengaruh dalam
penerimaan dirinya sebagai waria. Ia bisa saja mengutuk dirinya sendiri dan
menyelahkan Tuhan. Bisakah kita bayangkan dampaknya ketika hal tersebut
terjadi?
Salah satu hal yang
penting untuk meningkatkan peran keluarga dan lingkungan dalam hal ini adalah
menambah pengetahuan. Hal itu yang melatarbelakangi munculnya Seminar Online
"Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Terhadap Penerimaan Diri Transgemder".
Seminar ini merupakan hssil kerjasama antara Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta, Biro Psikologi UP45, UIN Sunan Kalijaga Yogayakrta, Ikatan Waria
Yogyakarta (IWAYO), dan Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Seminar ini
diikuti oleh 200 peserta dari berbagai kategori. Seminar yang dilaksanakan pada
hari Minggu, 14 Juni 2020 ini menghadirkan empat orang narasumber. Beliau
adalah ibu Sinta Ratri, Ibu Ayu Kusuma, Bapak Drs. indra Wahyudi, M. Si, dan
Ibu Maya Sandra Rosita Dewi, S. Sos, M. I. Kom. Keempatnya saling bekerjasama
memberikan materi dalam seminar online ini.
Ibu Sinta Ratri adalah
ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta. Pada seminar ini, beliau
menyampaikan tentang cara waria beradaptasi berkaitan dengan penerimaab
dirinya. Ibu Sinta menuturkan bahwa menerima diri sebagai waria tidak mudah.
Segala bentuk deskriminasi tentu sering dialami. Beliau menekankan bahwa
keluarga dan lingkungan sangat berpengaruh bagi penerimaan diri waria. Keluarga
dan masyarakat yang menerima keberadaan waria, akan memudahkan para waria ini
dalam menerima dirinya. Materi ini kemudian di sambung oleh Ibu Ayu Kusuma dari
ikatan Waria Yogaykarta. Beliau menuturkan bahwa penting bagi keluarga dan
masyarakat untuk memahami bahwa waria bukan penyakit. Ilmu pengetahuan dan
literasi tentang waria dan transgender dapat "membuka hati" bagi para
waria.
Bapak Drs. Indra
Wahyudi, M. Si yang merupakan dosen Psikologi UP45, menuturkan hal serupa.
Beliau memperjelas antara transgender, transseksual, dan transvestit. Beliau
juga menyampaikan melalui materinya dengan lebih kepada tujuan tercapainya
egosentonik pada transgender. Ego sentonik adalah keadaan ego yang dicapai
seseorang dalam mengintegrasikan semua aspek kepribadiannya secara terpadu dan
selaras. Pencapaian ini tentu memerlukan adanya komunikasi antara diri
transgender, keluarga, dan lingkungannya. Hal ini juga didukung oleh Ibu Maya
Sandra Rosita Dewi, S. Sos., M. I. Kom yamg merupakan dosen Komunikasi UIN
Yogya dalam materinya. Menurutnya, komunikasi bagi waria atau transgender ini
sangat penting. Biasanya mereka sebagai kaum minoritas akan sangat sulit
berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan. Ibu Maya menuturkan bahwa hal-hal
kecil pembangun komunikasi bagi waria adalah dengan terlibat dalam kegiatan masyarakat.
Kegiatan tersebut seperti kerja bakti, pengajian, arisan, dan sebagainya.
Seminar yang
berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini tidak menghalangi para peserta
untuk tetap antusias. Pertanyaan-pertanyaan yang apik muncul dalam sesi diskusi
antara peserta dengan narasumber. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah
sikap orang tua yang tega mengusir anaknya yang transgender dan bullying
yang dilakukan masyarakat kepada transgender. Jawaban para narasumber sangat
menarik. Setiap orang tua tentu mengaharapkan anaknya "tumbuh" sesuai
dengan keinginannya dan masyarakat. Pengusiran ini mungkin sebagai hasil
kekecewaan orangtua. Bullying dari masyarakat ini juga merupakan bentuk
kekuatan mayoritas. Mayoritas ini merasa memiliki kekuatan atas minoritas,
sehingga memunculkan rasa si minoritas tidak akan melawan.
Keluarga dan lingkungan sangat
berpengaruh kepada kelangsungan hidup transgender. Keberadaannya yang minoritas
membutuhkan kekuatan untuk bertahan dari diskriminasi. Keluarga sebagai tempat
asal mereka, diharapkan mampu menerima bahwa transgender sebagai takdir dan
bukan penyakit atau kutukan. Lingkungan sebagau tempat tumbuh dan berkembang
para transgender diharapkan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan mereka.
Jika ketiga pihak ini saling bekerjasama, maka kesuliyan Kesulitan yang
dihadapi para kaum transgender sangat mungkin untuk diatasi. Akhirnya, hal itu akan berdampak
pada kedamaian masyarakat, keluarga, dan kemampuan penerimaan diri seluas-luasnya
bagi para transgender.
Daftar Pustaka:
S. Hinen & T. Sange, e. (2010). Transgender
Identities: Towards a Social Analysis of Gender Diversity. New York:
Routledge.
Panitia Seminar Online "Pengaruh
Keluarga dan Lingkungan Terhadap Penerimaan Diri Transgender" :
1.
Alia Nanda Rumekti (19310410066)
2.
Imelta Indriyani Alfiah (19310410062)
3.
Mayli Qisti Rofiq (19310410095)
4.
Nico Hari Al 'Arafi (173104101165)
5.
Novia Zahra Zakiah (19310410025)
6.
Rio Wahyu Nugroho (173104101166)
7.
Trias Sabila Rahmah (19310410036)
0 komentar:
Posting Komentar