15.6.20

Perilaku Pro-lingkungan Hidup


Memulai Pendidikan Lingkungan Hidup Dari Rumah

Oleh Ika Fatmawati
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Suatu hari saya mendatangi sebuah bank sampah atas rekomendasi teman di wilayah Sedayu. Bank sampah tersebut bernama Sehat Jiwa Raga Bersih Lingkungan atau sering disingkat dengan SJR Bling yang beralamat di Jurug Rt 44, Argosari, Sedayu, Bantul. Saya berkenalan dengan Ibu Painah selaku pengurus SJR Bling yang saat ini mengelola. Ibu Painah menjelaskan bahwa SJR Bling berdiri pada tanggal 10 Juni 2012, dan tidak ada syarat khusus untuk menjadi anggota di Bank Sampah SJR Bling tersebut.

Ibu Painah memberikan contoh buku tabungan SJR Bling yang berlogo sebuah perusahaan besar, Unilever. Saya membuka buku tersebut dan tercengang melihat salah satu item yang di setorkan salah satu nasabah yaitu plastik kresek. Selama ini saya dan keluarga memandang sebelah mata sampah satu ini. Hampir setiap hari ada plastik kresek baru yang datang sebagai sampah di rumah.

Menurut Nasrun, Kurniawan, dan Sari (2015) plastik adalah istilah umum bagi polimer, yaitu material yang terdiri dari rantai panjang karbon dan elemen-elemen lain (oksigen nitrogen, klorin atau belerang) yang mudah dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan.

Plastik kresek sangat mudah didapatkan karena harganya yang relatif murah. Akan tetapi setelah sampai di rumah biasanya ada yang langsung menuju tempat sampah atau dikumpulkan dan berakhir dalam tempat sampah juga. Kita menganggap plastik kresek bekas tidak bisa di manfaatkan kembali. Kita hanya memanfaatkan plastik kresek bekas yang masih bersih untuk membungkus barang.

Plastik kresek ternyata bisa disulap menjadi aneka ragam barang olahan dari limbah plastik yang bernilai tinggi. Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) di Yogyakarta bisa “menyulap” sampah-sampah plastik menjadi berbagai barang kerajinan seperti bross, bunga hias, replika mini berbagai kendaraan, tempat pensil, kantong belanja, hingga tas tangan. Bahkan kerajinan dari plastik bekas tersebut justru banyak di minati di luar negeri. Sudah mengurangi sampah, bernilai rupiah tinggi.
                                                                                    
Sejak mengetahui bahwa kreasi dari plastik kresek bernilai tinggi, saya rajin mengumpulkan plastik kresek. Aktifitas saya yang menjadi rajin memilah sampah akhirnya menarik perhatian suami dan anak- anak. Mereka pada awalnya hanya melihat, kemudian menanyakan mengapa saya juga mengumpulkan plastik kresek bekas. Bahkan plastik kresek bekas yang basah karena air pun saya balik dan saya keringkan.

Dulu, sampah yang saya pilah hanyalah botol plastik, kertas bekas, kardus bekas dan dan besi yang sudah terpakai. Sekarang harta karun tambahan saya adalah plastik kresek. Hal ini saya lakukan dalam rangka ingin membantu mewujudkan generasi muda yang pro-lingkungan hidup. Saya memulai pendidikan lingkungan hidup dari anak- anak di rumah. Melibatkan anak dalam menjaga lingkungan bertujuan untuk memberikan pengajaran dan pelatihan sejak dini

Kebiasaan menjaga lingkungan yang telah diajarkan dari rumah akan berpengaruh terhadap perilaku anak ketika berada di luar. Mereka tidak akan merasa terpaksa menjaga lingkungan tempat mereka berada ketika dewasa. Seperti halnya yang di sampaikan Shinta (2019) Pendidikan lingkungan hidup (PLH) adalah proses pengubahan sikap dan perilaku dalam usaha mendewasakan manusia dalam bidang lingkungan hidup. Proses ini dilakukan melalui pengajaran dan pelatihan serta membutuhkan suri tauladan dari guru / pendidik. Hasil dari proses pendidikan adalah perilaku pro-lingkungan hidup atau perilaku yang secara sadar dilakukan seseorang untuk meminimalkan dampak negatif atas lingkungan alami dan binaan.

Orang tua berperan sebagai suri tauladan bagi anak- anak ketika di rumah. Anak akan melihat dan meniru dari apa yang mereka lihat setiap hari. Apa yang dilakukan orang tua, akan dilihat dan di iikuti oleh anak- anak. Contoh kecil di rumah kami adalah kebiasaan mengumpulkan botol plastik dan kresek bekas. Ketika mereka menemukan palstik kresek atau botol plastik yang sudah kosong, mereka akan mengumpulkan di tempat yang saya sediakan.

Belajar dengan pengalaman langsung disebut juga dengan Social Learning. Bandura (1971) menyampaikan bahwa dalam sistem pembelajaran sosial, pola perilaku baru dapat diterapkan melalui pengalaman langsung atau dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar dari pembelajaran, berakar pada pengalaman langsung. Sebagian besar diatur oleh konsekuensi penghargaan dan hukuman yang mengikuti tindakan apa pun yang diberikan. Orang-orang berulang kali dihadapkan dengan situasi-situasi di mana mereka membuat kesepakatan dengan satu atau lain cara.

Pada awalnya saya berusaha sendiri, kemudian diikuti suami. Saya sengaja tidak memaksakan anak untuk langsung mengikuti apa yang kami inginkan. Masa anak- anak yang kritis membuat mereka penasaran jika ada hal baru. Mereka akan melihat, bertanya, kemudian mengikuti langkah orang tuanya tanpa perlu paksaan dan secara sukarela.

Memberikan keteladanan anak dalam hal menjaga lingkungan memang tidak mudah. Kiat- kiat  yang saya lakukan untuk anak- anak guna membangun kepedulian lingkungan di rumah adalah :

1)    Membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
Dengan memberi motivasi bahwa membuang sampah pada tempatnya akan membuat rumah bersih dan di sayang Allah. Rumah yang bersih tidak akan dipakai untuk bersarang nyamuk, kecoa, dan tikus.

2)    Mengumpulkan buku sekolah, majalah,  dan kertas yang tidak digunakan dalam sebuah rak khusus.
Jika rak sudah penuh, saya ajak mereka menyortir yang masih bisa dipakai dan tidak. Yang tidak dipakai lagi saya masukkan ke kardus untuk disetorkan ke bank sampah.

3)    Memilah sampah.
Mereka harus membawa pulang botol plastik jika terpaksa membeli di sekolah atau diluar. Botol plastik dimasukkan ke karung, sedangkan plastik kresek bekas bungkus dimasukkan ke kresek besar. Saya sampaikan jika nanti sampah- sampah tersebut bisa menjadi uang dan tabungan mereka

Ketiga kiat tersebut jika bisa dilaksanakan secara konsisten maka akan menumbuhkan sikap disiplin pada anak, mencintai kebersihan dan peduli dengan lingkungan. Sebagai orang tua, saya juga menyadari jika semua ada prosesnya. Harapan saya, dalam keluarga akan saling memberi contoh yang baik. Saya dan suami memberi contoh pada anak, anak pertama akan memberi contoh kepada adik- adiknya

Referensi :

- Nasrun, Kurniawan, E., Sari, I. (2015). Jurnal Energi Elestrik: Pengelolaan Limbah Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisi. Volume IV (1)
- National Geographic Indonesia.com. (2016, 15 April). Tas Tangan Berbahan Plastik dari Jogja Mendunia . Diakses pada 15 Juni 2020, dari https://nationalgeographic.grid.id/read/13304844/tas-tangan-berbahan-plastik-dari-jogja-mendunia
- Shinta, A. (2019). PENGUATAN PENDIDIKAN PRO-LINGKUNGAN HIDUP Di Sekolah-Sekolah Untuk Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda Pada Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Best Publisher
- Bandura, A. (1971). Social Learning Theory. New York : General Learning Press

0 komentar:

Posting Komentar