5.1.23

Essay 3 Psikologi Lingkungan Plogging di Lingkungan Taman Ismail Marzuki Menteng


Marfino Hamzah

Essay 3  

Psikologi Lingkungan

Arundati Shinta

 Essay 3 Psikologi Lingkungan Plogging di Lingkungan Taman Ismail Marzuki Menteng









Didaerah kwitang Jakarta pusat, banyak sampah sampah yang berserakan dan menjadikan menggunung maka harus diri kita sendiri untuk mengambil sampah” tersebut agar kita  bisa sadar diri tentang lingkungan, maka dari itu saya kami dan teman” lain melakukan plogging, ya meskipun bakalan ada lagi sampah tersebut, tetapi kita sering melakukan nya agar orang” lain menjadi sadar diri akan peduli lingkungan ,  Nggak hanya demi kesehatan, kini kamu juga bisa berolah raga demi kebaikan lingkungan lo guys. Lihat saja nih tren olahraga terbaru di Swedia. Nggak cuma buat sehat dan keren aja, tapi juga bikin lingkungan jadi bersih. Mereka menamakan olahraga ini dengan istilah ‘plogging’. Hebatnya, olahraga ini nggak perlu biaya yang mahal lo. Nggak pakai bayar member fitness atau bayar guru privat, semua bisa dilakukan sendiri dengan sederhana. Yuk simak apa itu olahraga ‘plogging’ yang populer di Swedia sejak 2 tahun yang lalu bersama Hipwee News & Feature!  
1. Olahraga plogging merupakan kombinasi jogging dengan plocka yang dalam bahasa Swedia adalah mengambil. Yang diambil adalah sampah-sampah yang berserakan di jalanan.  2. Awalnya plogging hanya dilakukan di Swedia aja mulai sekitar bulan Oktober tahun 2016. Kemudian melalui media sosial Instagram, kegiatan olahraga plogging jadi populer di dunia. Sampai saat ini, di Instagram sudah ada lebih dari 39 ribu unggahan yang menggunakan tagar plogging. Banyak lo negara lain yang mengadaptasinya dan melakukan olahraga sambil bersih-bersih jalan.  
3. Anti ribet dan anti mahal, cuma perlu modal sepatu olahraga, tas sampah, dan juga sarung tangan buat melakukan olahraga plogging. Tas sampah penting buat membawa sampah yang dipungut dijalan sepanjang rute jogging. Sedangkan sarung tangan sebaiknya dipakai buat menghindarkan tangan menyentuh ‘kejutan’ yang nggak menyenangkan saat mengambili sampah.  4. ‘Plogging’ bukan cuma enak disebut. Tetapi, bagus untuk tubuh, pikiran dan lingkungan. Dengan melakukan aktivitas ini, pada waktu bersamaan kamu peduli pada diri sendiri dan lingkungan.  
5. Aktivitas ini juga dapat menyenangkan para pelakunya. Tidak heran kalau ‘plogging’ menjadi populer.  Kini, bukan hanya orang Swedia yang melakukannya. Warga negara lain pun mulai ketularan tren ini. Dan sekarang ‘plogging’ kini lebih dikenal sebagai aksi sosial.  Orang Indonesia juga mulai mensontek gaya hidup ‘plogging’. Sejumlah komunitas lari melakukan aksi ini. Volume sampah yang mereka kumpulkan juga luar biasa banyak.  Komunitas Solo Runners, misalnya, mereka mengumpulkan sampah sebanyak 90 kilogram dalam satu kegiatan.  Dari sisi kesehatan, cara ini disebut-sebut lebih efektif membakar kalori ketimbang jogging. Seperti dilansir Independent, ketika memungut sampah, kamu melakukan gerakan serupa squat. Squat inilah yang membentuk otot bokong dan paha.  Bisa tebak berapa banyak kalori terbakar selama ‘plogging’? Ini jawabannya. ‘Plogging’ 30 menit dapat membakar hingga 288 kalori.  Angka ini jelas lebih besar daripada jogging yang hanya membakar 235 kalori. Belum pernah coba? Sesekali, coba lah. Untuk memulainya amat gampang.  Ajak beberapa trainer olahraga, lalu jogging lah beramai-ramai. Jangan lupa bawa tas kain atau kantung. Setiap kali menemukan sampah, berhenti lah. Kemudian ambil sampah tersebut. Masukkan ke dalam kantung yang kamu bawa.  Setibanya di rumah, kamu tinggal menyortir sampah yang dapat didaur ulang. Pelatih fitness Miranda Larbi mengatakan kepada Metro.co.uk, memungut sampah bagus untuk latihan. “Plogging memiliki karakter sama dengan training berkala,” terangnya.  Ia menyarankan ‘plogging’ kepada orang-orang yang ingin memperbaiki kualitas fitnessnya.    

Daftar Pustaka :    
https://studilingkungan.blogspot.com/  https://semnaslppm.ump.ac.id/index.php/semnaslppm/article/view/77/0

1 komentar:

  1. https://imgur.com/a/mA3oZYH

    Mohon Ibu Sinta mengecek link di atas karena itu adalah bukti bahwa ilustrasi di essai ini adalah editan

    BalasHapus