9.11.22

Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah

Nama : Syaifulloh Aji Widada

NIM   : 21310410009

Kelas  : SJ


Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sampah di Desa Bawuran Bantul Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan

Dosen pengampu : Ibu Arundati Shinta

Peran perempuan kerap dipandang sebelah mata. Padahal sebagai ibu rumah tangga, ia memegang peran kunci dalam tata kelola keluarga dan pendidikan. Sifat perempuan yang cenderung komunal, kooperatif, dan asuh membuat posisinya penting dalam kegiatan bermasyarakat, salah satunya dalam upaya penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan sampah, wabil khusus sampah rumah tangga. Perempuanlah yang mampu menjadi kunci dalam mengendalikan produksi sampah rumah tangga.

 

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengaku sulit memenuhi tuntutan warga yang meminta penutupan permanen Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Piyungan, Sitimulyo, Bantul.




"Persoalan pengolahan sampah tidak hanya pada kawasan hilir, melainkan juga hulu. Yang harus dilakukan selain dibuang di tempat sampah, sampah kudu dipilah dulu mana yang organik mana yang anorganik. Perlu edukasi ke masyarakat tentang sampah, selain berdampak pada pemandangan tidak nyaman, juga berdampak pada kesehatan," katanya. Sementara, Wakil Kepala Dinas PU ESDM DIY Kusno Wibowo menjelaskan kondisi timbulan sampah yang masuk ke TPA Piyungan ini rata-rata sudah mencapai 700 ton per hari.

 

Timbulan sampah yang masuk akan terus meningkat tiap tahunnya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan minimnya upaya pengurangan dari sumber. Sementara, saat ini TPA Piyungan masih menggunakan lahan eksisting seluas 12,5 hektare.

Sampah rumah tangga sebagian besar berasal dari dapur, ada plastik-plastik bekas kemasan makanan, minuman, dan bahan mentah yang disebut sebagai sampah anorganik. Kemudian ada juga sisa makanan matang, sisa buah-buahan, dan sayuran mentah yang tidak ikut termasak, disebut sebagai sampah organik,

Peran perempuan dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga tak lepas dari aktivitas yang mereka lakukan tiap hari.

Membelanjakan konsumsi sehari-hari mayoritas dilakukan oleh ibu rumah tangga, jika mereka sudah mempunyai kesadaran mengelola sampah, otomatis anggota keluarga lain akan mengikuti.

Menurut Kusno, Kementerian PUPR melalui Balai Prasana Permukiman Wilayah (BPPW) DIY sudah melakukan optimalisasi dan penataan pada lahan eksisting TPA Piyungan dengan membentuk timbulan sampah menjadi terasering serta mengoptimalkan kapasitas tersedia.

"Dengan melakukan penataan sel sampah membentuk terasering, optimalisasi Instalasi Pengolahan Lindi, dan perbaikan sarana prasarana di sel eksisting TPA Piyungan," jelas Kusno.

Kusno menambahkan perbaikan sarana prasarana TPA Piyungan untuk mengurangi masalah lingkungan di permukiman sekitar juga sudah dilakukan oleh Dinas PUP ESDM. Yakni, dengan pemasangan pipa dan listrik untuk instalasi pengolahan lindi, pengerjaan jalan inspeksi di sel eksisting dan drainase pemukiman di Dusun Bawuran.

Kendati demikian kapasitas dari lahan sel eksisting di TPA Piyungan setelah dilakukan optimalisasi diperkirakan tetap tak mampu menampung sampah hingga akhir 2022. Pasalnya, jumlah timbulan sampah semakin meningkat.



Oleh karenanya, Pemda DIY berencana mengembangkan TPA Regional Piyungan melalui dua rencana. Pertama, pengembangan TPA menggunakan pengolahan berdasarkan teknologi lewat skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

"Saat ini sudah masuk dalam tahap penyiapan studi kelayakan Proyek KPBU Pengembangan TPA Regional Piyungan. Pengembangan TPA Regional Piyungan dengan skema KPBU ini direncanakan baru beroperasi di tahun 2026," urai Kusno.

Kedua, Pemda DIY berencana membangun TPA Transisi Regional Piyungan sebagai tempat pengolahan sampah baru. Pertimbangannya, lahan eksisting sudah tidak bisa menerima sampah di akhir tahun 2022 dan pengembangan dengan skema KPBU baru beroperasi di tahun 2026.

perempuan sebagai ibu menjadikannya faktor utama dalam penerapan edukasi pelestarian lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah.

Di sini yang mengasuh anak, dan mengurus rumah lebih banyak dari perempuan, karena yang laki-laki biasanya sibuk bekerja, kata Dyah. Oleh sebab itu, Dyah memilih untuk menyampaikan sosialisasi tentang pengelolaan sampah melalui kegiatan yang dilakukan oleh perempuan, seperti rapat PKK dan perkumpulan Dasawisma (Dawis)

Hal serupa juga dilakukan oleh Supriyati, ibu rumah tangga dengan 2 anak yang menjadi pengurus PKK di Desa Bawuran. Di umurnya saat ini yang sudah 30 tahun, ia ingin memberikan kontribusi untuk keluarga dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya


 


0 komentar:

Posting Komentar