11.5.22

Wanita Karir : Sebuah Pilihan Dilematis Antara Pekerjaan dan Keluarga

 Wanita Karir : Sebuah Pilihan Dilematis Antara Pekerjaan dan Keluarga



 Oleh: Rizki Amelia Saputri

NIM: 21310410035

Esai ini dibuat untuk memenuhi persyaratan UTS Mata Kuliah Psikologi Industri & Organisasi







Saat ini banyak perempuan yang bekerja di luar rumah secara formal. bekerja di luar rumah secara formal. Sekarang pandangan tentang gender yang memisahkan peran laki-laki dan perempuan tidak lagi relevan seperti halnya laki-laki yang diharapkan menjadi simpanan simpanan keuangan, dan simpanan mereka dengan urusan domestik, seperti mengelola rumah dan mengurus anak. 

Sekarang cukup banyak perempuan dapat berkiprah di ruang, tidak hanya karena terpaksa atau memilih lingkungan ekonomi, tetapi juga untuk dapat mengakhtualisasi potensi dirinya secara optimal. Kenyataannya adalah bahwa tidak sedikit perempuan sekarang dapat tampil di ruang publik dan tidak kalah dibandingkan dengan laki-laki. 

uatu kenyataan yang mendukung hasil penelitian Psikologi Perempuan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kecerdasan umum perempuan dan laki-laki. 

Sejumlah alasan melatarbelakangi perempuan memilih untuk bekerja antara lain, karena faktor ekonomi, kompetensi yang dimiliki dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, ketidak seimbangan pemenuhan kedua peran tersebut dapat mendorong munculnya konflik pekerjaan-keluarga (work-family conflict ). 

Banyak hal yang menjadi penyebab mengapa banyak bermunculan tentang masalah rumah tangganya. Peran uang dalam pernikahan sangat penting. Laki-laki sebagai suami memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga.Tapi bagaimana jika penghasilan suami sangat sedikit, istri bekerja dan pengahasilannya lebih besar dari suaminya.Pada umumnya, laki-laki menderita inferioritas kompleks saat mereka lebih rendah. sebagai seorang istri pernah melakukan hal-hal seperti meremehkan, pamer, membandingkan, kontribusikan kontribusinya, biayanya, dan jangan tanggung-tanggung. 

Tapi dilihat pada zaman sekarang, di mana istri juga banyak yang berkerja, tugas menafkahi tidak lagi mutlak menjadi kewajiban seoarang suami, karena seorang istri juga ikut berkarir dan terjun kelapangan kerja untuk menafkahi keluarga. Lalu bagaimana dengan asuhan terhadap anak-anak dirumah, sedangkan suami dan istri sama-sama bekerja, sedangkan istri bertanggung jawab terhadap anak-anak. 

Kewajiban suami dalam menafkahi adalah mutlak dilaksanakan apakah istri diminta atau tidak.Mungkin saja istri sama-sama bekerja tidak membutuhkan nafkah dari suaminya, keberadaan istri yang bekerja mampu mencukupi kebutuhan hidupnya atau berasal dari keluarga yang kaya raya mendapatkan pasokan terus menerus tapi tidak menggugurkan kewajiban suami sebagai pemberi nafkah. 

Maka inilah yang menjadi permasalahan dalam keharmonisan dalam rumah tangga. Karena anak akan terabaikan dalam segi kebutuhan pelayanan kesehariannya harus menjadi tugas seorang ibu untuk memenuhi atau melayani kebutuhan anak-anak, namun sekarang anak diasuh oleh pengasuh, yang pengasuh tidak bisa sama cara mengasuh seperti ibu kandung anaknya sendiri.Akan ada rasa ketidak sempurnaan dalam psikologi anak-anak terhadap ibu kandungnya sendiri.Anak akan lebih nyaman bersama pengasuhnya dibandingkan dengan ibu kandungnya sendiri. Karena anak lebih sering dilayani dan bermain dengan pengasuhnya. 

Kemudian hak suami yang dipenuhi itupun juga tidak maksimal, karena istri ketika ia pulang dari kerja ia pun telah bekerja dalam keadaan lelah dan tidak menikmati suaminya. Maka dalam hal inilah sering terjadi dalam rumah tangga, dan bisa menimbulkan perceraian dimana-mana. 

 

Referensi: 

http://www.hukumonline.com/klinik/a/suami-tidak-cukup-memberi-nafkah-apakah-termasuk-kdrt 

http://cantik-tempo-co.cdn.ampproject.org/v/s/cantik.tempo.co/amp/909498 

http://gajimu.com/gaji/kesenjangan-upah/kesenjangan-upah-antar-gender-tanya-jawab-indonesia 

http://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14473/05.15%20bab%201.pdf?sequence=6&isAllowed=y 

0 komentar:

Posting Komentar