Aulia Khoiru Ummatin
21310410086
Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Essay ini dibuat untuk Ujian Tengah Semester Psikologi Sosial 2022
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ibu Arundati Shinta.
Sejatinya, setiap manusia selalu diikuti dengan kebutuhan. Kebutuhan menjadi suatu dorongan yang baik, ketika kebutuhan itu terpenuhi dengan cukup. Pemenuhan kebutuhan selalu didasari motif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Artinya, motivasi menjadi dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan hasil yang maksimal. Tidak lupa, motivasi yang berasal dari keluarga juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Maka dari itu, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan masa depan seorang anak. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi juga bertanggung jawab dalam mendidik dan mengarahkan pola pikir anak, serta perkembangan psikologis anak ke arah yang positif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:80) “Motivasi orang tua dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”
Pengertian motivasi disampaikan oleh Michael J. Jucius yang dikutip Widayat Prihartanta, bahwa motivasi merupakan kegiatan yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Dengan demikian, motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Dalam perkembangannya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang pada dasarnya merupakan kesadaran pribadi untuk melakukan suatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan hal tersebut.
Dalam teori yang tertera dalam bukunya “The Achieving Society”, McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial. Cadangan potensial tersebut dapat dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada dorongan motivasi individu, serta didukung oleh situasi dan kesempatan yang tersedia. Motivasi untuk mengerahkan cadangan energi potensial tersebut menurut McClelland terpusat pada tiga bentuk kebutuhan, yaitu kebutuhan akan prestasi (need of achievement), kebutuhan akan kekuasaan (need of power), kebutuhan akan afiliasi (need of affiliation).
Kebutuhan akan prestasi akan muncul dari dalam diri seseorang ketika ia mendapatkan dorongan motivasi tambahan dari keluarga mereka untuk bersaing dan menjadi yang terbaik dalam dunia pendidikan mereka masing-masing. Seseorang yang mempunyai pola pikir positif dan selalu mendapat dukungan dari keluarganya akan mendorong lebih kuat untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuannya.
Kebutuhan akan kekuasaan merupakan keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi dapat menjalin suasana yang kompetitif di lingkungan keluarga maupun lingkungan belajarnya.
Kebutuhan akan afiliasi adalah kebutuhan untuk memperoleh hubungan sosial yang baik. Seseorang dengan kebutuhan akan afiliasi yang tinggi cenderung menyukai situasi kooperatif. Lingkungan keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan ini dengan baik menjadikan seorang anak menyukai persahabatan dan kedamaian di lingkungan sosialnya. Di lingkungan sekolah kebutuhan ini akan terwujud dalam proses belajar mengajar yang menjadikan komunikasi yang baik antara guru dan siswa maupun sebaliknya.
Walaupun kebanyakan orang memiliki kombinasi tiga karakteristik tersebut, akan tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan masing-masing. Ada yang lebih kuat pada aspek kebutuhan akan prestasi, ada yang lebih kuat pada aspek kebutuhan akan kekuasaan, dan ada yang lebih kuat pada aspek kebutuhan akan afiliasi. Perbedaan-perbedaan kecenderungan inilah yang menyebabkan perbedaan seseorang dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Susanto, N.H., & Lestari, C. 2018. Mengurai Problematika Pendidikan Nasional Berbasis Teori Motivasi Abraham Maslow dan David McClelland. Lembaran Ilmu Kependidikan. 47 (1) : 30-39
0 komentar:
Posting Komentar