Psikologi Sosial
Oleh:
Nabila Tus Sangadah (21310410038)
Kelas A (Reguler)
Dosen Pengampu :
Dr. Arundati Shinta, M.A
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Semester Genap T.A 2021/2022
Rokok yaitu suatu produk
tembakau yang dibakar dan dihisap atau dihirup asapnya, termasuk rokok putih, rokok
kretek, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana
rustica, nicotiana tabacum dan atau sintetis lainnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar dengan bahan tanpa tambahan (PP No. 109 tahun 2012). Rokok
adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 70-120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter 10 mm berisi daun-daun tembakau yang dalamnya
telah dicacah. Rokok akan dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara supaya asapnya dapat dihirup melalui mulut pada ujung lainnya.
Selain merokok berdampak
buruk bagi kesehatan perokok, ada juga asap rokok (AROL) juga sangat berbahaya
bagi kesehatan orang di sekitarnya yang sedang menghisapnya, dalam hal ini
menjadi perokok pasif. AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan oleh
ujung rokok yang membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang
dihembuskan oleh perokok.
Menurut Jaya (2009), di
Indonesia rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas
bahan baku atau isi rokoknya yaitu sebagai berikut :
- Rokok
putih, yaitu rokok dengan bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok
kretek, yaitu rokok dengan bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok
klembak, yaitu rokok dengan bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Saat saya wawancara salah
satu perokok yaitu Bapak saya sendiri, disitu saya menanyakan bahwa rokok itu
berbahaya mengapa anda masih mengonsumsinya. Jawaban Bapak yaitu karena pekerjaan
saya yang membuat saya merokok sebab saya bekerja siang dan malam hari. Dengan adanya merokok agar saya tidak mengantuk dan tidak stres menghadapi pekerjaaan tersebut maka solusinya
adalah merokok. Kesimpulannya yaitu bahwa Bapak tersebut sudah mengetahui bahwa
merokok bahaya tetapi ia melakukannya karena soal pekerjaan.
Disonansi kognitif adalah situasi yang mengacu pada
konflik mental, yang terjadi ketika keyakinan, sikap, dan perilaku
seseorang tidak selaras. Sebagai contohnya
seperti yang di katakana oleh Bapak tersebut, bahwa Bapak akan tetap merokok meski
tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatannya. Maka dari itu dapat menimbulkan
perasaan tidak nyaman pada seseorang yang di hadapan dirinya. Hal ini mengarah
pada perubahan salah satu sikap, keyakinan, atau perilaku untuk mengurangi
ketidaknyamanan tersebut. Festinger menunjukkan setiap
orang pasti memiliki dorongan batin untuk menjaga semua sikap dan perilaku
tetap selaras serta menghindari ketidakharmonisan (disonansi). Bila disonansi
ini terjadi, sesuatu harus berubah untuk menyelaraskan kembali situasi tersebut.
Akibat ketidakselarasan, Bapak tersebut mengubah perilakunya seperti
berhenti merokok agar selaras dengan keyakinannya yang dia miliki. Tetapi, ia juga
bisa mengubah pemikirannya dengan rokok tidak berbahaya atau mencari efek
positif dari merokok, seperti mempercayai bahwa merokok dapat mengurangi stres dan mencegah penambahan berat badan. Bahkan menurut bapak rokok dapat
menghilangkan rasa mengantuk.
Daftar Pustaka
Sodik, M. A. (2018,
July 4). Merokok & Bahayanya.
https://doi.org/10.31219/osf.io/wpek5
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/disonansi-kognitif/
0 komentar:
Posting Komentar