26.4.22

REMAJA DAN PERMASALAHANNYA


Psikologi Sosial

Semester Genap T.A 2021/2022

Oleh :

Muslimin (21310410065)

Kelas A (Reguler) 

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA


Rentang remaja adalah 10 tahun sampai 21 tahun menurut beberapa ahli. Fase remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa. Karakteristik yang bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan yang terjadi baik itu perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah perubahan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan mental pun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis. Periode ini disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Kebutuhan lain dari remaja adalah teman sebaya, dimana teman sebaya adalah sangat penting bagi remaja untuk mengenal dunia diluar keluarga. Namun dalam interaksinya, remaja sering mengalami tekanan untuk mengikuti teman sebaya atau yang disebut konformitas (conformity) yang sangat kuat. Konformitas ada yang positif dan negatif. Konfirmasi muncul ketika individu meniru sikap, atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan nyata maupun yang tidak nyata. Perilaku remaja yang menyimpang seperti berbuat onar, mencuri dan lain-lain perlu mendapat perhatian khusus bagi orang tua, guru dan perhatian pendidikan. Pertentangan  dan pemberontakan adalah bagian adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa yang mandiri dan peka secara emosional.

Demikian pula dengan fase remaja, memiliki ciri-ciri yang berbeda dan karakteristik yang berbeda pula dari fase kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Selain itu, setiap fase memiliki kondisi-kondisi dan tuntutan-tuntutan yang khas bagi masing-masing individu. Oleh karena itu, kemampuan individu untuk bersikap dan bertindak dalam menghadapi satu keadaan berbeda dari fase satu ke fase yang lain. Hal ini tampak jelas ketika seseorang mengekspresikan emosi-emosinya. Seperti bagaimana melepaskan stres dengan cara yang sesuai, mengungkapkan kemarahan dengan kata-kata ketimbang tindakan negatif, mengatasi situasi sulit atau berbahaya dengan tenang, mengatasi situasi sedih dengan cara yang tepat, menangani situasi mengejutkan dengan kontrol menunjukkan kesukaan, kasih sayang, cinta terhadap orang lain dan lain sebagainya. Pertumbuhan terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial sosial, kognitif, bahasa, respon yang terjadi dari setiap fase perkembangan mengalami perubahan pada anak sejalan dengan berlangsungnya waktu karena kedewasaannya, lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya. Atau bimbingan dari orang tua.

"Fase remaja"
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan berikut ini.

1. Pria Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) pria remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya satu tahun, untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah dan meningkatkan berkenaan dengan apa yang orang pikirankan tentang mereka. Seperti pertanyaan: apa yang mereka pikirankan tentang aku ? mengapa mereka menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak "keren"? dan lain lain-lain.
    

2. Remaja awal (13 atau 14 tahun-17 tahun). Pada fase ini perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa mudah, remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini pencapaian kemandirian dan indentitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.

Kerangka atau fisik tubuh seperti proposal tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja, akan tetapi, pubertas bukankah peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi, pubertas adalah bagian dari suatu proses yang berangsur-angsur (gradual). Pada fase ini kita akan banyak melihat fenomena remaja yang duduk-duduk berjam-jam didepan kaca untuk penampilan yang sempurna untuk meyakinkan bahwa dirinya menarik. Terkadang juga remaja berpenampilan yang aneh-aneh supaya mendapat perhatian dan diakui keberadaannya. Misalnya, tentang model rambut, model baju, model. assesoris yang selalu mengikuti perkembangan jaman dan tingkah laku lain yang kadang kita anggap tidak sewajarnya dan lain sebagainya.
Karena hormon-hormon sexnya sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah mempunyai rasa ketertarikan dengan lawan jenis sehingga remaja begitu sangat cemas dan tertekan apabila ada yang kurang pada penampilan dirinya. Mereka berusaha untuk menutupi kekurangannya dengan berbagai cara. Dalam masa pubertas ini remaja berusaha tampil secara meyakinkan dan tanpa rasa minder ketika mereka bergaul dengan teman-teman sebayanya. Preokupasi (perhatian) terhadap citra tubuh itu cukup kuat di masa remaja, secara khusus kecenderungan ini terjadi akut di masa pubertas. Sekalipun demikian, mimik keraguan masih seringkali terlihat pada raut mukanya, terutama ketika berbicara dengan orang-orang dewasa.
     Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai masalah "pergolakan dan stres" (strom-and-stres). Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesediaan. Anak remaja mungkin nakal kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin bersama-bersama dengan sahabatnya.
      Sebenarnya hampir selama abad ke-20, remaja digambarkan sebagai sosok yang abnormal dan menyimpang alih-alih sebagai sosok yang normal dan tidak menyimpang inilah pertimbangan dari Hall mengenai badai dan stres. Gambaran yang diberikan media mengenai remaja sebagai sosok yang memberontak, penuh konflik, gemar ikut-ikutan mode, menyimpang, dan terpusat pada diri sendiri- Rebel Withaut a Cause di akhir tahun 1950-an, dan Easy Rider di tahun 1960-an. Pertimbangkan gambaran mengenai remaja yang stres dan terganggu di tahun sixteen Candle dan The Breakfast Club di tahun 1980-an. Boyz N the Hood di tahun 1990-an. Sebuah analisis pada liputan televisi lokal menemukan bahwa topik-topik yang paling sering dilaporkan mengenai anak muda adalah topik-topik seputar kejahatan, kecelakaan, kejahatan yang dilakukan oleh remaja, dimana berita itu hampir setengah (46%) dari semua liputan anak muda.

Selanjutnya, fase remaja didahului oleh timbulnya harga diri yang kuat, ekspresi kegirangan, keberanian yang berlebihan. Karena itu mereka yang berada pada fase ini cenderung membuat keributan, kegaduhan yang sering mengganggu. Tendens untuk berada dalam suasana ribut dan kelebihan yang bersifat fisik, lebih banyak terdapat pada anak laki-laki. Pada anak perempuan tendens yang serupa minifest dalam ekspresi judes, mudah marah dan merajuk. Kekuatan dan kehebatan fisik makin terjadi perhatian utama, sehingga banyak puber yang menginginkan untuk menjadi bintang pembalap yang dipuji dan dihargai. Pada wanita keinginan untuk dapat penghargaan dan perhatian ini minifest dan tendens dandanan yang berlebihan. Mereka mudah terperosok dalam suasana persaingan. Itulah gambaran remaja.
     Kembali pada fase ini remaja ambisinya meninggi, sering tidak realistis, dan pemikirannya terlalu muluk. Sensifitasnya terhadap penilaian orang lain sangat meninggi, sehingga ucapan-ucapannya yang biasanya bisa menjadi terasa menyakitkan atau menyedihkan. Mereka sangat benci bila dianggap sebagai anak-anak, apalagi anak kecil.
       Namun ada penelitian yang strereotip negatif mengenai remaja terlalu dilebih-lebihkan. Dalam studi lintas budaya, Daniel Offer dan koleganya menemukan bahwa pandangan semacam itu tidak memperboleh dukungan. Para penelitian menilai citra diri dari remaja di seluruh dunia di Amerika, Australia, Banglandesth, Hungaria, Israel, Italia, Jepang, Taiwan, Turki dan Jerman barat menemukan setidaknya 73 % dari para remaja tersebut memiliki ciri-ciri dari yang positif, para remaja tersebut percaya diri dan optimis terhadap masa depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Penerbit
         Pustaka Setia, 2003).
Carole Wade dkk, Psikologi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2016).
JaniceJ. Beaty, Observasi Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenadamedia,
         2013).
Darmiyati Zuhdi, Pendidikan karakter (Yogyakarta: UNY Press, 2009)
Dony Kusuma, pendidikan karakter, (Jakarta, Grasindo, 2004).
John W Santrock, Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: Erlangga, 2002). Jilid
http://ekaagustianip.blogspot.co.id/2013/10/kriminalitas-remaja.htmlwww.depkes.go.id
Jos Masdani, Perkembangan Anak, Psikologi bagian Psikiatri F.K. U.I (Majalah Psikologi Populer anda).
John W. Santrock, Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta: penerbit Erlangga,
             2002). Jilid.2
John W. Santrock, Remaja, (Jakarta:
          Penerbit Erlangga, 2002).
Pos M Anwas, "Televisi Mendidik
        Karakter Bangsa: Harapan
        dan Tantangan", dalam jurnal
       Pendidikan dan kebudayaan,
      ( Jakarta: Balitbang pendidikan
         Nasional, Vol.16. Edisi Khusus lll,
         Oktober 2010).
Ruqayyah Waris Masqood, Mengantar Remaja Ke Syurga, (Bandung, penerbit
          Mizan, 1998).
Sayyid Muhammad Az-Za'Balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan  
      Ilmu Jiwa, (Jakarta, Gema Insani,
      2007), diakses pada tanggal 24 April 2022 pukul 13.42 WIB.

0 komentar:

Posting Komentar