4.1.22

BECAK DAN KEBAHAGIAAN HIDUP

 

TULISAN UNTUK TUGAS UJIAN AKHIR PSIKOLOGI INOVASI

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Rifdah Nur Aqilah (19310410061) / Kelas A

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.


Dalam foto di atas terdapat sebuah becak yang menjadi salah satu alat transportasi ikonik di Indonesia. Kendaraan tiga roda yang digowes menggunakan tenaga manusia ini sangat klasik dan nyaman. Becak memiliki kekhasan tradisional, unik, dan sebagai simbol identitas dari sebuah daerah karena model bentuk hingga motif dekorasinya berbeda-beda. Becak memiliki nilai-nilai kearifan lokal termasuk dalam kepentingan masyarakat dan mampu mengembangkan daya saing daerah sehingga masih sangat diperlukan oleh masyarakat. Pada tahun 1970 adalah masa kejayaan alat transportasi menggunakan tenaga manusia, salah satunya becak (Sudarsih, dkk, 2018). Beberapa tahun terakhir ini, era kejayaan becak dan para pengayuh becak mulai meredup karena perkembangan manusia sebagai makhluk sosial dimana kebutuhan semakin banyak dan beragam.

Kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan baik apabila ada pendapatan yang mendukung. Nyatanya, kini tukang becak harus bersaing dengan transportasi berbasis online seperti ojol (ojek online) sehingga membuat para tukang becak kesulitan dengan pendapatan yang rendah. Di era modern, becak sering dianggap sebagai transportasi yang tidak manusiawi, alasannya bahwa becak adalah “eksploitasi manusia atas manusia”. Penghasilan yang didapatkan para tukang becak juga tak sebanding dengan lelahnya mengayuh becak, namun mereka tetap semangat menggeluti pekerjaannya semata-mata demi menyambung hidupnya dan keluarganya.

Adakalanya, pekerjaan bukan hanya alat untuk mendapatkan uang tetapi juga isyarat bahwa individu dihargai, dibutuhkan orang lain, dan meyakinkan bahwa individu mampu melakukan sesuatu yang dirasa dapat memberikan makna lain pada kehidupan individu (Wulandari & Widyastuti, 2014).  Individu yang bekerja dengan rasa bahagia merupakan individu yang dapat merasakan kebahagiaan di setiap waktunya, karena individu tersebut paling tahu bagaimana mengelola dan mempengaruhi dunia kerjanya sehingga dapat memaksimalkan kinerja dan memberikan kepuasan dalam bekerja (Pryce dan Jones, 2010).

Di Indonesia, banyak sekali individu yang mengabdikan kehidupannya dengan mengayuh becak dan kebanyakan dari kalangan usia lanjut. Menurut Mangatta (2016) menjadi pengayuh becak bukan berarti tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan adalah suatu emosi positif dimana setiap individu dapat merasakannya dengan cara yang berbeda tergantung dari sudut pandang dan pengalaman yang dimilikinya (Snyder dan Lopez, 2007). Para tukang becak memiliki konsep kebahagiaan versi mereka sendiri, misalnya menjadi lebih memaknai arti syukur, perjuangan dan harapan di masa depan. Dalam kehidupan sosial, setiap tukang becak memiliki nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya seperti nilai kesabaran, kejujuran, dan kesopanan (Putnam, 2000). 

Oleh karena itu, kebahagiaan bisa didapatkan oleh individu dengan cara yang berbeda-beda, tergantung bagaimana individu tersebut dapat merasakan adanya motivasi dalam hidup, merasakan kebebasan, ada rasa saling membantu, kepuasan mencapai tujuan, menikmati hidup, dan memaknai arti kehidupan. 

 


REFERENSI:

Mangatta, B.H. (2016). Strategi Adaptasi Tukang Becak dalam Kehidupan Sosial Ekonomi. Jurnal Holistik, 9(18).

Pryce., & Jones, J. (2010). Happiness at Work, Maximizing Your Psychological Capital for Success. Journal of Workplace Behavioral Health. UK: Wiley Black Well.

Putnam, R.D. (2000). Bowling Alone The Collapse and Revival of American Community. New York: Simon and Schuster Paperbacks.

Setiawan, Farhan. (2021). Strategi Tukang Becak dalam Mempertahankan Pekerjaan Pasca Munculnya Transportasi Ojek Online (Studi Kasus Kota Banda Aceh). Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh, 1(1).

Sudarsih, S., dkk. (2018). Penguatan Karakter Bagi Pengemudi Becak Wisata di Yogyakarta. Jurnal Harmoni, 2(1).

Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Exploration of Human Strength. California: Sage Publication Inc.

Wulandari, S., & Widyastuti, A. (2014). Faktor-Faktor Kebahagiaan di Tempat Kerja. Jurnal Psikologi, 10(1).

0 komentar:

Posting Komentar