1.11.21

SELF-ACCEPTANCE: Sebuah Pembelajaran Menghadapi Keberhasilan dan Kebahagiaan

TUGAS PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Novia Zahra Zakiah / 19310410025

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45



Sebagai seorang manusia kita pasti pernah menghadapi sebuah kegagalan. Tak jarang kita temui orang-orang tidak bisa menerima kegagalannya. Ada yang marah-marah bahkan sampai ada yang ingin mengakhiri hidup. Ngeri? Memang. Namun apa daya, orang-orang sulit menerima kegagalannya tersebut. Padahal jika kita mampu berpikir jernih, kita bisa buat kegagalan tersebut menjadi sebuah hal positif. Bagaimana caranya? Caranya yaitu dengan penerimaan diri atau self-acceptence.

Penerimaan diri adalah derajat dimana seseorang telah mengetahui karakteristik personalnya baik itu kelebihan maupun kekurangannya dan dapat menerima karakteristik tersebut dalam kehidupannya sehingga membentuk integritas pribadinya (Permatasari & Gamayanti, 2016). Untuk mengetahui bahwa apakah kita sudah melakukan penerimaan diri, maka berikut adalh ciri ciri penerimaan diri (Machdan & Hartini, 2012):

1.    Individu yang mempunyai keyakinan akan kemampuannya dalam menghadapi persoalan

2.    Individu yang menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan sederajat dengan orang lain

3.    Individu yang tidak menganggap dirinya tidak aneh atau abnormal dan tidak ada harapan ditolak orang lain

4.    Individu yang tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya sendiri

5.    Individu yang berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya

6.    Individu yang dapat menerima pujian atau celaan secara objektif

7.    Individu yang tidak menyalahkan diri atau keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya

Selain itu menurut Shereer, optimis sebagai salah satu aspek penerimaan diri memiliki hubungan dengan kebahagiaan. Yang memiliki perasaan optimis dan pengharapan terhadap masa depannya akan lebih bahagia dan bersyukur akan kepuasan hidup yang dimiliki dibanding individu lainnya yang tidak (Lestiani, 2016). Individu yang optimis juga memiliki ketekunan ketika menghadapi persaingan, karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap hubungan sosial kita dengan orang lain maka akan timbul sebuah persaingan.

Maka dari itu, jika kita ingin memiliki penerimaan diri demi mendapatkan kesahatan mental atau demi memperbaiki diri untuk kedepannya. Cobalah dengan hal-hal kecil. Cobalah untuk memiliki pemikiran yang positif sehingga hasil yang akan kita dapatkan nantinya pun positif. Tentunya dibarengi dengan sebuah usaha dan mempelajari kegagalan-kegagalan sebelumnya.

Jadikanlah kegagalan sebagai bahan evaluasi diri kita. Cobalah untuk melihat kekurangan kita dengan tujuan untuk mendapatkan kelebihan baru. Sehingga kita mampu menjadi individu yang terus berkembang mejadi lebih baik. Karena jika kita mengalami sebuah kegagalan, bukan berarti kita tidak memiliki masa depan yang cerah. Orang paling sukses atau orang paling pintar di dunia ini pun pastinya pernah mengalami kegagalan. Kecewa boleh, namun jangan pernah menyerah.

Disebutkan juga dalam ciri-ciri diatas bahwa kita harus menerima sebuah pujian atau celaan itu secara objektif. Artinya tak masalah orang lain mengomentari kita, namun cobalah kita melihat sisi baik dari omongan orang tersebut. Jadikan hal tersebuh sebagai bahan evaluasi juga. Dan juga jangan mudah tersanjung atau mudah merasa puas akan pujian dari orang lain. Teruslah belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih dari saat ini yang kamu dapatkan.

Dengan ciri-ciri diatas, ayo kita mulai belajar menerima semua hal yang ada dalam diri kita. Kita pahami apa yang diri kita miliki dan apa yang diri kita inginkan. Fokuslah pada diri sendiri sehingga kita mampu mengevaluasi semua kekurangan dalam diri dan menjadikannya sebuah kelebihan yang luar biasa. Dengan cara penerimaan diri ini juga, bisa menjadi bagian dari self-love. Sehingga, dengan car aini kita bisa menjadi individu yang sehat secara mental dan individu yang Bahagia.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Lestiani, I. (2016). HUBUNGAN PENERIMAAN DIRI DAN KEBAHAGIAAN PADA KARYAWAN. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9 (2).

Machdan, D. M., & Hartini, N. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada Tunadaksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1 (2).

Permatasari, V., & Gamayanti, W. (2016). Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) pada Orang yang Mengalami Skizofrenia. Jurnal Ilmiah Psikologi, 3 (1).

 

0 komentar:

Posting Komentar