5.11.21

MENGHADAPI SITUASI YANG TIDAK MENYENANGKAN DENGAN RESILIENSI

 MENGHADAPI SITUASI YANG TIDAK MENYENANGKAN DENGAN RESILIENSI

Nisa Armila Gunawan (19310410076)

PSIKOLOGI INOVASI

Essay Prasyarat Ujian Tengah Semester

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA


Tidak sedikit orang dari kita pernah menghadapi atau sedang menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Baik itu hubungannya dengan pekerjaan dikantor ataupum dalam hubungan keluarga, teman dan ligkungan sosial lainnya. Agar kita bisa menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dengan baik, alangkah bagusnya kita menerapkan strategi resiliensi. Resiliensi merupakan suatu usaha dari individu sehingga mampi beradaptasi dengan baik terhadap keadaan yang menekan, sehingga mampu untuk pulih dan berfungsi optimal dan mampi melalui kesulitam. Secara umum resiliensi merujuk pada faktor-faktor yang membatasi perilaku negatif yang dihubungkan dengan stres dan hasil yang adaptif meskipun dihadapkan dengan kemalangan atau kesengsaraan (Waxman, Gray &Padron, 2003).

Mackay dan Iwasaki (Yu & Zhang, 2007) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan resilien, sebagai berikut: (a) Individu mampu untuk menentukan apa yang dikehendaki dan tidak terseret dalam lingkaran ketidakberdayaan; (b) Individu mampu meregulasi berbagai perasaan terutama perasaan negatif yang timbul akibat pengalaman traumatik; dan (c) Individu mempunyai pandangan atau kemampuan melihat masa depan dengan lebih baik (Ruswahyuningsih & Tina, 2015). Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik dapat menjalani kehidupannya lebih bermakna, dapat melewati masa keterpurukan dengan cepat, percaya diri, tidak mudah putus asa, pandangan hidupnya akan lebih positif, dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain.

Seseorang yang memiliki resiliensi bukan berarti tidak merasakan stress dan kecemasan. Namun, ia lebih menerima keadaan dan dapat mengendalikan stress yang dialaminya agar tidak mengambil alih kehidupannya. Beberapa ciri orang yang memiliki resiliensi:

  • Tahu batas : Individu yang mengetahui batasan maka mengenal jati dirinya lebih dalam, sehingga tahu apa yang terbaik untuk dirinya. Misalnya orang yang memiliki resiliensi kuat tidak akan membiarkan stres mengambil alih hidup mereka.

  • Suportif: Seseorang yang suportif dapat membuat situasi menjadi lebih tenang, juga tahu kapan harus mendengar keluh kesah orang lain dan kapan harus memberikan saran tanpa mencoba untuk menyelesaikan masalah atau menggurui.

  • Lebih menerima keadaan: Seseorang yang memiliki resiliensi akan menerima keadaan lebih baik karena ia tahu bahwa suatu peristiwa yang tidak menyenangkan adalah bagian dari perjalanan hidup.

  • Merawat diri dengan baik: Orang yang memiliki resiliensi yang baik akan merawat kesehatan fisik maupun mental.

  • Spiritualitas: Orang yang resilien berpegang teguh pada nilai-nilai spiritual, sehingga senantiasa meyakini bahwa Tuhan akan menyertai, menolong, dan memberikan yang terbaik bagi setiap makhluk-Nya.



REFERENSI:

Waxman, H. C., Jon, P. G., & Yolanda, N. P. (2003). Review of research on educational resilience. Washington DC: Institute of Education Science.

Ruswahyuningsih, M.C & Afiatin, Tina. (2015). Gadjah Mada Journal of Psychology: Resiliensi pada Remaja Jawa. Vol. 1, No. 2: ISSN: 2407-7798

Sumber Gambar:

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/05/194911420/menjadi-pribadi-yang-resilien-di-tengah-pandemik-covid-19?page=all (diakses pada 05 November 2021)

0 komentar:

Posting Komentar