30.10.21

 

BERPROSES LEBIH BAIK DARI KELEMAHAN DIRI YANG MEMBUAT SAKIT

Nama : Tri Wahyu Ningsih

NIM : 19310410026

Mata Kuliah : Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Setiap individu pasti memiliki masalah, satu dengan yang lain berbeda permasalahnnya. Masalah yang dihadapi oleh individu sekarang sangat kompleksyaitu dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga mereka membutuhkan keterampilan untuk menyelesaikan masalah yang didasarkan pada tujuan kehidupan seseorang. Tanpa tujuan hidup yang jelas, individu akan mengalami kesulitan untuk menjalani kehidupan ini.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan hidup lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah kekuatan dan kelemahan dalam diri. Karena itu bisa  menyadari   'siapa saya' dan 'saya ingin menjadi siapa', sebagai dasar untuk berpijak menghadapi masalah yang kompleks. Namun, tidak semua orang dapat menilai diri sendiri dengan benar dan bahkan ada kecenderungan lebih mudah untuk selalu menilai orang lain.

Dalam mengakui kelemahan dalam diri memanglah sulit karena saya ingin terlihat baik-baik saja di depan orang lain padahal diri saya lemah. Kelemhan diri adalah misal sedang memendam masalah, pemalu, minder, dan sensitive perkataan orang lain.  Saya memang memilih untuk memendam masalah ketimbang bercerita ke orang lain, karena bingung gimana cara ceritanya, dan jika bercerita ke keluarga saya hanya di sepelekan bahkan tidak didengar. Kadang bercerita ke teman tetapi hanya satu orang yang benar-benar mengerti keadaan saya. Saya juga pemalu dan tidak suka keramaian. Terkadang saya juga minder terhadap kakak dan saudara saya, karena mereka lebih pintar dari saya, dan orangtua saya selalu membagakan mereka kepada orang lain. Saya juga termasuk orang yang sensitive dengan perkataan orang lain, paling sering mereka membicarakan tentang fisik. Itu semua yang selalu membuat saya kepikiran, mudah nangis, malu, dan gampang sakit.

Dengan kelemahan saya diatas saya belum bisa mencintai diri saya sendiri tetapi hanya menyakiti diri saya sendiri. Mulai dari sini, saya akan lebih mengenal siapa diri saya, perlahan memahami dan mencintai diri sendiri. Saya harus berani untuk mengakui kelemahan saya, siap menyadari dan menerima diri saya yang seperti ini. Karena saya memang belum sebaik yang saya kira dengan berproses perlahan menjadi pribadi yang lebih baik. Menata ulang pikiran, tidak semua hal bisa dibandingkan dengan orang lain. Mampu mendengarkan orang lain tanpa mengomentari apalagi menghakimi, karena mereka sama halnya dengan saya hanya butuh seseorang untuk bersandar dan mendengarkan. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain, memilah perkataan mana yang bisa menjadi saran dan mana yang hanya cukup didengarkan. Maka dari itu, saya terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik untuk kebahagiaan saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya dan selalu berpikir positif, karena kita berpandangan bahwa setiap masalah pasti ada jalan yang tepat melalui proses intelektual yang sehat (Caprara & Steca 2006).

 

 

 

Referensi

Handayani, M. M., Ratnawati, S., & Helmi, A. F. (1998). Efektifitas pelatihan pengenalan diri terhadap peningkatan penerimaan diri dan harga diri. Jurnal Psikologi25(2), 47-55.

Caprara, G.V., & Steca, P. 2006. The contribusi of self-regulatory efficacy beliefs in managing affect and family relationships to positive thinking and hedonic balance. Journal of Clinical and Social Psychology, 25, 603-627.

0 komentar:

Posting Komentar