BERPROSES
LEBIH BAIK DARI KELEMAHAN DIRI YANG MEMBUAT SAKIT
Nama
: Tri Wahyu Ningsih
NIM
: 19310410026
Mata
Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen
Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Setiap
individu pasti memiliki masalah, satu dengan yang lain berbeda permasalahnnya. Masalah
yang dihadapi oleh individu sekarang sangat kompleksyaitu dalam waktu yang
hampir bersamaan, sehingga mereka membutuhkan keterampilan untuk menyelesaikan
masalah yang didasarkan pada tujuan kehidupan seseorang. Tanpa tujuan hidup
yang jelas, individu akan mengalami kesulitan untuk menjalani kehidupan ini.
Salah
satu cara untuk mencapai tujuan hidup lebih mengenal diri sendiri, yaitu apakah
kekuatan dan kelemahan dalam diri. Karena itu bisa menyadari
'siapa saya' dan 'saya ingin menjadi siapa', sebagai dasar untuk
berpijak menghadapi masalah yang kompleks. Namun, tidak semua orang dapat
menilai diri sendiri dengan benar dan bahkan ada kecenderungan lebih mudah
untuk selalu menilai orang lain.
Dalam
mengakui kelemahan dalam diri memanglah sulit karena saya ingin terlihat
baik-baik saja di depan orang lain padahal diri saya lemah. Kelemhan diri
adalah misal sedang memendam masalah, pemalu, minder, dan sensitive perkataan
orang lain. Saya memang memilih untuk
memendam masalah ketimbang bercerita ke orang lain, karena bingung gimana cara
ceritanya, dan jika bercerita ke keluarga saya hanya di sepelekan bahkan tidak
didengar. Kadang bercerita ke teman tetapi hanya satu orang yang benar-benar
mengerti keadaan saya. Saya juga pemalu dan tidak suka keramaian. Terkadang
saya juga minder terhadap kakak dan saudara saya, karena mereka lebih pintar
dari saya, dan orangtua saya selalu membagakan mereka kepada orang lain. Saya
juga termasuk orang yang sensitive dengan perkataan orang lain, paling sering
mereka membicarakan tentang fisik. Itu semua yang selalu membuat saya
kepikiran, mudah nangis, malu, dan gampang sakit.
Dengan
kelemahan saya diatas saya belum bisa mencintai diri saya sendiri tetapi hanya
menyakiti diri saya sendiri. Mulai
dari sini, saya akan lebih mengenal siapa diri saya, perlahan memahami dan
mencintai diri sendiri. Saya harus berani untuk mengakui kelemahan saya, siap
menyadari dan menerima diri saya yang seperti ini. Karena saya memang belum
sebaik yang saya kira dengan berproses perlahan menjadi pribadi yang lebih
baik. Menata ulang pikiran, tidak semua hal bisa dibandingkan dengan orang
lain. Mampu mendengarkan orang lain tanpa mengomentari apalagi menghakimi,
karena mereka sama halnya dengan saya hanya butuh seseorang untuk bersandar dan
mendengarkan. Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain, memilah
perkataan mana yang bisa menjadi saran dan mana yang hanya cukup didengarkan. Maka
dari itu, saya terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik untuk kebahagiaan
saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya dan selalu berpikir positif,
karena kita berpandangan bahwa setiap masalah pasti ada jalan yang tepat
melalui proses intelektual yang sehat (Caprara & Steca 2006).
Referensi
Handayani,
M. M., Ratnawati, S., & Helmi, A. F. (1998). Efektifitas pelatihan
pengenalan diri terhadap peningkatan penerimaan diri dan harga diri. Jurnal
Psikologi, 25(2), 47-55.
Caprara,
G.V., & Steca, P. 2006. The contribusi of self-regulatory efficacy beliefs
in managing affect and family relationships to positive thinking and hedonic
balance. Journal of Clinical and Social Psychology, 25, 603-627.
0 komentar:
Posting Komentar