9.6.21

REAKSI PSIKOLOGI TERHADAP PORNOGRAFI DI KALANGAN REMAJA


     Pornografi adalah


gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Pornografi diatur dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. Tidak hanya pada kalangan tua, tetapi juga yang muda terlebih pada kaum remaja. Pornografi adalah candu, kecanduan pornografi, secara teori, adalah ketika anda tidak bisa berhenti menonton film porno. Dan obsesi itu sampai pada titik yang mengganggu pekerjaan, hubungan, dan bagian lain dari kehidupan sehari-hari.  Sangat mudah untuk memahami bagaimana ini bisa menjadi masalah dengan ketersediaan pornografi diinternet yang tersebar luas saat ini. Karena kecanduan pornografi merupakan hal yang kontroversial dalam komunitas medis/kesehatan mental, tidak ada penyebab pasti yang tersedia.  Tetapi mungkin ada beberapa petunjuk tentang penyebab perilaku seksual.

     Walaupun definisi pornografi sudah jelas, pengaruhnya terhadap remaja masih menjadi topik yang hangat diperdebatkan. Ada beberapa studi  yang telah dilakukan tentang masalah ini, tetapi mereka belum memberikan pandangan yang objektif. Alasan di balik kelangkaan data penelitian klinis adalah karena banyak remaja sering enggan berbicara tentang kebiasaan seksual mereka. Banyak penelitian yang dilakukan menunjukkan korelasi yang kuat antara paparan pornografi remaja dan potensi bahaya serius. Pornografi selalu menjadi daya tarik bagi para remaja, khususnya kaum muda.  Tetapi peningkatan keterpaparan berkat akses internet dan teknologi modern menempatkan mereka pada risiko yang semakin besar untuk merusak kemampuan mereka membentuk hubungan yang sehat. Namun, risikonya tidak hanya pada laki-laki muda, karena anak perempuan juga semakin banyak mengakses situs pornografi kecanduan pornografi adalah nyata. Pada remaja, produksi neurotransmitter dopamin, yang bertanggung jawab untuk mengendalikan pusat kesenangan, mengontrol di otak dan proses pembentukan koneksi saraf di dalam otak itu sendiri, berada pada tingkat tinggi.  Kombinasi ini berarti bahwa remaja lebih rentan terhadap kecanduan. Pada tahap kehidupan ketika kadar hormon berubah dan ketika pubertas berlangsung, remaja secara alami sangat ingin tahu tentang seks. Meningkatnya paparan seks dan seksualisasi di media berarti bahwa rasa ingin tahu ini muncul pada usia yang jauh lebih muda daripada generasi sebelumnya.

     Nah maka dari itu sebagai mahasiswa psikologi dalam menangani kasus pornografi yang marak pada remaja yang berkaitan dengan reaksi kita dalam menanggulangi masalah tersebut, saya ada beberapa cara penerapan teori dari tokoh Jack Brehm yaitu reaksi psikologi/psychological reactance. Dengan mengedukasi tentang bahaya pornografi dikalangan remaja dengan mendoktrin kuat-kuat tentang bahaya apabila pornografi sudah menjadi kebiasaan. Dan juga mungkin saya akan melakukan rehabilitasi terhadap pasien remaja yang sudah akut dalam kecanduan pornografi. Didalam kegiatan rehab itu disamping mengedukasi bahaya pornografi, saya akan menerapkan betul-betul bagaimana menjauhkan media-media yang mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam mengakses pornografi. Dengan membuat jadwal paten yang wajib dilakukan pasien dalam masa rehabilitasi, misal dari awal sampai akhir masa rehabilitasi pasien tidak diperbolehkan membawa alat komunikasi apapun dan media apapun itu untuk mengakses internet. Dan mungkin dalam jadwal rehabilitasi itu saya akan menekankan dan menekunkan pasien dalam kegiatan beribadah. Mungkin itu beberapa ekspektasi saya dalam reaksi psikologi terhadap pornografi dikalangan remaja.

 

 

Catatan Kaki :

 

https://paralegal.id/pengertian/pornografi/

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Reactance_(psychology)?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=ajax,nv,tc,sc,se

 

0 komentar:

Posting Komentar