UAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN SEMESTER GENAP 2020/2021
YANSES KALA’ IRI’
19310410046
DOSEN: Dra. ARUNDITA SHINTA, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Sampah erat
kaitannya dengan prilaku manusia. Sampah dan masalahnya berkaitan erat dengan
Prilaku yang dimunculkan dan dampaknya. Prilaku yang salah tentunya akan
menimbulkan masalah begitu juga sebaliknya prilaku yang baik menimbulkan hal
baik bahkan solusi. Manusia pada dasarnya adalah ’makhluk
menyampah’. Tidak dapat dipungkiri, sampah adalah sesuatu yang melekat, tidak
dapat dapat dilepaskan dari hidup manusia. Di mana ada manusia, di situ pasti
ada sampah. Sampah merupakan konsekuensi hidup, karena setiap aktivitas manusia
pasti menghasilkan buangan atau sampah (Tondok, 2008).
Menurut
data Pada 2010,
Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara yang memproduksi sampah
paling banyak, sesudah China (Shinta, et al. 2019). Masalah
sampah di Indonesia merupakan masalah yang kompleks karena kurangnya pengertian
masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh sampah. Faktor
lain yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah
meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang. Salah
satu prilaku manusia yang tidak bisa di kontrol yaitu PMS-S (perilaku membuang
sampah sembarangan). Perilaku atau Tindakan ini umumnya dijumpai dimanapun dan
kapanpun tanpa adnya kesadaran untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah
pada tempatnya.
Dari
permasalahan di atas, lantas Tindakan serta langkah yang baik dilakukan untuk
mengatasi permasalannya bagaimana?. Pada hakekatnya, sampah tidak akan menjadi
masalah besar Ketika kita mimiliki kesadaran akan dampak dari sampah itu
sendiri. Jadi kunci utamanya yaitu kesadaran diri masing-masing individu. Salah
satu Tindakan nyata lainnya yang dapat kita lakukan yaitu menggunakan totebage
belanja untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. Dilihat dari banyaknya
sampah serta jenisnya Saat ini, dampak dari sampah yang paling banyak di soroti
yaitu dampak dari sampah plastik. Sampah plastik tidak hanya merusak ekosistem
yang ada di darat maupun laut, tetapi juga ancaman nyata bagi kelangsungan
seluruh makhluk hidup di dunia
sumber: https://images.app.goo.gl/vTdJc6YT3y49wTLx7
sumber: https://images.app.goo.gl/sr7pUBUEHAftAA828
Penggunaan
tote bag bisa dijadiakn sebagai salah satau tindakkkan nyata, namun Kembali
lagi mengajak orang lain untuk melakukan hal simpel ini mungkin jadi salah satu
PR terbesar. Salah satu langkah awal yaitu dimulai dari anak-anak muda untuk
melakukannya. Totebage sangat cocok utuk anak mudah dikarenakan desaiannnya
yang fashionable serta selain untuk mengurangi penggunaan plastik bisa
dijadikan OOTD (outfit of the day) yang pas sesuai dengan kalangan umur
manapun. Saat ini, bisa dilihat bahwa kaum anak muda lebih banyak dan bisa jadi
role model awal untuk membangkitkan penggunana tote bag saat berbelanja.
Hasil temuan dari tiga belas studi yang dilakukan oleh Huffman dan rekan (dalam
Brannon, 2010), yang menunjukkan bahwa terdapat penurunan perilaku membuang
sampah sembarangan diantara subjek yang menyaksikan perilaku modeling. Teknik
modeling dapat digunakan untuk memunculkan kepedulian dan kesadaran individu
terhadap lingkungan agar terjadi perilaku kebiasaan dalam membuang sampah pada
tempatnya. Modeling atau perilaku meniru adalah melakukan perilaku sesuai
dengan perilaku orang lain yang melibatkan proses kognitif (Anifa, et al. 2017).
Selain itu, Teori MCD level 3 menyatakan bahwa; sesorang berprilaku tertentu
karena teman-teman dan orang-orang penting di sekelilingnya juga melakukan hal
yang serupa. Contohny; seorang peduli pada sampah karena teman, tetangga, dan
juga pimpinan di tempat kerja juga peduli sampah (Shinta, 2019. Hal 3).
Damapk akan sangat dirasakan Ketika kita mau Bersama-sama untuk berani memulai terlebih dahulu. Modelling yang di lakukan kaum anak muda diharapkan dapat memeberikan dampak yang baik untuk menumbuhkan suatu habit kedepannnya dalam memerangi penggunaan sampah palstik sekali pakai dan mengurangi PMS-S (perilaku membuang sampah sembarangan).
SUMBER
Anifa,
Tia., Hemy Heryati Anward., Neka Erlyani. (2017). PERBEDAAN PERILAKU
MEMBUANG SAMPAH PADA SISWA ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN LIVE AND
SYMBOLIC MODELING. Jurnal Ecopsy. Volume 4 Nomor 2.
Brannon,
Y. (2010). Littering in wake county: attitudes, behavior, and perspectives
on prevention. Nort Caroline State University.
Shinta, A.
(Editor) (2019). Memuliakan sampah:
Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta:
Deepublish.
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta, A.,
Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management
based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for
Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th
International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast
Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok, M. S. (2008).
Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
0 komentar:
Posting Komentar