28.6.21

MARI BERSAMA CIPTAKAN PERILAKU PEDULI SAMPAH

 

Herlinda Desi Anggraini/19310410008

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.

 


               Kita sebagai manusia yang masih tinggal di bumi pasti mengenal “sampah”. Sampah setiap hari pasti kita temui, entah dari sampah plastik makanan, sampah botol bekas minuman, dan lain sebagainya. Bahkan setiap hari penumpukan sampah terus bertambah. Yang pertama dapat kita lihat yakni dari lingkungan sekitar kita. Tidak bisa dipungkiri masih banyak sampah berserakan yang dikarenakan kurangnya kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya. Padahal sejak kecil pasti kita sudah diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun, hal itu ternyata belum berhasil. Kesadaran diri untuk membuang sampah pada tempatnya masih kurang.

            Perilaku peduli pada sampah erat hubungannya dengan perkembangan moral seseorang. Seseorang yang moralnya berkembang dengan optimal, maka ia akan sangat peduli pada sampahnya (Shinta, 2019). Banyak sekali hal-hal yang merugikan masyarakat apabila kita tidak menciptakan rasa peduli dengan sampah. Sampah plastik sudah mencemari ikan dan garam di Sulawesi Selatan. Sampah juga menimbulkan pencemaran tanah (Shinta, dkk. 2019). Terkait dengan hal tersebut kita bisa menguranginya dengan cara menciptakan perilaku peduli sampah dengan menjaga lingkungan sekitar kita. Tidak perlu menghakimi dan memaksakan orang lain, tetapi mulailah dari diri sendiri. Dengan adanya kesadaran diri untuk peduli dengan sampah kita bisa mulai menjaga lingkungan sekitar.

            Kita bisa memulai pada diri sendiri untuk peduli sampah dengan cara membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan bahan plastik, dan pengelolaan sampah. Contoh sikap membuang sampah pada tempatnya yaitu ketika kita sedang berada di tempat yang tidak ada tempat sampahnya lebih baik sampah tetap dibawa sampai menemukan tempat sampah. Lalu, kita bisa mengurangi penggunaan bahan plastik dengan cara yang paling mudah terlebih dahulu yaitu dengan membawa tas belanja yang terbuat dari kain atau bahan lain. Tidak menggunakan plastik belanja dari toko yang menyebabkan bertambahnya sampah plastik. Dengan begitu kita tidak sebagai manusia yang suka menyampah. Penyebab kenapa manusia menyampah salah satunya bisa diliihat dari perspektif psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia mau mencari enak sendiri, malas, atau tidak mau repot dan pelupa (Tondok, 2008).

Untuk pengelolaan sampah bisa kita mulai dengan cara memisahkan sampah organik dan non-organik. Selain itu, kita juga bisa melakukan pengolahan sampah yang ramah dengan lingkungan, yaitu dengan cara 3 R (reuse, reduce, recycle). Karena pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan akan merusak ketahanan nasional kesehatan (Shinta, dkk. 2019).

             Jadi, kita bisa mulai menumbuhkan perilaku peduli sampah mulai dari diri sendiri. Mulai meciptakan rasa cinta kepada lingkungan dengan mengurangi menghasilkan sampah setiap harinya dan menjadikan diri bukan sebagai seorang manusia yang menyampah. 


 

 

Daftar Pustaka         :

Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat

 

Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11. 

https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf 

 

Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.

1 komentar: