29.6.21

Kesadaran Diri Merupakan Kunci Utama Mengatasi Persoalan Sampah

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A


Manusia pada dasarnya adalah ’makhluk menyampah’. Tidak dapat dipungkiri, sampah adalah sesuatu yang melekat, tidak dapat dapat dilepaskan dari hidup manusia. Di mana ada manusia, di situ pasti ada sampah. Sampah merupakan konsekuensi hidup, karena setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Dengan kata lain, sampah sebenarnya  bukan musuh manusia. Karena kalau manusia memusuhi sampah, ia  sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. Sampah banyak yang tercipta dari gaya hidup (life style) manusia yang melampaui kebutuhannya. Semakin maju peradaban hidup manusia, semakin banyak bermunculan kebutuhan yang dirasakan (keinginan) sehingga semakin banyak sampah yang dihasilkannya (Tondok, 2008).
Persoalan tentang sampah terjadi karena masyarakat pada umumnya belum menyadari kegawatan persoalan yang disebabkan oleh sampah. Meskipun masyarakat Indonesia mengetahui bahwa sampah sebaiknya dipilah berdasarkan jenisnya sebelum dibuang, dengan tujuan untuk mempermudah proses daur ulang (pengelolaan) sampah.
Berkenaan dengan proses pengelolaan sampah, perlu diketahui apa alasan masyarakat enggan peduli pada sampahnya. Teori behaviorisme menjelaskan bahwa perilaku manusia terbentuk karena adanya pembiasaan (kondisioning). Selanjutnya, suatu perilaku akan terus berulang bila mendapatkan imbalan dan perilaku yang mendapat hukuman akan dihindari. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme ini, perilaku membuang sampah sembarangan akan terus berlangsung karena perilaku tersebut tidak dikenai sanksi, pelakunya justru mendapat hal yang menyenangkan yaitu terbebas dari sampah (Shinta, 2019).
Jadi, sebagai mahasiswa psikologi yang didalam perkuliahannya mempelajari tentang psikologi lingkungan, kita harus memulai merubah kebiasaan buruk yang ada di dalam diri kita, yang biasanya masih suka membuang sampah sembarangan, cobalah untuk membuang sampah pada tempatnya, karena perilaku itu kita sendiri yang menciptakan. Mulailah untuk hidup dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, seperti mulai menggunakan Tumbler ketika akan membeli minuman diluar, sehingga mengurangi sampah plastik yang dihasilkan, begitupun ketika akan membeli makanan, gunakanlah wadah bekal dari rumah sehingga tidak perlu menggunakan pembungkus makanan. Ketika berbelanja ke supermarket untuk membeli bahan makanan, gunakanlah tas belanja yang dibawa dari rumah. Hal-hal kecil yang kita lakukan sebenarnya akan berdampak besar dalam hal mengurangi sampah yang dihasilkan sehari-hari. Jika tidak dimulai dari sekarang, maka kapan lagi kita menciptakan lingkungan yang sehat tanpa sampah.
Kesadaran diri sendiri adalah kunci dari semua permasalahan sampah yang ada di indonesia, jika bukan kita yang membuang sampah kita siapa lagi? Orang lain?. Ketika petugas kebersihan tidak menghukum pelaku yang membuang sampah sembarangan, maka prilaku membuang sampah sembarangan dianggap sebagai prilaku yang tidak melanggar peraturan (Shinta & Daihani, 2019).

Daftar Pustaka:
Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish. 
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat

Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11. 
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf

Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.






0 komentar:

Posting Komentar