27.5.21

MAHASISWA SEBAGAI SHADOW TEACHER: EMANG BISA???

TUGAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Dosen: Dr. Arundati Shinta, MA

Penulis: Exwati Miatari(19310410030)

Guru pendamping (Shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan salah satu profesi yang sangat mulia dan juga menyenangkan. Seorang pendamping ABK ialah orang-orang yang mampu dan siap dengan segala kondisi yang terjadi saat melakukan pendampingan, ditambah harus mempunyai jiwa penyabar serta pantang menyerah dalam membimbing atau melakukan pendampingan dengan anak ABK.

Menurut Yuwono dan Joko (2007), menjelaskan bahwa dalam pendidikan inklusi guru pendamping (shadow teacher) adalah guru yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang anak-anak kebutuhan khusus serta mempunyai tugas untuk membantu atau bekerjasama dengan guru sekolah regular dalam menciptakan pembelajaran yang inklusi. Beberapa ( shadow teacher) ialah seorang mahasiswa yang menggunakan waktu luangnya untuk melakukan pendampingan ataupun mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi kemudian menjadikan hal tersebut sebagai salah satu bahan dalam penelitian skripsinya.

Begitupun yang terjadi dengan diri saya, menjadi seorang guru pendamping (shadow teacher) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam melakukan hal tersebut, saya ingin mengisi waktu luang yang saya miliki, serta untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Saya menjadi guru pendamping kurang lebih selama 15 – 16 hari. Dalam waktu tersebut, saya berkesempatan untuk menjadi guru pendamping seorang siswa SD kelas 4. Ketika melakukan pendampingan tersebut saya sangat merasa senang dan merasa tertantang, karena baru kali ini saya dapat berkesempatan menjadi guru pendamping dangan mengajari anak ABK.

Pengalaman yang saya dapatkan ketika menjadi guru pendamping selama beberapa hari cukup menjadikan pembelajaran yang sangat berharga. Karena ketika kita mendampingi anak ABK yang dibutuhkan bukan hanya seorang yang cerdas dan sabar saja, namun ia mampu menyesuaikan diri terhadap anak, dan mampu memahami setiap gerak-gerik yang ditunjukan anak sebagai salah satu respon yang ia berikan terhadap diri kita. Kemudian, kita harus mengerti atau menangkap hal tersebut, lalu memahami apa yang harus dilakukan setelahnya.

Berikut adalah kegiatan yang saya lakukan saat mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pertama, memulai kelas dengan sedikit bercerita mengenai kesehariannya yang telah ia lalui. Hal tersebut guna menarik perhatiannya dan membuat mengingat kembali hal-hal yang telah ia lalui kemarin. Kedua mengajak anak untuk menghafalkan hal-hal sederhana, hal tersebut agar dapat mengasah kemampuan anak dalam mengingat dan berfikir. Ketiga, mengajak anak sesekali untuk bermain atau bercerita tentang dongeng atau legenda. Hal tersebut agar anak tidak merasa bosan dan dapat melatih anak untuk dapat bermain sesuai aturan yang telah diberlakukan pada permainan serta menceritakan kisah-kisah dongeng atau legenda agar anak menjadi paham dan mengerti akan makna serta kesimpulan yang dapat diambil dalam setiap cerita, serta tidak terlalu terpakau pada materi atau pelajarannya. Keempat, mengajak anak untuk belajar dengan menempatkan diri kita seperti seorang temannya agar ia merasa tidak canggung dan nyaman dalam pembelajaran, dan juga menggunakan gaya penyampaian materi yang asik dan menarik atau bisa mengaitkan dengan keseharian sang anak. Kelima, mengajak anak agar dapat menghafal surah dalam Al – Qur’an. Dan yang terakhir atau keenam, memberikan suri tauladan yang baik terhadap anak. Seperti cara beretika dengan baik dan juga sopan-santun dalam kehidupan bermasyarakat.

                                             
           REFERENSI:

Rahayu, T. (2017). Burnout dan Koping Stres Pada Guru Pendamping (Shadow Teacher) Anak Berkebutuhan Khusus yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Jurnal Psikoborneo, Vol 5, No 2, 192-198.

0 komentar:

Posting Komentar