31.5.21

BOKASHI KOTORAN SAPI BUATAN SENDIRI

 

Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA

IMELTA INDRIYANI ALFIAH / 19310410062

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Pupuk organik atau pupuk kompos keberadaannya memang tidak sepopuler pupuk kimia di pasaran. Terbatasnya informasi tentang cara pembuatan pupuk dari kotoran ternak menjadi salah satu permasalahannya. Penggunaan pupuk kimia dirasa lebih mudah didapat dan praktis sehingga membuat para petani lebih tertarik pada pupuk kimia. Banyak petani yang bersugesti bahwa penggunaan pupuk kimia memiliki dampak yang lebih baik untuk tanaman daripada penggunaan pupuk organik. Padahal sebenarnya penggunaan pupuk organik mempunyai kualitas yang tidak kalah dengan pupuk kimia dalam hal pemberian nutrisi pada tanah dan tumbuhan, hanya saja reaksi yang ditimbulkan pupuk organik lebih lambat.

Berikut pengalaman saya belajar membuat bokashi kotoran hewan. Mula-mula persiapkan alat dan bahan, pada proses pembuatan kali ini saya menggunakan bahan pokok berupa kotoran sapi ± 80 kg, kita juga bisa menggunakan kotoran ayam, kambing/domba, puyuh, dan lain sebagainya. Kompos dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian (Happy, 2014). Kemudian siapkan arang sekam dan dedak atau bekatul dengan perbandingan 1:1:8 terhadap kotoran ternak yang digunakan, karena kotoran sapi yang saya gunakan sebanyak ± 80 kg, maka saya siapkan arang sekam dan bekatul masing-masing ±10 kg, lalu siapkan EM4 sebagai dekomposer, siapkan juga alat penunjang berupa plastik tebal atau terpal, cangkul, ember dan gayung.

Terlebih dahulu taruh kotoran sapi padat ke tanah kering ratakan menggunakan cangkul agar tidak menggunduk disatu tempat. Selanjutnya ambil satu ember berisi air ± 20L, campurkan 4 tutup botol EM4 ke dalam air agar menjadi larutan yang rata. EM4 dapat dibeli di toko-toko obat tanaman atau bisa dengan membuat sendiri yakni dengan membusukkan nasi didalam suatu wadah selama satu minggu hingga berjamur, setelah itu campurkan dengan tetes tebu dan gula jawa lalu fermentasikan kembali selama satu minggu, setelah satu minggu saring hasil fermentasi ke dalam botol, EM4 pun siap digunakan. Disini saya gunakan EM4 buatan sendiri, setelah EM4 dimasukkan kedalam air, aduk hingga larutan rata. Siramkan biang EM4 keatas kotoran hewan dan diaduk menggunakan cangkul agar rata. Penyiraman dilakukan perlahan dan merata hingga kandungan air ± 30-40%.  Selanjutnya kita sebar bekatul dan arang sekam di atas kotoran hewan sembari disirami dengan biang EM4 lalu kita aduk rata kembali menggunakan cangkul. Setelah dipastikan benar-benar rata, tutup menggunakan plastik tebal atau terpal hingga rapat untuk menjaga kelembaban serta suhu pada bokashi. Tunggu hingga 7- 14 hari, bokashi pun siap digunakan.

Penggunaan dekomposer EM4 sebagai peragi fermentasi dari kompos agar prosesnya lebih singkat yakni hanya memerlukan waktu sekitar 7 – 14 hari saja. Bokashi dapat diaplikasikan pada tanah yang siap tanam agar menjadi gembur dengan menaburkan satu genggam kompos pada setiap meter persegi tanah. Dedak atau bekatul baik digunakan sebagai bahan tambahan karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme. Penggunaan EM4 juga berfungsi mengembalikan sifat tanah dan unsur-unsur hara didalam tanah. Bokashi sangat baik digunakan untuk melanjutkan proses pelapukan mulsa dan bahan organik lainnya dilahan pertanian, sehingga sangat sesuai diaplikasikan dilahan sawah dan baik digunakan dalam pembibitan tanaman serta biayanya pun relatif murah. Percobaan kali ini menghasilkan bokashi sebanyak tiga karung atau ± 100 kg pupuk siap digunakan.


Alasan saya memilih kegiatan kompos bokashi adalah bahan-bahan sudah tersedia melimpah disekitar saya. Ini adalah kali pertama saya mencoba pengalaman baru membuat bokshi kompos dari kotoran ternak. Kita tidak perlu ragu untuk membuat pupuk organik dari kotoran sapi maupun kotoran ternak lainnya. Cara pembuatannya tidaklah rumit, bahan-bahannya pun sangat mudah didapatkan. Alasan lain saya memilih kegiatan kompos bokashi adalah karena lingkungan saya merupkan hamparan persawahan tadah hujan yang ditanami padi oleh para petani termasuk orangtua saya, serta hampir setiap rumah di Desa Nglegi memiliki sapi dan pastilah terdapat kotoran sapi setiap harinya. Maka dari kegiatan pembuatan bokashi kompos yang saya lakukan dengan dipandu oleh ketua kelompok tani Desa Nglegi harapannya dapat memelopori keluarga saya pribadi utamanya dan masyarakat sekitar pada umumnya untuk meminimalisir penggunaan pupuk kimia.  Pupuk kimia akan membawa residu berbahaya bagi tanah maupun produk pangan yang dihasilkannya. Hal yang terkadang menimbulkan kejenuhan adalah cara membuat bokashi kompos dari kotoran sapi memang memerlukan komitmen untuk bersabar menunggu pupuk tersebut matang. Hasil dari bokashi kompos tidaklah mengecewakan, pasalnya dari bokashi yang telah dibuat saya coba aplikasikan pada tanaman-tanaman hias dan sayuran yang saya tanam dihalaman rumah menjadi lebih subur dan lekas berbuah meski dalam waktu yang berangsur-angsur. Nyatanya kesuburan tanaman yang ada di halaman rumah tidak kalah baik saat dipupuk menggunakan bokashi kompos dibandingkan dengan pupuk kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Happy. 2014. Kajian Teori dan Aplikasi Optimasi Perancangan Model Pengomposan. Jakarta : Trans Info Media.

0 komentar:

Posting Komentar