6.4.21

Petani dan Air : Saluran Irigasi yang Baik Dambaan Petani di Desa Lanona

Petani dan Air :

Saluran Irigasi yang Baik Dambaan Petani di Desa Lanona



 

Nama : Maily Qisti Rofiq
NIM : 19310410095
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Lahan persawahan yang terletak di Desa Lanona Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang masih tergolong baru dan para tani yang baru menggeluti profesi ini dimana sebelumnya para tani tersebut berfokus pada tanaman kakao. Dikutip dari Wikipedia petani adalah seorang yang bergerak dibidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman seperti bunga, padi, buah dan lain-lain dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Petani baru tentunya juga memiliki keterbatasan lahan dan  ilmu dalam melakukan cocok tanam padi, sehingga para  petani di Desa Lanona masih dikatakan sebagai petani kecil.

Soekartawi et al. (1984, p. 1) mencirikan petani kecil sebagai berikut : (i) berusaha tani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat; (ii) mempunyai sumber daya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah; (iii) bergantung seluruhnya atau sebagian kepada hidup yang subsisten, dan (iv) kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya. Dalam seminar kesepakatan definisi petani kecil yang dirumuskan oleh seminar petani kecil di Jakarta tahun 1979 yaitu : (a) petani yang pendapatannya rendah yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun, (b) petani yang memiliki lahan sempit, yang lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau 0,50 ha diluar Jawa dan bila ia mempunyai lahan tegal, maka luasnya 0,50 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa, (c) petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, (d) petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik,

Terbukanya lahan persawahan ini menjadi kabar gembiran bagi para warga sekitar kerena memiliki lahan pekerjaan baru. namun karena keterbatasan lahan, luas sawah hanya sekitar kurang lebih 2,0 ha sehingga hanya beberapa orang saja yang mempunyai lahan persawahan. Salah seorang petani mengatakan ia hanya memiliki sawah kurang dari 1 hektar dan rata-rata hasil panen yang diperoleh sekitar 60 karung. Dari hasil panen tersebut sebagian di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi disimpan untuk cadangan makanan. Jika dilihat dari hasil panen dan luas persawahan di desa tersebut, ini belum mencukupi kebutuhan pangan yang ada di Daerah Morowali, khusunya desa Lanona sehingga tak heran jika konsumsi makanan pokok masih mengimpor dari daerah lain.

Permasalahan lain yang dihadapi para petani yaitu, belum adanya perhatian dari pemerintah setempat dalam pembuatan saluran irigasi yang baik. Terlihat dari pengairan persawahan yang masih hanya sekedar galian yang lebarnya kurang dari satu meter tanpa dinding beton sehingga banyak ditumbuhi oleh rumput liar. Tentunya ini mengganggu para petani. Saluran irigasi yang belum baik juga menyulitkan petani dalam mengatur keluar masuknya air kedalam lahan sawah, hal ini karena tanah saluran irigasi sering kali longsor dan jebol. Sehingga upaya yang dilakukan oleh para petani hanya membendung kembali jebolan tersebt dengan tanah untuk mencegah keluarnya air dari lahan sawah. Pembuatan saluran irigasi yang baik menjadi hal yang sangat diimpikan oleh para petani di Desa Lanona

Daftar Pusataka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/petani

Soekartawi. (1984). Farm Resource_Allocation and Efficiency of Javanese Agriculture.

Unpublished Ph. D. Thesis Submitted at the  University of New England.

BPLPP. (1979). Pembinaan Petani Kecil dalam Rangka Pembinaan Ekonomi Lemah.

Departemen Pertanian, Jakarta: Mimeo.

 

 

  

0 komentar:

Posting Komentar