“ AYO
PERDULI DENGAN SAMPAH “
TUGAS
ESSAY 1 PSIKOLOGI LINGKUNGAN
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Oleh:
Ella
sapulette 163104201128
Dosen
Pengampu : Dr. Arundati Shinta MA
“Buanglah
sampah pada tempatnya.” Kalimat yang selalu dikatakan dan ditanamkan pada
pikiran kita sejak kecil. Waku itu kita akan takut dengan hukuman yang diberi
bila membuang sampah sembarangan. Namun seiring bertambahnya usia, banyak orang
yang tidak peduli dengan kalimat itu lagi. Bahkan menutup mata perihal sampah.
Sehingga dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun berganti tahun, sampah
semakin menumpuk. Apalagi di kota-kota besar seperti Medan. Padahal sampah itu
sendiri akan menjadi ancaman persoalan lingkungan bila tidak diatasi dengan
baik.
Permasalahan sampah tidak akan selesai hanya karena dibawa ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) lalu dibakar. Sampah organik seperti daun, sisa-sisa makanan, dll
dapat menimbulkan pencemaran berupa bau hingga ujung-ujungnya mempengaruhi
kualitas air. Sedangkan sampah non organik berupa plastik, kaleng, logam,
aluminimun, dsb akan memenuhi bumi karena tidak mudah terurai dan bila terbakar
akan mengeluarkan gas beracun. Pertanyaan paling penting untuk kita, siapa yang
akan menjadi korban karena kesalahan kita tersebut? Tentu saja kita dan anak
cucu kelak yang akan merasakan dampak buruknya.
Sebenarnya, siapa sih yang patut disalahkan karena menumpuknya sampah? Pabrik?
Petugas kebersihan? Pengusaha? Atau pemerintah? Dan sebelum menjawab pertanyaan
itu seharusnya kita berkaca pada diri kita sendiri. Kita sebagai manusia diberi
akal dan pikiran oleh Sang Pencipta. Karena itu, kita seharusnya lebih pandai
dalam memecahkan persoalan perihal sampah.
Seperti kita ketahui, masyarakat sekarang ini terlalu konsumtif dan boros
energi. Dan hal tersebut sudah pasti menambah tumpukan sampah. Beberapa tahun
yang lalu, sapu tangan dan sarbet adalah pilihan utama dalam mengelap. Namun
sekarang ini, hal tersebut mulai terlupakan. Orang-orang beralih menggunakan
tisu. Padahal kita sendiri tahu dari mana tisu berasal dan apa efek yang
dihasilkan kalau terus-menerus menggunakan tisu. Masih banyak contoh lainnya
yang membuat bumi kita overload.
Sampah memang tidak mungkin dihilangkan. Namun kita masih memiliki kesempatan
dalam pengurangan sampah. Kalau dalam sehari kita membuang sampah sebanyak 3
liter, maka kurangi menjadi 2 liter, hingga seminimal mungkin. Sedikit demi
sedikit kita telah berkontribusi mengatasi persoalan sampah.
Solusi lainnya yang bisa kita lakukan adalah mengurangi penggunaan atau
pembelian bahan-bahan yang berpotensi menjadi sampah, memakai kembali
barang-barang yang dapat digunakan, mendaur ulang barang yang sudah tidak bisa
dipakai, dan mengganti barang yang digunakan dengan barang yang bahan dasarnya
ramah lingkungan.
Bila semua masyarakat Indonesia melakukan hal ini, tentu saja sampah kita tidak
akan semenumpuk sekarang. Belum lagi efek-efek lain yang membuat kita jauh
lebih rugi dibanding pola pengaturan hidup seperti yang telah dipaparkan di
atas. Ayo peduli sampah dan selamatkan bumi lebih cepat!
referensi : https://www.kompasiana.com/vianapramugasari/5a7bbcc7f133444e776895f2/sampahku-sampahmu-ayo-peduli ( di akses 04 april 2021)
0 komentar:
Posting Komentar