Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA
ANDI PURNAWAN / 19310410002
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sampah
plastik sampai saat ini masih menjadi persoalan besar dalam hal pelestarian
lingkungan. Bagaimana tidak, setiap hari barang belanjaan selalu memakai
kantong plastik sebagai wadahnya. Tidak hanya itu, dalam suatu acara seperti
halnya rapat atau pertemuan-pertemuan banyak yang memakai (menyediakan) air
munum kemasan plastik baik berbentuk gelas maupun botol. Tidak bisa dipungkiri
memang menggunakan plastik bisa membuat kebutuhan manusia lebih praktis. Namun
kepraktisan tersebut malah akan membuat dampak buruk bagi lingkungan. Plastik
yang sifatnya tidak mudah terurai menjadikan semakin menumpuk dalam setiap
harinya.
Permasalahan
mengenai sampah plastik tentunya menjadi suatu hal yang serius mengingat dampak
berbagai sektor yang ditimbulkan. Dampak menumpuknya sampah plastik dalam
jangka panjang selain menjadi polusi tentunya juga akan menimbulkan penyakit
dan sarang bagi hewan-hewan seperti serangga. Pada ekosistem, sampah yang
terbuang ke laut akan termakan oleh hewan-hewan di laut dan menyebabkan
rusaknya biota laut. Selain itu bagi sektor pariwisata, sampah plastik juga
berdampak mengurangi keindahan objek wisata dan juga merusak ekosistem yang
terdapat pada sekitar objek tersebut. Selain itu semua, banjir dan masalah
kesuburan tanah tidak lepas dari plastik. Plastik bukan berasal dari
senyawa biologis, sehingga memiliki sifat sulit terdegmdasi atau dalam istilah
kimianya nonbiodegradable (Purwaningrum, 2016).
Latar belakang permasalahan
di atas menjadikan niatan penulis untuk membagikan sedikit pengalaman tentang
gerakan mengurangi sampah plastik di masyarakat. Aktivitas saya selain kuliah
dan bekerja yaitu aktif dalam suatu komunitas / organisasi di kecamatan yaitu
Forum Mahasiswa Gedangsari (disingkat Formasi). Forum tersebut berisikan
mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Kecamatan Gedangsari. Salah satu agenda
rutin tahunan Formasi yaitu Musyawarah Besar (Mubes) yang dihadiri seluruh
anggota baik pengurus inti maupun pengurus harian. Lazimnya pada acara-acara
rapat atau pertemuan pasti ada suguhan makanan dan minuman ringan apa lagi
pertemuan yang berskala besar seperti Mubes. Hal tersebut berdampak
menyumbangkan sampah plastik pada akhir acara. Lalu bagaimana langkah saya
selaku yang pada saat itu ikut kepanitiaan?
Rapat persiapan Mubes pun
berlangsung. Pada saat pembahasan konsumsi, saya mengusulkan pada acara Mubes
nantinya peserta untuk membawa tumbler atau botol minum sendiri. Hal tersebut
didasari keprihatinan saya pribadi dalam menyikapi sampah plastik yang
dihasilkan masyarakat tiap harinya. Langkah tersebut merupakan aksi nyata
kepedulian mahasiswa untuk turut serta melestarikan lingkungan dengan
menerapkan 3R (Reduse, Reuse, Recycle). Selain
itu, saya juga menyampaikan alasan langkah tersebut juga dapat menghemat
pengeluaran kas, karena tidak perlu membeli air minum kemasan baik yang
berbentuk gelas maupun botol.
Langkah baik memang mudah
diterima dengan baik pula. Usulan saya awalnya menuai kontra baik dari ketua
umung langsung maupun dari anggota kepanitiaan lainya. Mereka menilai bahwa hal
tersebut terkesan tidak lazim dan belum tentu semua peserta mau membawa tumbler
sendiri. Saya tidak patah semangat mempertahankan usulan. Saya menambahkan
usulan untuk panitia menyediakan mineral galon. Jadi peserta bisa isi ulang air
minumnya. Sedangkan untuk peserta yang tidak membawa tumbler, panitia hendaknya
bisa menyediakan tumbler cadangan dua atau tiga botol. Sehingga tidak ada
alasan repot saat acara konsumsi, bahakan tumbler tersebut diberikan gratis. Akhirnya
usulan saya dapat diterima dengan baik oleh semua koordiator acara Mubes.
Pengurangan sampah plastik merupakan salah satu cara penyelamatan lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Langkah-langkah nyata terbentuk dari kesadaran diri masing-masing. Mahasiswa yang merupakan kaum terdidik di masyarakat seharusnya dapat memberikan contoh yang baik pada lingkungan. Mau menunggu sampai kapan kita dapat mengurangi masalah sampah plastik? Jika mau mengubah kebiasaan baik di masyarakat tentu hendaknya kita mengubah perilaku kita terlebih dahulu. Dengan begitu contoh yang kita berikan bisa terimplementasikan dan ditiru oleh lingkungan di sekitar kita. Kalau bukan dari kita lalu siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi?
Referensi:
Purwaningrum, P. (2016). Upaya mengurangi
timbulan sampah plastik di lingkungan. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology. 8(2), 141-147.
0 komentar:
Posting Komentar