UJIAN PSIKOLOGI INOVASI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Arundati Shinta
Ketika sudah masuk kedalam dunia kerja banyak permasalahan yang akan menerpa, dari masalah ringan hingga yang paling berat, dari rekan kerja hingga atasan. Terkadang permasalahan yang ada menumpuk hingga menjadi beban yang sangat berat bagi seorang individu. Individu yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat bangkit dari keterpurukan itu. Cara individu bangkit dari penglaman yang telah dia lakukan inilah yang dinamakan resiliensi.
Tugade
& Fredericson
dalam Ruswahyuningsih dan Tina (2015) menyatakan bahwa resiliensi mempunyai pengertian sebagai suatu kemampuan untuk
bangkit kembali (to bounce back) dari
pengalaman emosi negatif dan kemampuan untuk beradaptasi secara fleksibel
terhadap permintaan-permintaan yang terus berubah dari pengalaman-pengalaman
stres. sedangkan Yu & Zhang dalam Ruswahyuningsih dan (2015) menyatakan
bahwa individu yang memiliki kemampuan resilien, sebagai berikut: (a) Individu
mampu untuk menentukan apa yang dikehendaki dan tidak terseret dalam lingkaran
ketidakberdayaan; (b) Individu mampu meregulasi berbagai perasaan terutama
perasaan negatif yang timbul akibat pengalaman traumatik; dan (c) Individu
mempunyai pandangan atau kemampuan melihat masa depan dengan lebih baik.
Seorang karyawan harus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dalam
menghadapi tuntutan perusahaan. Kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan
diri pada tekanan ini yang kan menjadi point penting pada karir individu
tersebut. Menurut Levine dan Adelman dalam Kirana (2012) seseorang dengan watak yang
terbuka, fleksibel dan toleran akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Sehingga untuk
seorang pekerja harus bisa fleksibel dan toleran pada situasi yang dia hadapi.
Individu yang memiliki sifat terbuka diharapkan oleh perusahaan agar dapat
mengikuti ritme tempat mereka bekerja.
Selain itu pengaruh dari lingkungan kerja akan berpengaruh pad acara
individu bertindak. Menurut Nitisemito dalam Makarau (2016) Lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang baik akan membuat seorang
individu nyaman dalam menjalankan tugasnya. Meski individu tertekan dengan
banyak tugas dari tempat mereka bekerja, dengan lingkungan yang baik individu
dapat bangkit dari tekanan tersebut. Sehingga individu akan menjadi pribadi
yang ulet dan memiliki dedikasi yang tinggi.
Kemampuan dari seorang individu dalam beradaptasi ini akan mempengaruhi
masa depan dari individu tersebut. Salah
satunya adalah intensitas dari pekerjaan yang diterima oleh individu dan
persaingan pada lingkungan dimana tempat mereka kerja. Akibatnya stress dari
pekerjaan tersebut akan membebani individu dalam meraih prestasi yang lebih.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan burn
out, Leatz & Stolar dalam sihotang (2004) menyatakan bahwa burn-out yaitu kelelahan
fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stres diderita dalam jangka
waktu yang cukup lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional
yang tinggi.
Pada kenyataannya karyawan yang bisa mengendalikan diri terhadap
kelelahan mental dan emosinya bisa mencapai tujuan dari apa yang ingin mereka
capai. Kemampuan resiliensi pekerja inilah yang membuat pekerja dapat bertahan
pada lingkungan yang keras, tempat dimana mereka bekerja. Semakin tinggi
stressor yang diterima maka dibutuhkan kemampuan adaptasi yang lebih pada
seorang karyawan.
Menurut Robbins dalam Suryaratri dan Heny (2016) faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya stres kerja terdapat tiga faktor, antara lain: faktor
lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Sehingga pada karyawan atau pekerja sebuah perusahaan
pengaruh dari tiga hal itu aka membuat mereka menjadi lebih terbebani. Jika
stressor terus terjadi dan diabaikan oleh perusahaan, pekerja yang memiliki
kemampuan adaptasi yang rendah akan mengalami burn-out.
Pada karyawan yang memiliki kemampuan adaptasi yang rendah, karyawan
akan mengalami stress kerja bahkan burn-out
dan hal ini akan mempengaruh kemampuan resiliensi pekerja sendiri. Perusahaan
harus mengerti faktor apa saja yang mempengaruhi stress karyawan itu sendiri,
agar dapat meminimalisir hal tersebut dan membantu karyawan untuk beradaptasi
pada bidang kerja mereka. Spector
dalam Suryaratri dan Heny (2016) menjelaskan faktor
eksternal yang terdiri dari karakteristik pekerjaan, batasan organisasi, peran
dalam pekerjaan, konflik antara keluarga serta pekerjaan dan gaji. Kemudian
terdapat juga faktor internal yang terdiri dari karakteristik kepribadian dan
kesesuaian antara individu dengan pekerjaan.
Kesesuaian pekerjaan yang dimiliki seorang karyawan dengan kemampuan pada
karyawan itu sendiri memilki pengaruh yang cukup tinggi pada kemampuan
resiliensi seorang karyawan. Contohnya seorang SPG (Sales Promotion Girl), yang
harus dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan penampilan
menarik. Hal ini mempengaruhi tuntutan seorang karywan untuk melakukan kegiatan
tersebut, sehingga apabila ada seorang SPG yang tidak berkompeten karena tidak
memiliki kompetensi skill komunikasi yang baik. Hal ini akan mempengaruhi
kinerja SPG tersebut dan jika dia tidak dapat beradaptasi maka beban tersebut akan
semakin membebani dirinya.
Perusahaan disini harus lihai dalam menempat karyawan tersebut, atau
erusahaan berkewajiban untuk memberikan training skill berupa pelatihan
komunikasi bagi SPG tersebut. Hal ini di peruntukan agar SPG tersebut bisa
mulai beradaptasi pada jenis pekerjaannya. Selain itu pada test masuk karyawan
SPG tersebut harusnya dinilai dahulu pada test wawancara tentang kemampuan yang
dimiliki oleh SPG tersebut. Kemudian hasil evaluasi pada test masuk tersebut
akan dinilai kelayakan perusahaan, untuk memposisikan karyawan pada jabatan
yang sesuai.
Selain itu pekerja yang bekerja dalam bidan kesehatan juga memiliki
tuntutan waktu yang sangat besar dalam pekerja. Pada masa pandemi Covid-19 ini
petugas kesehatan harus menyediakan tenaga dua kali hingga tiga kali lipat
untuk penanganan pandemi ini. Tentu saja hal ini akan membuat petugas yang
bekerja akan mengalam stress kerja yang berlebih. Stressor ini bukan hanya dari
jumlah pasien yang membludak tetapi juga tuntutan professional mereka. Lingkungan
dimana mereka bekerja sangat berdampak dalam mengatasi stress kerja ini.
Kemampuan dari individu dalam beradaptasi juga akan memicu kemampuan resiliensi
mereka dala menghadapi situasi ini, baik situasi kerja mereka hingga mereka
pulang kerumah.
Kemudian jika kita melihat dari petugas telekomunikasi, mereka juga memiliki
stress yang cukup besar dalam dunia kerja mereka. Contohnya pekerja
telekomunikasi yang bergerak pada bidang maintenance
atau perbaikan jaringan. Hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang di tuntut
untuk stand by call 24 jam. Khususnya
pada era digital saat ini dimana internet merupakan kebutuhan utama bagi setiap
individu. Pengannan gangguan ini bisa terjadi beruntun dalam sehari di berbagai
titik yang membuat para pekerja harus extra bekerja keras. Tuntutan dari
perusahaan dimana gangguan harus diselesaikan dengan target waktu yang sangat
minim biasanya membuat para pekerja telekomunikasi ini mempunyai waktu
istirahat yang tidak cukup. Hal ini akan memicu bagaimana kondisi emosi mereka
baik dalam pekerjaan maupun di lingkangan keluarga mereka. Disinilah kemampuan
resiliensi diperlukan terutama kemampuan untuk beradaptasi pekerja dan
kemampuan untuk mengontrol emosi dari stress pekerjaan mereka.
Referensi
:
- Ruswahyuningsih, M.C. Dan Afiatin, T. (2015). Resiliensi Pada Remaja Jawa. Gadjah Mada Journal
Of Psychology. 1 (2). 95-105.
- Kirana, R.P. (2012). Strategi Adaptasi Pekerja Jepang Terhadap
Culture Shock: Studi Kasus Terhadap Pekerja Jepang Di Instansi Pemerintah Di
Surabaya. Japanology. 1 (1). 1 – 13.
- Makarau,S.E. Massie, J. & Uhing, Y. (2016) . Analisis Lingkungan Kerja
Dan Orientasi Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Di Pt. Agung Utara
Sakti. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi. 16 (4). 992 – 1002.
- Sihotang,
I.N. (2004). Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap
Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin. Jurnal PSYCHE. 1(1). 9-17
- Suryaratri, R.D. dan Heny K. (2016) . Stres
Kerja Dan Kepuasan Kerja Bagian Sales/ Penjualan Di Pt Telkom Indonesia TBK . Jurnal Penelitian dan Pengukuran
Psikologi. 5 (1). 5-90
0 komentar:
Posting Komentar