12.6.20

Strategi Coping Atasi Stres Kerja Karyawan Dari Pemimpin Yang Otoriter

Strategi Coping Atasi Stres Kerja Karyawan Dari Pemimpin Yang Otoriter


Elvira Julia (19310410075)

Mata Kuliah : Psikologi Industri dan Organisasi I
Ujian Akhir Semester Genap
 Tahun Ajaran 2019/2020
Dosen Pengampu : Arundati Shinta, MA 

      Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor terpenting yang memiliki pengaruh besar atas berkembangannya suatu perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu menjaga dan mengelola sumber daya manusia ini dengan baik. Ketika sumber daya manusia mampu mencapai suatu keberhasilan yang menguntungkan perusahaan maka ia sudah mampu untuk membuktikan bahwa kinerja yang selama ini ia usahakan telah membuahkan hasil dari kerja kerasnya selama ia berada di perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan suatu perusahaan tergantung perilaku karyawan dalam menjalankan tugasnya. Karena karyawan merupakan kunci perusahaan, ketika karyawan mampu memberikan kualitas-kualitas yang terbaik maka akan ada nilai positif dari perusahaan terhadap karyawan tersebut. 


(Sumber : Markshare Training )

      Di samping itu, perusahaan juga harus memperlakukan karyawan secara manusiawi yaitu dengan menyediakan pekerjaan yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya, menyediakan sarana yang dibutuhkan, memenuhi harapan, memberikan motivasi, memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta memberikan jaminan kesehatan dan keamanan. Kondisi tersebut mutlak diperlukan jika karyawan merasa kebutuhan dan harapannya terpenuhi tentu akan lebih loyal dalam mengabdikan diri sepenuhnya pada sasaran dan tujuan perusahaan atau organisasi dengan sendirinya, hal ini akan menambah semangat kerja sehingga termotivasi untuk bekerja dengan baik (Ady Fransiskus & Wijono Djoko, 2013). 



(Sumber : Tribunnews )

            Suatu pekerjaan tentu tidak selalu begitu mudah untuk dikerjakkan, terkadang ada beberapa peraoalan di dalamnya yang cukup menguras emosi karyawan. Salah satunya ialah persoalan yang membuat karyawan tidak nyaman seperti diberikannya tugas oleh pemimpin yang begitu mendadak serta strategi bisnis yang berubah-ubah ,tidak konsisten dan penambahan jam kerja. Ditambah lagi dengan pemimpinan otoriter yang mengharuskan segala sesuatu bersangkutan dengan pekerjaan harus dilakukan secara sempurna dan tidak ada salah walaupun  hanya sedikit. Hal itu membuat karyawan semakin tertekan dan melampiaskan nya terhadap pekerjaan sehingga produktivitas terhadap kinerja kerja nya pun menurun. 

              Hal ini membuat karyawan cukup emosi selain tertekan ia pun merasa sedih dan marah karena walupun perusahaan yang ia tempati di pimpin oleh seseorang yang otoriter ia harus menahan perasaan tersebut karena ia takut dikeluarkan dari pekerjaannya jika ia menentang segala sesuatu yang diperintahkan oleh pimpinannya itu. Maka ia memilih untuk menahan emosinya dan memperlihatkan emosi positif kepada pimpinan maupun rekan kerjanya. Tetapi hal ini menyebabkan karyawan stres dan emosi yang dipendam tersebut akan meledak sewaktu-waktu. Untuk mengatasi stres tersebut strategi coping ternyata mampu membantu membebaskan karyawan dari stress. Taylor (2003) strategi coping adalah suatu proses untuk mengatasi berbagai macam tuntutan baik dari sisi internal maupun eksternal yang melebihi kapasitas orang tersebut. Caverley (2005) strategi coping dapat dikategorisasikan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Avoidant coping strategy dikenal juga dengan escape coping atau distancing. Strategi ini digunakan untuk menghindari kejadian yang membuat stres. Misalnya menghindari atasan selama tugas yang diminta belum selesai dikerjakan guna menghindari tekanan berlebih. Strategi ini cocok untuk mengatasi stress (ancaman) jangka pendek. Ketika stress (ancaman) yang ada terjadi berkepanjangan, maka strategi penghindaran orang yang bersangkutan. akan mengarah kepada perilaku makan berlebih, minum minuman keras, menjadi perokok atau menjadi pemarah, menjadi penonton TV yang sejati.

2. Problem solving coping strategy dikenal juga sebagai control coping atau task focused atau problem solving coping. Strategi ini digunakan oleh mereka yang mencoba melakukan sesuatu yang konstruktif pada kondisi-kondisi yang menyakiti, mengancam atau menantangnya dengan cara: 

     a. Mencoba menyadarkan orang-orang yang membuat mereka stress agar merubah perilakunya. Cara ini agak sulit dilakukan, karena biasanya profesionalitas masih kurang dilakukan. Masalah perasaanlah yang sering dinomorsatukan. Jadi ketika perasaan sudah tersinggung (terluka), luka itu akan sulit kering karena yang bersangkutan terus membiarkan lukanya menganga dan membasah.

      b. Meninggalkan kondisi atau situasi yang demikian secara bersama-sama. Strategi ini terketagori ke dalam dua kategori (Rotondo, et.al., 2008 : 487), yaitu:

                       • Direct action, adalah strategi mengurangi stress dengan melakukan tindakan langsung, seperti memacu dirinya memiliki memotivasi untuk mengubah situasi yang penuh tekanan untuk menjadi lebih baik atau melakukan sesuatu yang dipersepsikan dapat memecahkan masalah. Misalnya, menanyakan letak kesalahan karyawan pada pimpinan atau atasannya 

                       • Advice seeking, adalah upaya mengurangi atau menghilangkan stress dengan mencari nasehat kepada orang lain, apakah keluarga, teman maupun para profesional, seperti psikolog.

3. Emotional-focused coping strategy. Digunakan oleh mereka yang mencoba mengatur emosinya ketika mengalami sebuah situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Strategi ini dapat dikategorikan ke dalam dua kategori (Rotondo et.al., 2008 :487), yaitu :

        a. Cognitive reapparisal. Merujuk kepada upaya untuk mengurangi perasaan stress dengan mengubah cara memandang sebuah situasi. Mereka yang mampu meningkatkan religiusitasnya akan mampu mengubah cara pandangnya akan sebuah situasi dengan mempersepsikan bahwa tekanan apapun yang dihadapinya adalah seijin Tuhannya. Dengan demikian ia akan menjalani situasi yang penuh tekanan itu dengan sabar dan pasrah, sehingga ia justru terhindar dari stress.

     b. Positive thinking. Mereka yang mampu meningkatkan religiusitasnya akan lebih mampu berfikir positif dalam upayanya menemukan hal-hal yang baik dalam situasi yang buruk, misalnya dengan mempersepsikan bahwa kesulitan yang ia alami merupakan latihan dari Tuhannya untuk membuatnya menjadi individu yang lebih tangguh. Dengan persepsi seperti ini ia akan melakukan tugasnya yang penuh tekanan tanpa merasa stress.

          Stres kerja yang  terjadi pada karyawan menimbulkan tekanan yang dapat mempengaruhi kinerja kerja karyawan secara keseluruhan baik fisik maupun emosi sehingga dapat mengganggu dunia kerjanya.

Daftar Pustaka :

Mulyono Fransisca, 2010. Penanganan Stres Terkait Pekerjaan. Jurnal Administrasi Bisnis (2010), Vol.6, No.2: hal. 132–145. 

Caverley, Natasha, Civil Service Resilience and Coping, International Journal of Public Sector Management, Vol. 18 No. 5, 2005, pp. 401-413.

Rotondo, Denise M., Carlson, Dawn S., dan Kincaid, Joel F. 2003. Coping with Multiple Dimensions of Work-Family Conflict. Personnel Review, Vol. 32 No. 3,pp. 275-296.

Taylor,S,E.,(2003). Health Psychology.Los Angeles:University of California

Yudhawati D & Mayasari S, 2015. Pengendalian Emosi Karyawan Dalam Bidang Jasa (Cafe). Jurnal Psikologi Vol. 11 , September 2015. 

Mega B,. Nayati U.H,. Mayowan W, 2016. Analisis Faktor-Faktor Stres Kerja Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 39 No. 2 Oktober 2016. 

Wijono D & Shinta A, 2012. Kesenjangan Antara Harapan Dan Kenyataan : Fenomena Kekecewaan Karyawan Terhadap Organisasi. Jurnal MAKSIPRENEUR, Vol. II, No. 1, Hal 85-96.

Ady D & Wijono D, 2013. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal MAKSIPRENEUR, Vol. II, No. 2, Juni 2013, hal. 101 – 112

Febrianto A,  Romas Z.M., Harahap D.H. 2018. Hubungan Antara Stres Kerja dengan Prestasi Kerja Pada Tenaga Sales Motor Yamaha. Jurnal Psikologi, Vol. 14, No 1, September 2018, 33-41. 

Referensi Gambar : 

Markshare Training, 2010. https://marksharetraining.co.id/lakukan-7-jenis-pelatihan-dan-pengembangan-sdm-untuk-karyawan-perusahaan/ (diakses pada 12 Juni 2020) 

Tribunnews ,2018. https://www.google.com/amp/s/palembang.tribunnews.com/amp/2018/12/12/merasa-tertekan-di-tempat-kerja-cobalah-kerjakan-hal-hal-yang-baru (diakses pada 12 Juni 2020) 

15 komentar:

  1. Menarik kak, persoalan yang diangkat sudah terjawab dengan baik. Semoga sukses selalu.

    BalasHapus
  2. Strategi coping ini selain untuk mengatasi stres menghadapi pemimpin yang otoriter ,juga bisa digunakan untuk atasi segala probelm ya kak misalnya stres karena persoalan kuliah, pandemi covid-19 dan lainnya.

    BalasHapus
  3. MasyaAllah ..sangat menarik sekali kak artikel nya. Dulu pernah ngalamin sepeti itu. Dengan strategi coping, bisa menjadi solusi nya, dan menambah pengetahuan juga.
    Sukses selalu ya kak. Semoga bisa terus berbagi pengetahuan nya.

    BalasHapus
  4. Wildan Patur Rahman12 Juni 2020 pukul 21.28

    Bagus banget nih... Rekomendasi buat para karyawan yang selalu ada dibawah tekanan bosnya...

    BalasHapus
  5. Rekomendasi banget nih sangat menarik sekali untuk dibaca sukses selalu kak

    BalasHapus
  6. Maa syaa Alloh rekomendasi banget nih buat para karyawan & para pembaca, good luck🤗

    BalasHapus
  7. Maa syaa Allaah keren niih buat nambah nambah wawasan, good luck virrr:)

    BalasHapus
  8. Bagus teh blogger nya.

    Tekanan atau stress dalam bekerja kerap kali datang menghampiri karyawan dalam bekerja, strategi coping saya rasa mampu mengatasi dilema tersebut.

    BalasHapus
  9. Bagusss banget,bisa ngambil pelajaran yang belum kita tau sebelum nya

    BalasHapus
  10. Sangat membantu untuk para karyawan artikel ini sebab membantu memecahkan masalah dan memberikan ide bagaimana cara mengatasi sebuah tekanan.. Ditunggu sambungan sambungan artikel bermanfaat lainnya

    BalasHapus
  11. Artikelnya sudah bagus dan menarik di baca, tidak terlalu panjang sehingga tdk memberikan kesan bosan kepada pembacanya. Mantaplah

    BalasHapus
  12. Masyaallah keren banget vir artikelnya 😍😍

    BalasHapus
  13. Masyaallah keren banget vir artikelnya 😍😍

    BalasHapus