14.6.20

SOCIAL LEARNING: CIPTAKAN PERUBAHAN SOSIAL DENGAN MEDIA MASSA?

UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL 1
(Semester Genap 2019/2020)


Imelta Indriyani Alfiah (19310410062)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

Perkembangan globalisasi yang sangat pesat memberikan kemudahan dalam menjalin interaksi antar kota maupun negara. Globalisasi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, karena dengan adanya teknologi mempermudah kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi (Kaparang, 2013: 1). Di era serba digital saat ini, segala informasi dapat diperoleh melalui media massa.
Media massa merupakan media yang memberikan informasi terkait dengan masyarakat dan penyebaran informasi tersebut digunakan untuk berhubungan dengan masyarakat secara luas, yang dikelola secara profesional dan bertujuan untuk mencari keuntungan. Menurut Bungin (2008) dalam (Abidin et al., 2017:73) media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change (institusi pelopor perubahan). Secara harfiah, media massa dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang mampu menyebarkan pesan secara serempak dan cepat kepada audiens dalam jumlah yang luas dan heterogen.
Kemudian, apa kaitannya dengan proses belajar?
Pada tahun 1971, Albert Bandura menemukan teori social learning. Bandura berpendapat bahwa faktor lingkungan dan kognitif seseorang dapat memengaruhi proses belajar. Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan, sebenarnya terjadi proses belajar, mungkin tanpa ia sadari. Menurut Bandura , manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain. Anggap saja ketika kita hendak belajar sesuatu hal yang super asing, misal belajar mengemudi mobil, tidak serta merta kita langsung duduk di kursi sopir sendirian dan menginjak gas yang kita sendiri belum mengerti cara mengoperasikannya. Kita belajar dari contoh, kita belajar dari mengamati orang lain. Kalau ingin pandai tendangan bebas, maka kita harus ngikutin cara orang yang pandai mengambil tendangan bebas. Kalau ingin pandai menari, kita akan ngikutin gerakan tari orang yang pandai menari. 
Social learning theory, atau teori belajar sosial, adalah pengembangan dari karya Cornell Montgomery. Montgomery (dalam Ranyard, Crozier, dan Svenson, 1997) mengajukan pemikiran bahwa belajar sosial terjadi melalui empat tahap: kontak dekat, imitasi terhadap pihak yang superior, memahami konsep perilaku yang hendak ditiru, perilaku model peran. Dalam Social Learning and Clinical Psychology (1954), Julian Rotter menyatakan bahwa efek suatu perilaku dapat memengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan hal serupa. Individu cenderung menghindari sesuatu yang berdampak negatif, sekaligus menginginkan hasil yang positif. Jika seseorang mengharapkan keluaran positif dari suatu perilaku, atau berpikir bahwa ada kemungkinan mendapatkan imbalan positif, maka kemungkinan mereka mau melakukan perilaku tersebut. 
Pembelajaran sosial klasik menyatakan bahwa orang-orang belajar perilaku sosial yang sesuai dengan mengobservasi dan mengimitasi model yang mereka lakukan dengan melihat orang lain. Proses ini dikenal dengan istilah modeling atau pembelajaran observasional. Orang-orang memulai untuk melanjutkan pelajaran mereka dengan memilih model yang akan ditiru, mengembangkan perasaan moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya.
Dalam psikologi, meniru adalah hal yang wajar dan manusiawi. Meniru adalah salah satu cara kita belajar. Sebuah kutipan menarik dari (Anthony Robbins, 2005) ” Dulu, Saya sadari bahwa sukses itu berpola, dan bahwa orang yang sukses besar melakukan hal spesifik untuk mencapai kesuksesan. Saya percaya bahwa jika saya ikuti pola tersebut, Saya bisa mencapai kesuksesan yang sama besar.” Bila kamu mau sukses, tirulah pola yang dilakukan orang sukses. 
Tidak hanya hal serius, pendidikan pun bisa datang dari cara yang menghibur. Sinetron dan film dapat membantu penonton mempelajari perilaku yang diinginkan dengan cara yang positif dari artis-artis dalam film. Untuk menanamkan suatu nilai moral, dalam suatu film harus ada setidaknya tiga jenis karakter:
  1. Karakter yang mendukung suatu moral (model positif)
  2. Karakter yang menolak suatu moral (model negatif)
  3. Karakter yang meragukan nilai tersebut
Saat menonton film, penonton biasanya ada yang mendukung nilai, ada yang menolaknya, dan ada yang meragukannya. Dengan formula ini, maka masing-masing segmen penonton akan terwakili. Dalam perjalanan film pun, mereka yang meragukan akan terbelah menjadi tiga: mulai menerima nilai tersebut, mulai menolak nilai, atau menolaknya mentah-mentah. Di akhir film, maka akan tampak kebaikan dalam nilai tersebut. Tokoh yang baik akan menang, dan mendapat reward. Perilaku ini dapat memotivasi penonton untuk melakukan hal yang sama. 
Menurut Bandura, manusia bukanlah makhluk yang sekadar meniru apapun yang ia lihat; manusia bisa memilih perilaku apa yang ia pilih dan mana yang ia buang. Bandura menyempurnakan teori belajar sosial dengan menambahkan aspek perilaku dan kognitif. Behavioral learning (belajar perilaku) berarti lingkungan menyebabkan seseorang melakukan perilaku tertentu (Bandura, 1977). Belajar kognitif berarti bahwa faktor psikologis pun punya andil dalam mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku. Manusia dapat meniru perilaku, namun ia juga punya kemampuan memilih dan memilah perilaku apa yang mau ia pelajari. Kecakapan memilah dan memilih inilah aspek kognitif yang dimaksud. Sebagai kesimpulan, Bandura menyatakan bahwa teori belajar sosial adalah kombinasi dari lingkungan dan faktor kognitif.

Referensi:
Abidin, S., Cindoswari, A. R., & Gea, S. (2017). "Kredibilitas Media Dalam Pemberitaan Implementasi Kawasan Ekonomi Khusus Kota Batam Survei Koran Harian Batam Pos, Tribun Batam, Sindo Batam, Haluan Kepri, Dan Pos Metro". Jurnal Komunikasi, Vol.3 No. 1: 72–89.
Anthony, R., Vijay Govindarajan, 2005, Management Control System,Jilid I dan II, Terjemahan Kurniawan Tjakrawala dan Krista, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Bandura, A. (1977) Social Learning Theory. NJ: Prentice-Hall.
Kaparang, O. M. (2013). Analisa Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea Melalui Televisi (Studi Pada Siswa Sma Negeri 9, Manado). Journal, II(2).
Ranyard, R., Crozier,W.R., Svenson, O. (1997). Decision Making, Cognitive models and explanations.New York:Routledge. This edition published in the Taylor & Francis e-Library, 2002. ISBN 0-203-75263-5.
Rotter, J.B.,1996. Generalized Expectancies for Internal Versus Eksternal Control Reinforcement. Psycological Monographs, 80, No. 609.

Sumber Gambar :

8 komentar:

  1. Manusia belajar melalui meniru dari tingkah laku orang lain, apakah kita harus berada di sekitar orang-orang yang baik perilakunya agar kita bisa belajar hal baik dari mereka? Lalu bagaimana jika kita diharuskan untuk berada di sekitar orang yang bisa saja membuat kita meniru sesuatu yg kurang positif?
    Terimakasih kak πŸ˜ŠπŸ€—

    BalasHapus
  2. Manusia dapat meniru perilaku, namun ia juga punya kemampuan memilih dan memilah perilaku apa yang mau ia pelajari.
    Manusia yang "sehat" dapat beradaptasi dengan keadaan, kondisi tidak bisa kita paksakan untuk kita berada disekeliling orang yang memberi pengaruh positif saja pada kita, justru dengan berada dilingkungan yang memberikan beraneka ragam pengaruh akan membuat individu bisa melihat mana hal baik dan buruk, dan dapat mengelolanya sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
    Semoga jawaban memuaskan ya kak, semoga bermanfaat����

    BalasHapus
  3. Sangat bermanfaat sekali informasinya kak,saya minta ijin mau menanyakan, apakah behavioral learning dapat kita gunakan dalam mengamati sikap dan kepribadian seseorang seperti orang yang berada di lingkungan kasar artinya semua individu disitu berperilaku sama ? Apakah lingkungan sekitar selalu memengaruhi sikap seseorang ? Mengingat attitude dan sopan santun adalah hal yang tertanam dalam diri kita masing - masing. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kepribadian setiap individu itu berbeda, meskipun berada dilingkungan yang sama, sifat dan kepribadiannya akan berbeda tergantung bagaimana ia dapat mengelola dan menyikapi lingkungannya itu sendiri.
      Berbicara tentang lingkungan sekitar itu pasti berpengaruh bagi pembentukan pribadi individu, karena basic yang membentuk kepribadian adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan itu sendiri

      Hapus
    2. Semoga jawabannya memuaskan dan bermanfaat ya kak

      Hapus
  4. Sangat bermanfaat sekaliπŸ˜ŠπŸ‘

    BalasHapus
  5. Sangat bermanfaat dan menarik kak ��

    BalasHapus