Oleh:
Alia Nanda Rumekti
(19.310.410.066)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Anak
Berkebutuhan Khusus atau ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak lain pada umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidakmampuan
mental, emosional, atau fisik, teramasuk penyandang cacat (BPBP, 2016-2019) . Anak Berkebutuhan Khusus
atau ABK relatif sering ditemukan di lingkungan masyarakat. Berbagai bentuk pengecualian
bahkan deskriminasi pun sering mereka alami. Hal ini salah satunya disebabkan
oleh kurangnya pamahaman dari para pengasuh atau pendidik bagi ABK. Kesulitan
yang biasanya dihadapi oleh para pendidik dan pengasuh ABK adalah permasalahan
dalam belajar. Pendampingan pada ABK membutuhkan pengetahuan yang cukup, kesabaran,
kehati-hatian, ruang penelitian, informasi dan pelayanan (D. Adams, 2020) .
Seminar Online “Kenali dan Bekali Keragaman Siswa Menuju Merdeka
Belajar” mungkin dapat menjadi pilihan untuk lebih memahami tentang ABK. Seminar
yang merupakan hasil kerjasama Biro Psikologi UP45, Universitas Ahmad Dahlan, MGBK
Kabupaten Bantul, dan Volunteer Biro Psikologi UP45. Seminar Online ini
dihadiri oleh 170 peserta dari berbagai kalangan. Seminar ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Ibu Muya Barida, M. Pd
dan Ibu Sapta Kurniawati, M. Psi. Seminar ini merupakan Seminar Online kedua
yang diadakan oleh Biro Psikologi UP45 selama masa pandemi Covid-19.
Seminar Online yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Juni
2020 ini menghadirkan narasumber pertama yaitu Ibu Muya Barida, M. Pd. Ibu Muya
Barida, M. Pd selaku Dosen Universitas Ahmad Dahlan sekaligus Kepala Pusat
Layanan Difabel UAD, lebih fokus kepada jenis-jenis ABK dan penanganannya dari
sisi Bimbingan dan Konseling. Dalam materinya, beliau menguraikan tentang orang
yang dikategorikan sebagai ABK menurut Pasal 129 ayat (3) PP No. 17 Tahun 2010.
Kategori tersebut memuat tunanetra, tunarungu, tunadaksa, Down Synndrom, Cerebral
Palsy, Slow Learning, Mental Retardasi, Autism, Kesulitan belajar Spesifik
(Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia, Disfraksia), ADHD, dan lain-lain. Setiap
kategori itu memiliki ciri dan karakteristik berbeda. Beliau juga menyampaikan
bahwa kadang gejala dari setiap kategori diatas mirip, tetapi ternyata berbeda.
Maka dari itu, di sekolah, peran Guru BK (Bimbingan Konseling) dalam hal ini
sangat diperlukan untuk mengenali dan mengarahkan potensi setiap karena
keragamannya.
Seminar ini juga menghadirkan narasumber yang kedua, yaitu Ibu
Sapta Kurniawati, M. Psi. Ibu Sapta Kurniawati, M. Psi adalah Dosen Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta sekaligus Praktisi Pendidikan Anak. Dalam materinya,
beliau menuturkan tentang sosialisasi Anak Istimewa di lingkungan sekolah. Penekanan
dalam materi ini adalah Teori H. Gardner dan Vigotsky. Kecerdasan manusia bukan
hanya pada IQ, melainkan juga kemampuannya dalam mengatasi masalah. Sosialisasi
Anak Istimewa ini tentu melalui beberapa tahapan. Salah satunya adalah
melakukan pendekatan dan observasi baik pasif maupun aktif. Sosialisasi ini
sangat bermanfaat bagi siswa dan guru. Siswa akan cenderung lebih percaya diri,
lebih kreatif, menghargai perbedaan secara wajar, dan sebagainya. Kemudian bagi
guru, hal ini dapat menghadirkan kesempatan belajar untuk memahami cara
mengajar siswa yang beragam, menjadikan mengajar sebagai hal yang menyenangkan,
dan guru menjadi lebih profesional.
Antusias peserta dalam Seminar Online ini sangat luar
biasa. Terutama dari kalangan guru yang pada umumnya menangani siswa di sekolah
dan anak di rumah. Pertanyaan yang diajukan pun beragam. Seperti cara
penanganan pada ABK, cara mensosialisasikan kondisi anak kepada orangtua, kiat
membangun sinergitas antar pihak sekolah-orangtua-dan anak, dan sebagainya.
Salah satu pertanyaan yang paling menarik adalah tentang cara pembelajaran
daring bagi ABK selama masa pandemi Covid-19. Dalam hal ini, peran orangtua
dan shadow teacher sangat diperlukan. Jika sekolah memiliki Shadow Teacher,
maka shadow teacher ini dapat dihadirkan di rumah untuk mendampingi si anak
istimewa dalam belajar. Namun pemasalahannya adalah tidak setiap sekolah
memiliki shadow teacher. Sehingga orangtua harus diberikan pemahaman
seluas-luasnya untuk mendampingi ABK dalam belajar di rumah.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak istimewa yang
memiliki hak kemerdekaan yang sama dalam belajar. Peran pendampingan sekolah
dan rumah sangat penting dalam mendukung kemerdekannya. Seminar dan pelatihan penanganan
ABK juga berperan dalam mengasah keterampilan penanganan ABK bagi para pendidik
dan pengasuh ABK. Kecerdasan bagi ABK sangat mungkin diraih melalui kerjasama dari
orang tua, guru, dan anak. Maka dari itu, sinergikan ketiganya untuk
kemerdekaan belajar si Istimewa!
Panitia Seminar Online “Kenali dan Bekali Keragaman Siswa
Menuju Merdeka Belajar”:
1. Alia Nanda Rumekti (19310410066)
2. Imelta Indriani Alfiah (19310410062)
3. Mayli Qisty Rofiq (19310410095)
4. Nico Hari Al-‘Arafi (173104101165)
5. Novia Zahra Zakiah (19310410025)
6. Rio Wahyu Nugroho (173104101166)
7. Trias Sabila Rahmah (19310410036)
Daftar Pustaka:
BPBP. (2016-2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
V. Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud RI.
D. Adams, A. C. (2020). Raising Your Child With Special
Needs: Guidance & Practice. Kuala Lumpur: Institut Terjemahan & Buku
Malaysia Berhad.
0 komentar:
Posting Komentar