15.6.20

“PENINGKATAN PENGETAHUAN MITIGASI DAN PERUBAHAN IKLIM DIKALANGAN MASYARAKAT”

LOMBA ESSAY TINGKAT NASIONAL

JUDUL ESSAY
“PENINGKATAN PENGETAHUAN MITIGASI DAN PERUBAHAN IKLIM DIKALANGAN MASYARAKAT”

Di susun Oleh : 
M. Riand Purwadianata
NIM : 15.310.420.1118

 


UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA


PENINGKATAN PENGETAHUAN MITIGASI DAN PERUBAHAN IKLIM DIKALANGAN MASYARAKAT

Perubahan iklim mulai menjadi pembicaraan publik yang semakin populer, terutama di perkotaan. Hal ini tidak terlepas dari peran media dalam melakukan sosialisasi isu dan topik tentang perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir. Pengaruh dari perubahan iklim ini dapat menyebabkan punahnya berbagai jenis hayati dan kerusakan ekosistem, yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat yang hidupnya mengandalkan sumberdaya hayati di sekitarnya. Perubahan iklim adalah fenomena global yang ditandai oleh peningkatan suhu dan perubahan jumlah dan distribusi hujan.
Masyarakat belum paham korelasi perubahan iklim yang meningkatkan suhu udara dapat mempercepat berkembang biaknya nyamuk, sehingga dapat terjadi mewabahnya kasus DBD. Masyarakat masih melihat perubahan iklim hanya terjadi di luar negeri, belum melihat di sekitar mereka, padahal mereka sudah merasakan perubahannya. Begitupun di level pemerintah daerah, ketidakpahaman masih terjadi.
Mitigasi (puslibang SDA:2003) adalah tindakan yang dilakukan dalam jangka panjang maupun jangka pendek berupa program maupun kebijakan yang diterapkan sebelum kekeringan terjadi atau tahap dini, demi mengurangi resiko yang terjadi terhadap masyarakat, harta benda yang menyangkut kebutuhan hidup.
Di belahan negara lain hal tersebut juga terjadi. Di satu daerah dekat Tokyo, Jepang, suhu tertinggi tercatat hingga 41 derajat celcius. Di sebagian negara Eropa, suhu mencapai 30 derajat celcius. Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan kondisi tersebut tak lazim dan ada kaitannya dengan perubahan iklim.
Untuk mempercepat aksi adaptasi di masyarakat, khususnya di tingkat tapak (desa), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah menerbitkan peraturan menteri tentang prioritas penggunaan dana desa 2020 yang memuat aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Kegiatan yang menjadi prioritas di desa ini. Untuk merespons ancaman dan dampak perubahan iklim yang cepat, dibutuhkan pula langkah cepat masyarakat tingkat tapak karena bencana tidak bisa menunggu.
Ketika curah hujan tinggi, seringkali petani direpotkan dengan munculnya berbagai hama tanaman. Pada saat yang demikian perkembangan hama seperti tikus dan wereng cukup tinggi, kemudian juga muncul berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur pada komoditas tanaman perkebunan. Sementara itu pada saat curah hujan tinggi dan berlangsung lama, para petanipun juga direpotkan dengan masalah panen. Aspek lain adalah yang menyangkut pertumbuhan pertanaman, semisal jagung akan bermasalah bila curah hujan terlalu banyak.
Untuk dapat mengurangi dampak perubahan iklim dibutuhkan pendekatan lintas sektoral baik pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Dalam menghadapi perubahan iklim, peningkatan ketahanan sistem dalam masyarakat untuk mengurangi risiko bahaya perubahan iklim dilakukan melalui upaya mengembangan strategi adaptasi dan mitigasi.
Untuk merespons ancaman dan dampak perubahan iklim yang cepat, dibutuhkan pula langkah cepat masyarakat tingkat tapak karena bencana tidak bisa menunggu. Sementara itu, pada tingkat global, para pihak memerlukan kesepakatan, komitmen, dan langkah nyata yang dibutuhkan dalam negosiasi yang panjang.
Masyarakat daerah rawan bencana sudah menyadari fenomena perubahan iklim,seperti banjir, kekeringan dan gelombang badai sebagai fenomena terkait perubahan klim, namun umumnya masyarakat masih belum tahu pasti penyebab perubahan iklim dan menganggap alam dan faktor manusia sebagai penyebab utama. Masyarakat menyadari dampak perubahan iklim bagi sosialekonomi dan lingkungan, mengetahui dan mendukung atas upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Masyarakat telah merespon keadaan saat ini dengan melakukan aksi-aksi yang terkait dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim namun dengan motivasi utama yaitu faktor ekonomi dan perlindungan lingkungan.








KESIMPULAN

1. Masyarakat daerah rawan bencana sudah menyadari fenomena perubahan iklim,seperti banjir, kekeringan dan gelombang badai sebagai fenomena terkait perubahan klim, namun umumnya masyarakat masih belum tahu pasti penyebab perubahan iklim dan menganggap alam dan faktor manusia sebagai penyebab utama
2. Peningkatan kepedulian perubahan iklim dan dampaknya bagi pelaku industri dan investor melalui konferensi/diseminasi/seminar/ilmiah perubahan iklim.
3. Koordinasi dengan pemerintah provinsi/pusat untuk alokasi anggaran mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.



SARAN
1. Ketidakpastian iklim masa depan sangat tinggi, sehingga disarankan mengimplementasikan strategi adaptasi perubahan iklim.
2. Untuk meningkatkan implementasi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan sejalan dengan tujuan pembangunan bidang lainnya (cobenefit), terutama bagi masyarakat/pengusaha yang memiliki keterbatasan pemahaman dan kepedulian perubahan iklim dan dampaknya.













DAFTAR PUSTAKA



Purwanto Y.,Walyo,J.Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 14 No. 3 Tahun 2012

Kusuma,D.W (2018),masyarakat harus adaptif hadapi perubahan iklim.https://mediaindonesia.com/read/detail/174719-masyarakat-harus-adaptif-hadapi-perubahan-iklim

Sudjana, Nana, 2003. Teknik Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Bandung : Tarsito







0 komentar:

Posting Komentar