Putri Wulandari / 19310410067
Dosen Pembimbing : Dr. Arundati Shinta, MA
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Sosial
Agresivitas berasal
dari kata Agresi (KBBI) yang berarti perasaan marah atau tindakan kasar akibat
kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan. Perasaan dan
tindakan agresif ini dapat diarahkan kepada orang ataupun benda.
Agresi (Psikologi
Sosial) berarti perilaku yang dimaksudkan untuk melukai, menyakiti ataupun
merusak. Batasan ini tidak berlaku untuk perilaku khusus seperti proses
pengobatan gigi yang menyakitkan atau kecelakaan. Beberapa perilaku yang
termasuk ke dalam batasan tersebut antara lain menampar, menghina dan bergosip.
Perilaku semacam itu bisa dilakukan dengan tenang ‘dingin’ (tanpa diiringi
perasaan takut atau penyesalan) dan terencana rapi sampai hasilnya tampak nyata
atau justru dilakukan secara meledak-ledak (impulsif).
Schneiders (1955) mengartikan perilaku agresif sebagai luapan
emosi atas reaksi terhadap kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk
perusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan
dengan kata-kata (verbal) dan
perilaku (nonverbal). Sars (1985)
beranggapan bahwa agresi merupakan setiap perilaku yang bertujuan meyakiti
orang lain atau adanya perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri
seseorang. Sedangkan Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988) memandang perilaku
agresif sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap
individu atau objek-objek lain.
Perilaku agresif menurut Murry (Halll & Lindzey,1993)
didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat melalui;
berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum orang lain. Atau secara
singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain
atau merusak milik orang lain. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya
adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok. Dill dan Dill
(1998) melihat perilaku agresif sebagai perilaku yang dilakukan berdasarkan
pengalaman dan adanya rangsangan situasi tertentu sehingga menyebabkan
seseorang itu melakukan tindakan agresif. Perilaku ini bisa dilakukan secara
dirancang, seketika atau karena rangsangan situasi. Tindakan agresif ini
biasanya merupakan tindakan anti sosial yang tidak sesuai dengan kebiasaan,
budaya maupun agama dalam suatu masyarakat. Bandura (1973) beranggapan bahwa
perilaku agresif merupakan sesuatu yang dipelajari dan bukannya perilaku yang
dibawa individu sejak lahir. Perilaku agresif ini dipelajari dari lingkungan
sosial seperti interaksi dengan keluarga, interaksi dengan rekan sebaya dan
media massa melalui modelling.
Ada beberapa perspektif agresif yang mencoba untuk
menjelaskan perilaku agresif dari sisi pendekatan biologis, yaitu perspektif
etologi, sosiobiologi, serta genetika perilaku. Dalam perspektif Etologi,
perilaku agresif disebabkan oleh karena faktor instingtif dalam diri manusia
dan perilaku ini dilakukan dalam rangka adaptasi secara evolusioner
(Brigham,1991; Dunkin, 1995). Perilaku agresif yang dikembangkan biasanya
merupakan upaya untuk mempertahankan teritori dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam konsep ini dikenal dengan agonistic
aggression (Brugham, 1991) yaitu suatu perilaku agresi yang dilakukan dalam
rangka mempertahankan teritori dan hirarki dominasi. Bahkan Zastrow (20028)
masih meyakini dan beranggapan bahwa manusia itu sama halnya dengan hewan, yang
juga memiliki naluri (instinct)
bawaan yang sifatnya agresif. Pendapat ini menyiratkan bahwa naluri (instinct) merupakan faktor yang tidak
boleh diabaikan yang bisa membangkitkan perilaku agresif. Perilaku ini akan
muncul manakala kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs) tidak terpenuhi, seperti halnya kebutuhan akan makan,
rasa aman dan kebutuhan dasar lainnya.
Perspektif sosio-biologi percaya bahwa perilaku agresif
berkembang karena adanya kompetisi sosial yaitu kompetisi terhadap sumber daya
yang terbatas. Dalam pandangan ini, manusia diharapkan bertindak agresif ketika
sumber daya yang penting itu terbatas, ketika mengalami ketidaknyamanan, ketika
sistem sosial berjalan dengan tidak baik
dan ketika ancaman dari pihak luar (Dunkin, 1995). Hal ini dilakukan
dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Tindakan ini dilakukan
manusia agar tetap survive, untuk tetap menjaga dan mengembangkan
kemanusiawiannya ataupun membangun dan mengembangkan komunitas. Tanpa agresi
manusia akan punah atau dipunahkan oleh pihak lain (Wiggins, Wiggins &
Zanden, 1994; Zastrow, 2008). Perilaku agresif menurut perspektif ini merupakan
sesuatu yang fundamental karena merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya.
Dalam pandangan lain, kecenderungan perilaku agresif
merupakan bagian dari sifat bawaan genetik individu yang diwariskan dari orang
tuanya (hereditay). Pandangan semacam
ini dikenal sebagai perspektif genetika perilaku. Individu-individu yang
berhubungan secara genetis memiliki kecenderungan agresif yang satu sama lain
lebih serupa, dibanding individu-individu yang tidak memiliki hubungan secara
genetis ( Krahe, 2001).
Agresivitas dilihat dari segi emosi merupakan hasil dari
emosi marah. Misalkan anda merasa ada sesuatu yang salah telah terjadi dan hal
itu membuat anda marah. Emosi marah itu menjadi-jadi dalam diri anda, sehingga
rasanya dada anda akan meledak, keringat bercucuran, muka merah padam dan nafas
terengah-engah. Akhirnya, bila anda berani dan mampu, anda kemudian menyerang
orang yang menjadi sumber kemarahan itu. Namun semua itu tentu tidak kan
berakhir dengan baik.
Ada beberapa faktor psikologi yang menyebabkan munculnya
agresivitas yaitu adanya rasa frustrasi, alasan instink dan sebagai reaksi
emosi yang sifatnya negatif. Mengapa frustrasi bisa menyebabkan timbulnya
perilaku agresif? Frustrasi merupakan suatu perasaan yang timbul ketika tujuan
yang ingin dicapai oleh seseorang terhalang oleh suatu hal. Semakin kuat
motivasi seseorang untuk mencapai tujuan itu, maka semakin besar frustrasinya
apabila tujuan itu tidak tercapai. Meskipun demikian, frustrasi tidak selalu
menimbulkan perilaku agresif. Berdasarkan teori frustrasi-agresi (the frustration-aggression theory) yang
dikemukakan oleh Dollard et al. (1939), frustrasi ternyata bisa menimbulkan
motif untuk bertindak agresif. Tindakan agresif itu bisa ditunjukkan untuk diri
sendidri ataupun orang lain. Jika ditujukkan untuk diri sendiri maka seseorang
yang frustrasi tersebut akan melakukan bunuh diri atau menyakiti dirinya
sendiri. Bila ditujukkan untuk orang lain, maka orang lain itu bisa berarti
sumber dari penyebab terjadinya frustrasi atau bukan sumber dari penyebab
frustrasi tetapi orang yang dipersepsikan lebih lemah sehingga tidakberani
membalas perlakuan agresif itu.
Emosi negatif penyebab munculnya perilaku agresif terjadi
karena seseorang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Misalnya seseorang
dihina mengenai hal-hal yang dianggapnya berharga seperti integritas, kejujuran
kepandaian dan lain sebagainya.
Manusia memang mempunyai kapasitas untuk berperilaku agresif.
Meskipun demikian, tidak selalu dalam segala situasi ia akan berperilaku
agresif. Hal itu bergantung pada perilaku psikisnya dan juga situasi di
sekelilingnya.
Penanganan masalah perilaku agresif harus dilihat dan
dilakukan secara menyeluruh, artinya semua pihak termasuk orang tua, guru,
tetangga ataupun lingkungan sekitar. Salah satu teknik dalam mengatasi
agretivitas yaitu menerapka suatu hukuman apabila seseorang melakukan
kesalahan. Namun jangan menyudutkannya tetapi berikanlah dorongan atau
motivasi sehingga dapat mengembangkan
perasaan bahwa seseorang yang menjadi korban perilaku agresif sebenarnya mampu mempertahankan
dirinya sendiri. Perilaku agresif juga bisa terjadi karena disebabkan oleh pola
asuh yang salah yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak. Oleh sebab itu
diharapkan orang tua lebih dapat memperhatikan pola asuh dan mulai mendengarkan
keluh kesah yang dialami oleh anaknya sehingga perilaku agresif tidak dapat
terjadi dikemudian hari.
Sumber :
Nors, Icha.
2011. Perilaku Agresif : Penyebab dan Penanganannya. https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/icha_nors/perilaku-agresif-penyebab-dan-penangannya_5509803a8133117249b1e23e.
(diakses tanggal 15 Juni 2020).
2020.
Agresivitas. Power Point Pesentasi dalam Materi Perkuliahan Juni 07,
Yogyakarta.
Susantyo,
Badrun. 2011. Memahami Perilaku Agresif : Sebuah Tinjauan Konseptual.
Informasi. Volume 16 No.3 https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/48.
(diakses tanggal 15 Juni 2020.
Sumber Gambar :
https://duniapsikologi12.blogspot.com/2017/03/pengertian-agresivitas-lengkap.html
https://duniapsikologi12.blogspot.com/2017/03/bentuk-bentuk-agresivitas-secara-umum.html
Sumber Gambar :
https://duniapsikologi12.blogspot.com/2017/03/pengertian-agresivitas-lengkap.html
https://duniapsikologi12.blogspot.com/2017/03/bentuk-bentuk-agresivitas-secara-umum.html
0 komentar:
Posting Komentar