14.6.20

Kenakalan Remaja Laki-laki : Tawuran antar Pendukung Sepakbola



Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial 1
(Semester Genap 2019/2020)

Herlinda Desi Anggraini/19310410008
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.



Remaja adalah masa dimana fase seseorang sedang mencari jati dirinya. Masa remaja menjadi ajang mencari identitas diri. Masa remaja merupakan masa transisi sehingga remaja merasakan keraguan akan peran yang harus dilakukan. Karekteristik remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas menjadi rentan terhadap timbulnya permasalahan. Permasalahan pada remaja yaitu perilaku yang dipandang sebagai masalah segi sosial atau hal yang tidak sesuai dengan norma dan ketentuan orang dewasa. Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh remaja disebut sebagai tindakan kenakalan. (Widiantoro, Wahyu., dan Ningrum, Wahyu. ISNN: 2654-8607).   
Pada remaja laki-laki, biasanya akan merasa hebat atau merasa menemukan jati dirinya ketika dianggap sebagai “jagoan”. Pada masa ini, remaja senang dipuji dan tidak senang ketika diolok-olok. Remaja laki-laki akan dianggap sebagai “jagoan” oleh teman-temannya ketika bisa mengalahkan musuh atau bisa mengalahkan orang lain yang sudah mengolok-olok dirinya atau teman sekelompok yang dianggap sebagai teman dekatnya. Hal ini yang sering mengakibatkan terjadinya tawuran. Menurut Sarwono (2013) kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum. Sedangkan kenakalan remaja dipahami sebagai perilaku yang mengarah pada tindakan melanggar norma sosial, melawan status, hingga pelanggaran hukum. (Jurnal Psikologi Integratif, 5(1) : 50). Kenakalan remaja diartikan sebagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum dan agama. Perilaku tersebut akan merugikan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya. Kenakalan remaja dapat dipicu oleh beberapa faktor berikut. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dari dalam diri seorang remaja. Faktor ini meliputi control diri yang lemah dan krisisnya kepribadian seorang remaja. Sedangkan faktor internal, adalah faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dari luar pribadi seseorang. Faktor ini meliputi peran orangtua, lingkungan pergaulan, dan pengetahuan agama yang kurang. (Kompasiana.com, 2017).
 Persoalan perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja laki-laki adalah tawuran. Tawuran ini tidak hanya terjadi antar kelompok kecil remaja saja, tawuran bisa terjadi ketika remaja laki-laki mengidolakan suatu hal yang sama. Sepakbola adalah hal yang selalu menjadi identitas laki-laki. Pada setiap daerah akan selalu memiliki tim sepakbola yang menjadi kebanggaan. Dari kelompok-kelompok kecil remaja laki-laki akan membentuk suatu kelompok yang lebih besar untuk menjadi suatu “tim” yang akan menjadi pendukung tim sepakbola yang diidolakan. Tawuran yang sering terjadi antar pendukung tim sepakbola tidak hanya berdampak buruk pada personil yang mengikuti tawuran, akan tetapi akan berdampak pada tim sepakbola yang sedang bertanding. Tawuran antar pendukung tim sepakbola ini biasanya dipicu karena adanya saling menjelek-jelekan tim lawan. Hal ini tentu akan memicu remaja laki-laki untuk melakukan pembelaan terhadap tim yang diidolakan. Pemicu tawuran ini bisa dikatakan karena remaja laki-laki memiliki agresivitas yang tinggi dan belum bisa dikendalikan.
Agresivitas yang memicu terjadinya tawuran antar remaja laki-laki yang membela tim sepakbola kebanggaannya. Hal ini biasanya muncul karena rasa marah akibat dari tim supporter lawan mengejek atau bahkan meremehkan tim sepakbola kebangaannya itu. Tentu hal ini sangat merugikan bagi setiap remaja laki-laki yang ikut serta dalam tawuran tersebut.  Bahkan, tawuran ini menyebabkan masyarakat resah. Banyak sekali tawuran antar tim sepakbola yang merusak fasilitas umum, membuat jalan macet, hingga sampai memakan korban jiwa. Tentu apabila remaja laki-laki yang mengikuti tawuran tersebut bisa mengendalikan diri tidak akan terjadi tawuran dan merugikan banyak orang. Agresivitas yang mengarah pada emosi negatif akan menyebabkan berbagai dampak buruk. Emosi negatif tersebut yang dapat memunculkan kenakalan remaja seperti tawuran yang telah disebutkan.
Lalu bagaimana cara mahasiswa psikologi dapat ikut serta mencegah kenakalan remaja ini terjadi? Kita bisa mencegah Agresi yang muncul karena emosi negatif ini dengan cara melakukan pendekatan terhadap remaja laki-laki yang sering mengikuti tawuran antar pendukung tim sepakbola. Selain melakukan pendekatan terhadap remaja yang melakukan kenakalan remaja, tentu juga harus melakukan pendekatan dan memberikan edukasi kepada orangtua agar lebih mendampingi dan memperhatikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh anaknya. Tidak bisa dipungkiri, tindakan-tindakan yang cenderung negatif tentu juga akan berdampak buruk terhadap orangtua dan keluarga remaja tersebut. Karena yang paling memahami  remaja laki-laki yang sering mengikuti tawuran akan dianggap melanggar norma sosial, dan orangtua dianggap masyarakat sekitar “gagal” dalam mendidik anaknya. 

Dalam menghadapi situasi seperti ini banyak orangtua merasa kebingungan untuk menasehati anaknya yang telah melakukan kenakalan remaja. Maka dari itu, orangtua harus memulai strategi-strategi untuk mencegah terjadinya hal tersebut, dengan cara :
1.    Memberi edukasi kepada anak tentang norma-norma sosial
ð  Dengan diberikan edukasi tentang norma-norma sosial pada saat peralihan masa anak ke masa remaja, anak akan bisa membedakan mana hal yang melanggar norma-norma sosial dan dapat menghindarinya.

2.    Menanamkan sejak dini untuk menjadi anak yang mencintai NKRI dan tidak melanggar aturan UU 1945
ð   Dengan ditanamkankan jiwa mencintai NKRI dan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah tertulis di UU 1945, otomatis anak akan paham mana tindakan yang mencerminkan cinta tanah air dan tindakan yang melanggar aturan UU 1945.

3.    Menanamkan rasa disiplin mulai dari hal-hal kecil
ð   Ditanamkannya rasa disiplin dari hal-hal kecil yang ada di rumah, seperti harus mencuci piring yang telah digunakan, dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan.

4.    Memberi edukasi ketika muncul rasa marah tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar
ð  Ketika masa peralihan dari fase anak ke fase remaja memang saat yang tepat untuk memberi edukasi tentang pentingnya mengelola rasa marah agar ketika anak memasuki fase remaja mampu mengendalikan rasa agresinya dan tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya, keluarga, orang lain, maupun lingkungan sekitar. 

5.    Memberi edukasi tentang pentingnya memilih lingkungan yang baik untuk berteman
ð  Pentingnya orangtua memberikan edukasi kepada anak agar memilih lingkungan yang membawa pengaruh baik terhadapnya. Karena selain faktor dari diri sendiri dan orangtua, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya tindakan-tindakan kenakalan remaja.


Tawuran sangat berdampak buruk terhadap diri yang ikut serta dalam tawuran, berdampak buruk terhadap orangtua, dan merugikan lingkungan sekitar.  Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal. Dengan memperhatikan dua faktor tersebut tentu dapat mencegah agar saat anak memasuki fase remaja dapat mengendalikan emosinya sehingga tidak menimbulan emosi kearah negatif. Peran orangtua sangatlah penting untuk mencegah terjadinya tawuran tersebut. Selain memberi edukasi, orangtua juga harus memantau lingkungan anaknya berkembang. Karena biasanya kenakalan-kenakalan remaja muncul ketika salah memilih lingkungan yang menjerumuskan untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma sosial, bahkan melanggar ketentuan hukum.

Daftar Pustaka

Kompasiana.com. (2017, 28 April). Kenakalan remaja cara menyimpang menemukan jati diri.

Syifaunnufush, Amelia., dan Diana, R. (2017). Kecenderungan kenakalan remaja ditinjau dari kekuatan karakter dan persepsi komunikasi empatik orangtua. Jurnal Psikologi Integratif. 5(1): 50.

Widiantoro, Wahyu., dan Ningrum, Wahyu. 2019. Parenting di Era Milenial sebagai Implementasi Pendidikan Karakter. Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. ISSN : 2654-8607.

14 komentar: