6.6.20

Hubungan Work Stress dengan Workplace Incivility Behavior Bagi karyawan


Imelta Indriyani Alfiah/ 19310410062
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.


Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 memiliki tujuan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun. Namun fakta yang terjadi bahwa ternyata masih banyak perusahaan-perusahaan yang belum sepenuhnya menjamin semuanya itu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Bank Dunia (2010) yang menyatakan bahwa adanya UU Ketenagakerjaan No.13/2003 ternyata hanya memberikan sedikit perlindungan nyata bagi pekerja formal yang dikontrak. Kemudian mereka melanjutkan bahwa karyawan yang paling rentan (mereka yang berupah rendah,pekerja perempuan dan pekerja luar) berpeluang paling kecil untuk mendapat manfaat dari peraturanyang ada.
Fenomena-fenomena tersebut dapat digolongkan ke dalam bentuk intimidasi di tempat kerja. Menurut International Labour Office (2012), intimidasi di tempat kerja merupakan perilaku apapun yang diulangi setiap waktu, sistematis dan ditujukan pada seorang karyawan atau sekelompok karyawan. Pelaku intimidasi bertujuan untuk menjadikan orang lain sebagai korban dengan cara menghina, merongrong atau mengancam yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
Workplace incivility behavior dapat didefinsikan sebagai sebuah perilaku penyimpangan dengan intensitas rendah dimana adanya keinginanyang ambigu untuk melukai, mencederai, atau berbuat buruk kepada target, yang melanggar norma kerja terkait kehormatan bersama (Andersson & Pearson, 1999).
Barlett, Barlett, & Reio (2008) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan workplace incivility behavior dapat terjadi di tempat kerja. Pertama ialah faktor perspektif individual. Faktor ini menjelaskan bahwa incivility behavior dapat terjadi jika ada pengaruh kekuasaan dari atasan terhadap karyawan, kurangnya ketegasan dari diri karyawan, kepribadian karyawan, dan cara karyawan merespon amarahnya. Selain itu, proses incivility behavior yang terjadi di tempat kerja juga dapat disebabkan karena hubungan interpersonal antar karyawan yang kurang baik. Kedua ialah faktor lingkungan kerja. Aamodt (2010) menjelaskan bahwa karyawan yang merasa tidak bahagia dengan struktur dan lingkungan organisasi, akan berdampak pada pekerjaan yang dilakukannya dan memiliki kecenderungan untuk melakukan incivility behavior.
 Lingkungan kerja sangat memengaruhi kinerja dari seorang individu (Manggiasih & Sunardi, 2014). Sehingga, kekondusifan dari lingkungan kerja suatu organisasi harus diperhatikan agar kinerja karyawan tetap optimal. Lingkungan yang kondusif berperan sebagai penyemangat karyawan agar selalu termotivasi dalam bekerja dan sebaliknya, karyawan tidak akan bersemangat dan termotivasi jika lingkungan kerjanya tidak kondusif dan cenderung akan terjadi konflik (Wati, 2014).
Roberts (2012) menjelaskan bahwa stres kerja (work stress) dapat diakibatkan dari tuntutan organisasi, perubahan organisasi, konflik interpersonal, dan gangguan pekerjaan/ kehidupan yang mampu menyebabkan emosi negatif pada karyawan. Emosi negatif dapat berupa permusuhan, frustasi, ketakutan, dan kesedihan. Menurutnya, emosi negatif dapat menyebabkan munculnya incivility behavior di tempat kerja. Pekerja yang paling rentan mengalami stres kerja ialah karyawan yang berada pada posisi terendah didalam organisasi (Sulsky & Smith, 2005).
Karyawan yang bekerja full-time akan lebih mengalami pengalaman emosi negatif dibandingkan part-time. Hal tersebut dikarenakan komitmen mereka terhadap organisasi, tugas, dan perubahan yang lebih rendah dibandingkan dengan karyawan penuh waktu (full-time).
Roberts, Scherer, & Bowyer (2011) yang menyatakan bahwa individu yang merasa terlalu banyak pekerjaan atau tekanan dapat merespon stres dengan menyerang rekan kerja mereka dengan cara yang kasar dan tidak sopan. Adanya hubungan antara stres kerja dengan kemunculan incivility behavior di tempat kerja. Stres kerja dapat menyebabkan workplace incivility behavior.Kemudian, alasan lain yang menyebabkan work stress berhubungan dengan workplace incivility behavior adalah faktor dari lingkungan yang merupakan salah satu anteseden dari incivility behavior di tempat kerja. Lingkungan kerja tidak kondusif dan cenderung terjadi konflik, maka karyawan tidak akan bersemangat dan termotivasi. Iklim atau lingkungan kerja yang tidak kondusif inilah yang akan menyebabkan stres kerja (work stress).

DAFTAR PUSTAKA :
Andersson, L. M., & Pearson, C. M. (1999). Tit for Tat? The Spiralling Effect of Incivility in the Workplace. Academy of Management, XXIV, 432-471.
Aamodt, M. G. (2010). Industrial/Organizational Psychology: An Applied Approach.Belmont: Wadsworth. doi:0-495-60106-3
Bank Dunia. (2010). Laporan Ketenagakerjaan di Indonesia: Menuju Terciptanya Pekerjaan yang Lebih Baik dan Jaminan Perlindungan Bagi Para Pekerja. 1-30.
Barlett, J. E., Barlett, M. E., & Reio, T. G. (2008). Workplace Incivility: Worker and Organizational Antecedents and Outcomes. 8.
International Labour Office. (2012). Pedoman Pencegahan Pelecehen di Tempat Kerja: Pedoman untuk Perusahaan. Better Work Indonesia, 1-21.
Manggiasih, R., & Sunardi, H. P. (2014). Analisis Lingkungan Kerja dan Stres Kerja Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di RSUD). Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, 23-33.
Roberts, S. J. (2012). Application of the Stressor-Emotion Model of Counterproductive Work Behavior to Incivility.Omaha, Nebraska: University of Nebraska.
Roberts, S. J., Scherer, L. L., & Bowyer, C. J. (2011). JobStress and Incivility: What Role Does Psychological Capital Play? Journal of Leadership & Organizational Studies, 449-458.
Sulsky, L., & Smith, C. (2005). Work Stress.Canada: Thomson Learning.
Wati, Z. S. (2014). Peran Lingkungan Kerja dan Fasilitas Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Skripsi.

3 komentar:

  1. Menurut saya sih semua tergantung pada individu masing-masing, kerja dalam tekanan memang membawa dampak yang kurang nyaman bagi pekerja full time tinggal bagaimana mengatur stress itu sendiri mengubah nya menjadi semangat .pasti kerja akan jadi indah ...profesiku ibadah k . Jadikan pekerjaan itu bagian dari ibadah maka hasil nya akan indah paling kadang gabut aja sih sebentar tapi kembali lg jika menganggap kerja itu sbg ibadah maka pasti hati pun damai dan indah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju kak, kerja adalah ibadah (kewajiban agama) dan jihad yang harus ditempuh oleh manusia, sebagai bukti pengabdian dan rasa syukur manusia terhadap Tuhan untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi agar mampu menjadi manusia yang terbaik.
      Segala kerja upaya yang diniatkan karena ibadah memang lebih barokah dan menyenangkan😊

      Hapus
    2. Terima kasih atas tanggapannya kak🙏😄

      Hapus