Work From
Home (WFH) tanpa Burnout
Bangun
Handoko/19310420090
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dalam menghadapi situasi pendemi Covid-19, pemerintah
menggencarkan untuk bekerja dari rumah (Work From Home), hal tersebut dapat
untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Apa itu Work From Home (WFH) ? Work From Home yang
berarti bekerja dari rumah. Secara umum WFH dapat diartikan
cara kerja karyawan yang berada di luar kantor, entah dari rumah, dari cafe
atau restoran sesuai dengan keinginan karyawan. Penerapan WFH pada
situasi pandemi saat ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat
menghemat biaya pengeluaran, fleksibel, dapat lebih dekat dengan keluarga, dll.
Tetapi WFH ada juga kekurangannya yaitu menyebabkan batas antara kantor dengan rumah menjadi renggang,
miskomunikasi, banyak gangguan kerja dan interaksi sosial dengan orang lain
menjadi berkurang, dll.
Menurut Zijlstra dan Sonnentag berpendapat bahwa
selama dekade terakhir, masyarakat semakin sadar bahwa hidup yang sehat adalah
ketika kerja dan kehidupan pribadi berajalan secara seimbang. Mereka
berpendapat bahwa pemulihan (recovery) mencakup kemampuan seseorang untuk
melepaskan kemelekatan psikologis terhadap pekerjaan (psychological detachment from
work) dengan cara mengelola waktu-setelah-bekerja (“after-work time”). Ketika
rumah praktis menjadi kantor akibat WFH, titik keseimbangan ini menjadi rentan
terganggu (Soerjoatmodjo, G. W. L. 2020).
Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi yang
biasa dikenal work-life balance telah lama menjadi kajian psikologi. Burn berpendapat
bahwa manusia butuh waktu untuk mengembangkan diri di luar pekerjaan (“non-work
selves”) antara lain untuk berpartisipasi dalam kehidupan keluarga dan
komunitas. Lebih lanjut lagi, dirinya menambahkan bahwa organisasi yang
mendukung work-life balance bisa mencegah pegawai mengalami burnout - yang
ditandai dengan kelelahan (fisik, mental maupun emosi), bersikap sinis
(memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan, manajemen dan rekan kerja) serta
mengalami penurunan efikasi (merasa bahwa usaha atau pekerjaannya tak berarti)
sampai merasa kesepian dan sendiri (Soerjoatmodjo, G. W. L. 2020).
Transisi dari kerja di kantor menjadi kerja dari rumah
membuat Centers for Disease Control and Prevention mengeluarkan petunjuk
berikut yang bisa diterapkan bagi mereka yang kini harus bekerja di rumah : (1)
Perhatikan tubuh anda dengan makan makanan bergizi, olahraga teratur dan tidur
cukup; (2) Atur waktu untuk beristirahat dan melakukan aktivitas yang disukai,
serta (3) Bangunlah hubungan dengan orang lain untuk mendiskusikan hal-hal yang
anda pikirkan dan rasakan. Tips ini ternyata serupa dengan strategi membangun
work-life balance.
Pada dasarnya kesejahteraan untuk bisa membangun
work-life balance bertumpu pada kemampuan seseorang untuk mengelola dirinya
sendiri (self-regulation). Mengelola dirinya sendiri, seseorang dapat
merencanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan mengadaptasikan kondisi-kondisi
internal dalam diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
lingkungan yang serba berubah dan penuh tuntutan.
Menghadapi situasi pandemi Covid-19, ketika rumah
berubah jadi kantor, tuntutan keluarga terjadi tumpang tindih dengan tuntutan
kantor, sementara situasi di luar sana serba tak pasti akibat pandemi, yang
bisa kita kelola dengan self-regulation tak lain dan tak bukan adalah diri
sendiri.
Referensi
Soerjoatmodjo, G. W. L. (2020). Tatkala Rumah-Kantor
Lebur : Work From Home tanpa Burnout. Universitas Pembangunan Jaya.
Jurnal ISSN 2477-1686 Vol. 6 No. 05 Maret 2020. Dipublikasikan tanggal 17 Maret
2020 dan dapat diakses melalui http://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/555-tatkala-rumah-kantor-lebur-work-from-home-tanpa-burnout
Bagus Pak, Sukses Slalu
BalasHapus