TEORI DISONANSI KOGNITIF MENJAWAB PERASAAN
PARA PEROKOK
Andi Purnawan/19310410002
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Dr. Arundati Shinta,
MA.
(Sumber Gambar: Dream.Co.Id)
Merokok merupakan perilaku yang sering
kita jumpai di lingkungan sekitar. Perilaku tersebut telah menjadi kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat terutama di kalangan kaum Adam. Dalam segala kegiatan, rokok menjadi salah
satu barang yang senantiasa tidak lupa dibawa dalam saku celana. Mirisnya
sebagian orang lebih bisa menahan lapar dari pada tidak menghisap tembakau
dalam kesehariannya. Hal itu disebabkan oleh candu dalam rokok yang sering
mereka konsumsi. Perilaku merokok selalu menuai kontra dengan seseorang yang
tidak merokok. Orang yang tidak merokok selalu menganggap bahwa para perokok
terkesan seenaknya sendiri saat merokok, tidak melihat situasi dan kondisi di
sekitar. Mereka menganggap bahwa para perokok tanpa berdosanya tidak memikirkan
dampak yang akan ditimbulkan khususnya dampak kesehatan bagi orang-orang
sekitarnya. Benarkah semua perokok
demikian?
Tidak semua perokok memiliki asumsi
yang sama. Beberapa perokok sebenarnya merasa tidak nyaman dengan perilaku
mereka sendiri. Rasa bersalah terkadang juga muncul pada sebagian orang yang
merokok terutama mereka yang merokok di tempat umum berdekatan dengan orang
yang tidak merokok. Sebut saja DR (nama inisial) salah seorang yang merupakan
perokok aktif. Dia mengakui bahwa perilakunya tidak disukai oleh orang-orang di
sekitarnya. “Saya sudah lama merokok, dan perilaku ini sangat dibenci oleh
istri saya karena dianggap tidak peduli dengan kesehatan dan tidak menghargai
orang yang tidak merokok”, ungkap DR. Laki-laki yang berumur 32 dan sudah
berumah tangga itu juga mengaku bahwa dia sebenarnya ingin menghentikan
perilaku merokoknya namun masih sulit. “Keinginan saya untuk berhenti merokok
sebenarnya sudah lama, namun ini terasa sulit mungkin faktor kecanduan dan
lingkungan yang menjadi penyebab saya belum bisa berhenti merokok”, jelasnya.
Berbagai kebijakan dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam menanggulangi
pengendalian tembakau melalui PP No. 19 Tahun 2003 dengan mewajibkan setiap
produsen rokok untuk mencantumkan label peringatan bahaya merokok pada setiap
kemasan rokok (Octaviana, Shella, 2016). Tidak lupa petugas kesehatan sering
mengadakan sosialisasi bahkan menempelkan berbagai poster guna memperingatkan
masyarakat akan bahaya yang disebabkan oleh perilaku menghisap rokok. Apakah para perokok menyadari akan bahaya
dari yang mereka lakukan? Seperti yang sudah dibilang DR, dia paham betul
akan bahaya yang timbul karena perilaku merokok khususnya bagi kesehatan. “Menghisap
rokok sama saja menghisap racun. Tentu tidak baik untuk kesehatan baik diri
sendiri maupun orang di sekitar yang tidak merokok. Namun kembali lagi dengan
kebiasaan, dan menurut saya orang yang tidak merokok pun juga pasti akan
mengalami sakit”, tegasnya.
Seseorang yang tidak nyaman akan perilakunya
sendiri dan berusaha untuk mengurangi ketidaknyamanannya itu bisa dijelaskan dengan
Teori Disonansi Kognitif. Menurut Richard West dan Turner (2008), Teori
Disonansi Kognitif merupakan sebuah teori dalam Psikologi Sosial yang membahas
mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan
perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil
langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah Disonansi Kognitif
pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada
tahun 1950an. Dalam kasus yang dialami DR, dia sadar perilakunya membuat orang
lain bahkan dirinya sendiri tidak nyaman. Hal yang dapat dia lakukan untuk
mengurangi ketidaknyamanan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain adalah
berusaha mengurangi kebiasaan merokok di setiap harinya dan selalu ke toilet
jika ingin menghisap rokok. “Saya menghargai orang lain yang tidak merokok
dengan cara mengurungkan diri di toilet saat merokok. Saya juga mengurangi
rokok di setiap harinya agar bisa semakin termotivasi untuk berhenti merokok”,
ulasannya.
Berbagai penjelasan dari DR yang
merupakan salah satu perokok aktif merupakan contoh aplikatif dari Teori
Disonansi Kognitif. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa perasaan tidak nyaman
akibat perilaku yang saling bertentangan. DR mengalami ketidaknyamanan akan
perilakunya sendiri yaitu merokok. Teori Disonansi Kognitif juga memaparkan
bahwa seseorang akan mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan. Langkah
yang dilakukan DR untuk mengurangi ketidaknyamanannya yaitu dengan merokok di
dalam toilet. Dia juga berusaha mengurangi kebiasaannya dalam merokok. Hal
tersebut merupakan motivasi DR untuk mengatasi ketidaknyamanannya. Sebagai
orang yang tidak merokok tentu sebaiknya tidak terlalu memandang buruk orang
yang merokok. Memberikan edukasi agar mereka dapat termotivasi dan peduli akan
kesehatan diri dan orang sekitarnya merupakan langkah yang bijak.
Referensi:
Octaviana, Shella.
(2016). Pengaruh Gambar Seram Kemasan
Rokok terhadap Disonansi Kognitif Perokok di Kota Serang (Skripsi). Banten
(ID): Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
West, Richard dan
Turner, Lynn H. (2008). Pengantar Teori
Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba Humanika.
Sumber
Gambar:
Nuraini, Tantiya Nimas.
(2019). 10 Bahaya Perokok Pasif, Hindari
Sekarang Juga!. Dream.Co.Id.
https://www.dream.co.id/fresh/10-efek-berbahaya-merokok-pasif-hindari-sekarang-juga-1909248.html
(diakses pada 27 April 2020)
Sangat bermanfaat
BalasHapus