21.3.20

STAY CALM AND STAY HEALTHY- COVID 19




Sekar Pramesthi Armindariani / 19310410072
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A 




   

Pademin Covid-19 sedang menjadi isu hangat di dunia internasional, termasuk di Indonesia. Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19)  adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh jenis virus “sindrom pernafasan akut yang parah coronavirus 2” (SARS-C0V-2). Penyakit ini pertama kali diindentifikasi pada 2019 di Wuhan, Cina, dan sejak itu menyebar secara global. Gejala umum termasuk deman, batuk, dan sesak nafas, nyeri otot, produksi dahak, sakit tenggorokan jarang terjadi. Sementara sebagian besar kasus menghasilkan gejala ringan, beberapa berkembang menjadi pneumonia berat dan kegagalan multi-organ (wikipedia, 20 Maret 2020). 

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (11/3) secara resmi menyatakan wabah korona sebagai pandemi global. Hal itu didasari oleh cepat dan masihnya penyebaran virus ini ke sejumlah negara.  Dalam waktu kurang dari tiga bulan, telah terdapat 118 ribu kasus di 114 negara, termasuk Indonesia. Di negeri ini warga negara yang dinyatakan positif terjangkit virus korona pun terus bertambah jumlahnya. Tentunya hal ini memberikan dampak terhadap mobilisasi dan produktivitas, baik bagi profesional ataupun masyarakat umum. (media indonesia, 20 Maret 2020).   

Kurang tanggapnya masyarat menerima berita tentang covid-19 baik terpercaya maupun tidak terpercaya yang banyak tersebar baik media massa, online, ataupun media cetak.  Hal ini menyebabkan munculnya rasa khawatir atau panik yang belebihan. Kepanikan masyarakat ini di tunjukan lewat berbagai tindakan mereka seperti membeli masker dan hand sainitizer dalam jumlah banyak, serta memborong sembako di swalayan untuk persedian dirumah. Tindakan khayalak ini bisa di sebut dengan panic buying. Perilaku  panic buying ini menurut Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dipicu oleh faktor psikologis yang biasanya terjadi karena informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang diterima oleh masyarakat. Akibatnya, timbul kekhawatiran di masyarakat sehingga menimbulkan respons tindakan belanja secara masif sebagai upaya penyelamatan diri.  Menurut Steven Taylor, Profesor sekaligus Psikolog Klinis di University of British Columbia, Panic buying  didorong oleh kecemasan dan keinginan untuk berusaha keras menghentikan ketakutan tersebut. “Panic buying membantu orang merasa mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti ini, orang merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka anggap sebagai tingkatan krisis.”  

Perlu di ketahui efek fisik maupun psikologis yang bisa meliputi rasa takut dan khawatir berlebihan terhadap kesehatan diri sendiri maupun orang-orang tercinta, perubahan pola tidur dan makan, serta meburuknya masalah kesehatan yang sudah ada dan dapat menurunkan sistem imun ( kekebalan tubuh) . Sistem imun merupakan sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang berperan dalam mengenal,  menghancurkan benda-benda asing atau sel abnormal dalam tubuh.
Apa yang bisa kita lakukan dalam menjaga kesehatan fisik maupun psikologis? Tentu dari mulai merawat dirimu dengan baik seperti melakukan olah raga rumahan yoga, meditasi , pola makan yang sehat, serta menghibur dirimu dengan meonton film, mebaca buku, mencoba belajar hal-hal yang baru, melakukan to do list yang belum sempat kamu lakukan selama dirumah, mengatur pola pikir memilah informasi dengan benar dan yang paling penting quality time bersama keluarga.

Jadi , memilih untuk panic buying atau berbelanja sesuai kebutuhan sepenuhnya ada di tangan dirimu sendiri. Namun, ada baiknya untuk tetap menjaga tindakan agar tidak merugikan orang lain. Sebab, dengan panic buying, boleh jadi yang diuntungkan adalah para pemburu rente dan, sebaliknya, orang-orang yang benar-benar membutuhkan yang dirugikan. 

Bagikan dukungan, bukan ketakutan dunia lagi tidak perlu yang berani tapi ignorant perlunya yang peduli. Kalau kamu tidak takut, tidak perlu menjadi sumber ketakutan. Dunia  lagi tidak perlu orang berani mati, perlunya yang pintar bagaimana peduli, pintar bertindak, pintar jaga diri dan sekitarnya. Coba berani sayang sekitar, berani ajak tenang, berani saling dukung, berani jaga diri, jaga sekitar, berani jaga kesembuhan penghuni bumi. Bagikan kebaikan, bagikan semangat bagikan dukungan untuk yang masih perlu bekerja dan belajar di luar. Sekarang bukan waktu yang baik untuk egois  dan abai. Ini bukan penderitaan seorang diri, mari sedih sama-sama, maju sama-sama, peduli sama-sama.

Referensi :
BBC News. Lufkin,Bryan" Virus Corona dan Psikologi panic Buying". 16 Maret 2020 https://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-51887198 (diakses 20 maret 2020)

Syafina,Dea Chadiza “Panic Buying dan Dampaknya Terhadap Ekonomi”. 12 Maret  2020   

(diakses 20 Maret 2020)


2 komentar: