22.3.20

PANIC BUYING SEBAGAI BENTUK KECEMASAN BERLEBIHAN



Novia Zahra Zakiah(19310410025)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A




Beredarnya berita mengenai warga Indonesia yang terjangkit virus corona mengakibatkan masyarakat mengalami kecemasan yang berlebihan hingga terjadi panic buying yaitu perilaku masyarakat dengan memborong masker, hand sanitizer dan sembako (detik.com, 19 maret 2020). 
Covid-19 yang lebih dikenal sebagai coronavirus disease sedang menjadi perbincangan hangat diseluruh dunia. Virus yang muncul pada akhir tahun 2019 ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Penularan virus ini tergolong sangat cepat, sehingga setiap harinya pasien yang terinfeksi semakin banyak.
Selain China, kini puluhan negara lainnya telah mengkonfirmasi adanya infeksi virus corona. Hal itu membuat warga di negara tersebut panik dan cemas. Terutama dengan adanya berita-berita jumlah pasien yang terinfeksi. Kepanikan warga semakin meningkat dengan begitu banyaknya berita hoax yang tersebar di media onlineMenurut Vasilis K. Pozios,M.D.(psikiater forensik), mengatakan bahwa hoax dapat menimbulkan perasaan marah bahkan depresi (health.grid.id., 19 maret 2020).
Panic buying pun mulai mereda, beberapa toko swalayan dan tempat-tempat ramai di Yogyakarta mulai sepi karena ketakutan masyarakat untuk keluar rumah. Beberapa masyarakat setempat merasa takut untuk berkomunikasi dengan orang asing. Fenomena-fenomena yang terjadi ini merupakan kecemasan berlebihan yang disebabkan oleh berita hoax dan kurang luasnya sudut pandang masyarakat terhadap berita yang beredar di media online. Penting bagi masyarakat untuk mengatur perspektif pada saat membaca sebuah berita agar tidak terjadi kecemasan yang berlebihan (CNN Indonesia, 19 maret 2020).
Beberapa sekolah, kampus dan kantor di Yogyakarta juga diberlakukan sistem belajar/bekerja di rumah. Aktivitas dilakukan melalui media online. Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus yang semakin hari semakin meningkat.
Kepanikan dan kecemasan yang berkelanjutan akan menjadi sumber dari timbulnya stress. Stress yang berkepanjangan dapat menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit degeneratif serta menurunnya kekebalan tubuh yang berpotensi membuat seseorang mudah sakit (Tempo, 19 maret 2020).
Saat ini sikap solidaritas yang bisa kita terapkan yaitu dengan mencegah dan memutuskan rantai penyebaran virus tersebut. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat agar sistem kekebalan tubuh kita terus stabil. Melakukan olahraga dengan rutin dapat dilakukan juga untuk mengurangi stress (Tempo, 19 maret 2020).
Baik bila olahraga dilakukan saat pagi hari, saat belum ada kegiatan masyarakat yang membuat jalanan ramai dan membuat udara terkontaminasi oleh polusi. kita juga bisa melakukan praktik merawat diri sendiri atau self care untuk mengurangi kecemasan dan kepanikan yang terjadi.
Membiasakan mencuci tangan dan kaki saat setelah melakukan kegiatan di tempat umum. Usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin, karena rata-rata semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan tangan kita. Jangan sampai kita makan dalam keadaan tangan yang kotor. Karena bisa saja virus dan bakteri terdapat ditangan kita dan masuk ke dalam tubuh saat kita memakan sesuatu.

REFERENSI:      
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200226142122-255-478341/4-cara-hadapi-cemas-akibat-virus-corona (diakses pada 19 maret 2020)
https://gaya.tempo.co/read/1318601/psikolog-stres-karena-virus-corona-redakan-dengan-olahraga (diakses pada 19 maret 2020)
https://health.grid.id/read/352060470/wabah-virus-corona-covid-19-mengancam-kesehatan-mental-juga-akibat-banyaknya-berita-hoax?page=all (diakses pada 19 maret 2020)
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4927996/pandangan-psikolog-tentang-panic-buying-gegara-virus-corona (diakses pada 19 maret 2020)


0 komentar:

Posting Komentar