21.3.20

Covid-19 : Panic buying bukan solusi




Covid-19 : Panic buying bukan solusi 

Herlinda Desi Anggraini/19310410008
Fakultas Psikologi Universitas Prokamasi’45
Yogyakarta

Dosen Pembimbing :
Fx. Wahyu Widiantoro, S.Psi., M.A.
Dr. Arundati Shinta, M.A.



Covid-19 atau virus Corona disebabkan oleh coronavirus. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernafasan. Batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala merupakan gejala-gejala yang muncul ketika seseorang terinfeksi virus Corona. Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina ini, kini sudah menyebar di Indonesia, yang menyebabkan masyarakat Indonesia melakukan tindakan panic buying.
Panic buying adalah tindakan berbelanja atau membeli barang secara besar-besaran yang dilakukan untuk mencukupi persediaan barang-barang. Di Indonesia sendiri barang yang banyak dibeli adalah masker, hand sanitizer, dan bahan pangan. Apakah tindakan ini menjadi solusi untuk menghadapi virus Corona? Tentu saja tidak. Karena tindakan panic buying ini menyebabkan beberapa barang tadi menjadi sulit ditemukan.  Bahkan, karena permintaan barang tersebut meningkat mengakibatkan harga barang menjadi tinggi.
Tindakan panic buying ini merupakan tindakan psikologis ketika menghadapi ketakutan dan ketidakpastian saat menghadapi suatu ancaman. Ketika kita menghadapi ancaman seperti virus Corona saat ini, otak akan bereaksi dan memproses rasa takut beserta emosi menjadi aktif. Aktivasi tinggi ini yang menghambat kita tidak bisa berfikir rasional. Tindakan seperti ini harus di antisipasi mulai dari diri kita sendiri. Dengan menyadari bahwa kebutuhan yang kita beli secara berlebihan bahkan sampai menimbun barang tersebut adalah tindakan yang tidak seharusnya dilakukan. Kita harus berfikir apabila kita melakukan tindakan tersebut, orang lain akan timbul rasa khawatir apabila barang-barang tersebut  menjadi langka.
Contoh nyata yang sedang kita alami saat ini, masyarakat di Indonesia banyak yang mengeluh tidak mendapatkan sisa masker dan hand sanitizer  yang terjual. Hal ini terjadi karena tindakan panic buying tersebut. Terjadinya panic buying di dorong oleh berita hoax dari media sosial yang membuat masyarakat di Indonesia semakin takut. Oleh sebab itu, mari kita jangan menyebarkan berita yang belum diketahui kebenarannya demi meminimalisir tindakan panic buying.

Referensi      :

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Bener tuh, orang mapan semakin kenyang, orang miskin semakin susah. Dan hoax2 yang beredar di grup2 itu. Parah sih, dalam sehari bisa ada berapa berita hoax sendiri. Yang mirisnya kadang malah ada tulisan yg intinya suruh nyebarin kalo ngga blablabla akan terjadi padamu. Coba lebih bijak dalam mengolah informasi ya temen temen :)

    BalasHapus