3.1.20

Mencari Makna sebagai Mahasiswa Psikologi


Nama : Yona Sahputri Luspartiwi
NIM : 163104101136
Mata Kuliah : Psikologi Umum 1
Dosen Pengampu: Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi.,M.A


Pengalaman menjadi seorang mahasiswa akan terkesan biasa saja, tanpa memiliki kesan yang bermakna,  apabila selama menjadi mahasiswa hanya di lalauinya dengan biasa saja tanpa adanya tantangan atau ujian yang menjadikan mahasiswa tersebut berada dalam posisi ketidaknyamanan. Sangat beruntunglah bagi mahasiswa yang mampu melewati kondisi ketidaknyamanan, sehingga dengan semangat tetap maju melanjutkan perjuangannya untuk mendapat gelar sarjana.
Orang yang hebat tidak lahir begitu saja, ada proses perjuangan yang harus dilaluinya. Seorang mahasiswa harus merasakan sedikit kesusahan, ketidaknyamanan dan juga tekanan-tekanan mental untuk menguji kecerdasan mentalnya. Tekanan mental sangat penting sebagai proses seleksi, untuk bisa menjadi mahasiswa yang berkualitas. Menjadi seorang sarjana akan terkesan tak bermakna jika didapatkan dengan begitu mudahnya tanpa ada rintangan dan cobaan yang menjadikan pusing tujuh keliling dalam menghadapinya. 
Tapi itulah perjuangan sebagai seorang mahasiswa, seberat apapun rintangan yang di hadapi, harus tetap semangat dan tegar untuk melewatinya. Mengeluh atau sedikit misuh, mungkin  harus terucap ketika menyikapi keadaan yang tidak begitu nyaman. Terus berusaha untuk tetap semangat, tetap lanjut mencari jalan keluar hingga mendapat solusi-solusi dari kondisi ketidaknyamanan.
Salah satu materi yang pernah saya pelajari di dalam mata kuliah kesehatan mental di terangkan bahwa orang yang bermental sehat adalah orang yang berani keluar dari zona nyaman. Artinya, kalo kita sudah memutuskan untuk menjadi seorang mahasiswa berarti kita harus siap juga menerima berbagai macam konsekuensinya. Sudah selazimnya mahasiswa menerima tugas-tugas dari dosen-dosennya dan tak jarang tugas yang diberikan begitu berat yang dapat membuat kita sebagai mahasiswa stress menghadapinya. Percayalah tidak ada seorang “guru” yang memberikan tugas kepada muridnya di luar ke mampuannya, semua itu di berikan untuk membentuk kita sebagai mahasiswa menjadi mahasiswa yang berkualitas.
Seperti halnya sebagai mahasiswa psikologi, yang tidak hanya belajar tentang teori-teori psikologi, namun juga kita bisa berobat jalan untuk bisa menghadapi berbagai macam situasi dan kondisi sehingga kita mampu menempatkan diri. Jadi kita memilih menjadi mahasiswa di fakultas psikologi bukan hanya berani keluar dari zona nyaman, namun juga kita belajar psikologi yaitu untuk bisa nyaman di semua zona. Kami sebagai mahasiswa psikologi harus bisa mengolah atau mengontrol diri kita (self esteem) untuk bisa menempatkan diri atau menyesuaikan diri kita di berbagai kondisi atau situasi.
Kesuksesan seseorang tidak hanya di pengaruhi oleh kecerdasan intelektual (IQ) saja.tidak menjadi jaminan seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi (IQ) dapat mengantarkan kesuksesan ada factor-faktor nonintelektual yang tak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang untuk menjadikannya sukses. Daniel Goleman (2004) berpendapat bahwa kecerdasan intelekttual (IQ) hanya menyumbang 20%  bagi kesuksasan, sedangkan 80% adalah sumbangan  factor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol dersakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Referensi: 
Goleman, Daniel, Emotion Intelligence Kecerdasan Emosional  Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

0 komentar:

Posting Komentar