4.4.19

SRES SEBAGAI STIMULUS DAN RESPON

Sobar Hikmah
173104101172
Mata Kuliah : Psikologi Abnormal
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., M.A

STRES : STIMULUS DAN RESPON

Stres model stimulus menjadi terkenal pada tahun 1940 dan 1950 (Bartlett, 1998). Kemudian pada tahun 1960-an, para ahli psikologi menjadi tertarik untuk mengkaji konsep stres yang ditinjau dari pengalaman psikologis (Lyon, 2012). Sebenarnya, perkembangan teori stres model stimulus berawal dari temuan para peneliti terhadap prajurit militer yang sedang melaksanakan tugas perang (Bartlett, 1998). Tugas ini pun dianggap sebagai penyebab stres yang menyebabkan semakin kesehatan para militer tersebut. Kondisi kesehatan yang memburuk itu disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus yang datang dari luar diri mereka. Rangsangan tersebut merupakan situasi peperangan yang akan dihadapi (Nasib Tua Lumban Gaol).
Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stres, yaitu: stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stress sebagai hubungan antara individu dengan stressor.

a) Stres Sebagai Stimulus
 Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Stress sebagai stimulus dapat dicontohkan: lingkungan sekitar yang penuh persaingan,
b) Stres Sebagai Respon
Respon individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak keluar keringat dst. responrepons psikologis dan fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.

c) Stres Sebagai Interaksi antara Individu dengan Lingkungan
stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan.
Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru bisa mengalami stress manakala kita mempersepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih bisa menahankan tekanan tersebut (yang kita persepsi lebih ringan dari kemampuan kita menahannya) maka cekaman stress belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (baik dari stressor yang sama atau dari stressor yang lain secara bersaman) maka cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
a) Prinsip Homeostatis.
Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan cenderung bersifat merugikan. Menurut prinsip ini organisme selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya. Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada usaha mengembalikannya pada keadaan seimbang.
b) Proses Coping terhadap Stres
Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal dengan proses coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping mempunyai dua macam fungsi, yaitu : (1)Emotional-focused coping dan (2)Problem-focused coping. Emotionalfocused coping dipergunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti penggunaan minuman keras,bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, dst. Sedangkan problem-focused coping dilakukan dengan mempelajari keterampilan-keterampilan atau cara-cara baru mengatsi stres. Menurut Bart Smet, individu akan cenderung menggunakan cara ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan metoda ini sering dipergunakan oleh orang dewasa. Berbicara mengenai uapaya mengatasi Stres, Maramis berpendapat bahwa ada bermacam-macam tindakan yangdapat dilakukan untuk itu, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu (1) cara yang berorientasi pada tugas atau task oriented dan (2) cara yang berorientasi pada pembelaan ego atau ego defence mechanism.Mengatasi stres dengan cara berorientasi pada tugas berarti upaya mengatasi masalah tersebut secara sadar, realistis, dan rasional. Menurut Maramis cara ini dapat dilakukan dengan serangan, penarikan diri, dan kompromi. Sedangkan cara yang berorientasi pada pembelaan ego dilakuakn secara tidak sadar (bahwa itu keliru), tidak realistis, dan tidak rasional. Cara kedua ini dapat dilakukan dengan : fantasi, rasionalisasi, identifikasi, represi, regresi, proyeksi, (MUSRADINUR1, 2016) .

DAFTAR PUSTAKA
1.MUSRADINUR1.2016. Jurnal :STRES DAN CARA MENGATASINYA DALAM
PERSPEKTIF PSIKOLOGI.

https://www.jurnal.ar-raniry.ac.ad/diakses pada 30 maret 2019.

2.Nasib Tua Lumban Gaol.2016. Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional.

https://www.jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/diakses  pada 30 maret  2019.




0 komentar:

Posting Komentar