Berkati Gaho (17.310.410.1162) Mata kuliah : Psikologi Abnormal
Skizofrenia
adalah gangguan jiwa yang termasuk dalam kelompok gangguan neurokognitif
terjadi gangguan dalam proses pikir dan persepsi. Dalam sejarahnya pada awal
tahun 1900, gangguan ini diistilahkan sebagai “dementia praecox” yaitu suatu
kondisi menyerupai demensia dengan gangguan yang menonjol pada kognisi yang
terjadi sebelum waktunya karena banyak mengenai orang-orang usia muda. Pada
tahun 1911, oleh Alfred Bleuler, istilah tersebut kemudian digantikan dengan
“skizofrenia” yang ditandai dengan empat gejala A yang menonjol (Asosiasi yang
abnormal, gangguan Afek, Autisme, dan Ambivalensi). Seseorang
dikatakan menderita skizofrenia jika gejala-gejala skizofrenia sudah dialami
sekitar sekurangnya 1 bulan dan gejala menetap sekurangnya selama 6 bulan. Jika
kurang dari itu maka orang tersebut dikatakan menderita psikotik akut atau
lir-skizofrenia.
Skizofrenia
adalah suatu penyakit otak persisten serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2002).
Berdasarkan
atas kriteria diagnostik yang tercantum dalam DSM IV-TR, maka seseorang
dikatakan menderita skizofrenia bila mengalami dua atau lebih gejala berikut
yang telah berlangsung selama sekurangnya satu bulan lamanya :
1.
Waham/delusi : gangguan isi pikir berupa suatu
keyakinan yang salah, tidak sesuai realita, tidak dapat dikoreksi, dan tidak
sesuai dengan latar belakang sosial dan budaya dari pasien.
2.
Halusinasi : gangguan persepsi di mana respon
muncul tanpa adanya sumber stimulus dari lima panca indera. Halusinasi dapat
berupa halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan,
halusinasi perabaan, halusinasi penghiduan.
3.
Pembicaraan kacau : merupakan gangguan pada
proses pikir, derajatnya bervariasi dari gangguan ringan
seperti derailmenthingga kondisi berat berupa inkoherensia di mana
kata-kata pasien tidak dapat dimengerti lagi sepenuhnya.
4.
Perilaku kacau atau perilaku katatonik
5.
Gejala negatif seperti afek yang terganggu,
ketiadaan pembicaraan, ketiadaan gerakan, sikap menarik diri berlebihan, dll.
Kriteria
tersebut dapat ditegakan bila hanya ditemukan waham yang bersifat bizare (aneh)
atau halusinasi pendengaran berupa suara yang terus-menerus berkomentar atau
menyuruh-nyuruh pasien, atau suara-suara yang bercakap-cakap di antara mereka
sendiri. Selain itu harus ditemukan pula gangguan yang jelas pada fungsi sosial
dan pekerjaan. Masa awal kondisi ini dapat berlangsung beberapa bulan hingga
tahunan dengan perilaku menarik diri yang sangat menonjol atau perubahan pada
perilaku dan emosi. Kemungkinan kondisi organik, penyalahgunaan zat, dan
gangguan mood harus sudah disingkirkan.
Contoh kasus :
Tn. B
adalah seorang pria single berusia 26 tahun. Dua
bulan lalu, ia baru saja putus dari pacarnya yang sudah dipacarinya selama 5
tahun dan sudah berencana untuk menikah tahun depan. Semenjak putus dari
pacarnya, ia menjadi pendiam dan banyak mengurung diri di kamar. Kondisi ini
berlangsung dalam jangka waktu lama dan sejak satu bulan lalu menurut
keluarganya, ia berubah. Tn.B tidak mau mengurus dirinya sendiri, tidak mau
makan dan tidak mau mandi. Untuk makan Tn.B sampai perlu dipaksa oleh
keluarganya, ia selalu curiga bahwa makanan yang diberikan pada dirinya
mengandung racun hingga ia mati-matian menolak untuk makan makanan tersebut
padahal makanan tersebut dimasak langsung oleh ibunya sendiri. Ia hanya mau
makan jika membeli di luar, itu pun jika makanan itu dibelinya sendiri.
Tn.B
juga sering kali nampak melamun dan jika diajak bicara kadang-kadang menjawab
tidak sesuai dengan ditanyakan. Pembicaraannya kacau dan tidak dapat dimengerti
oleh orang-orang di sekitarnya. Ia berkali-kali marah tanpa alasan yang jelas
dan membawa-bawa pisau di dalam rumah. Perilakunya ini menyebabkan keluarganya
ketakutan dan ketika ayahnya bertanya mengapa ia melakukan hal itu, ia
mengatakan mendengar suara orang yang menyuruhnya. Beberapa kali keluarganya
memergoki bahwa ia tidak tidur di malam hari dan kadang-kadang mengatakan ia
ketakutan karena ada mahluk halus di dalam kamarnya. Pada satu kesempatan, Tn.B
nampak berbicara sendiri seperti bercakap-cakap dengan orang yang tidak
kelihatan. Karena perilakunya mengancam orang-orang di sekitarnya, akhirnya
Tn.B dibawa ke psikiater dan dari pemeriksaan diketahui bahwa bibinya dari
pihak ayah mengalami gejala serupa dengan Tn.B.
Jadi marilah
kita mengenali lebih lanjut apa penyebab penyebab terjadinya skizofren supaya
kita dapat mencegah terjadinya skizofren pada orang orang yang kita sayangi,
selain itu juga agar kita dapat mengetahui lebih jelasnya bagaimana ciri ciri
orang yang mengalami skizofren. Agar dapat diproses dengan cepat.
Referensi
:
Dr.Fransiska
2012. Mengenal Skizofernia dalam https://www.kompasiana.com/dr.fransiska/551a28008133116a7e9de0ed/ Diakses pada tanggal 2 Desember 2012
Stuart.
2002. Skizofernia Dalam https://www.researchgate.net/publication/324264901_ Di
akses pada 4 April 2018
|
0 komentar:
Posting Komentar