“KETERBATASAN FISIK BUKAN PENGHALANG”
Nama : Meissy
Bella Sari
Nim :
163104101143
Mata Kuliah :
Psikologi Humanistik
Di dunia
ini tidak semua orang terlahir dengan sempurna. Sebagian manusia ada yang
memiliki kekurangan. Baik kekurangan material, bahkan kekurangan fisik. Mereka
yang memiliki kekurangan, jika tidak mampu untuk menyadari bahwa diri mereka
berharga dan mampu melakukan apa yang orang lain sebagian dari mereka ada yang
merasa depresi, tidak berdaya, bahkan mereka memilih unutk mengakhiri hidup.
Namun, mereka yang mampu menyadari bahwa diri mereka adalah invidu yang
berharga dan merasa bahwa mereka sama dengan individu lain, mereka mampu
menjalani kehidupan seperti orang-orang normal. Sebagian dari mereka ada juga
yang melakukan hal yang luar biasa dengan kekurangan yang mereka miliki.
Menurut Seligman,
“Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan; psikologi juga
adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya memperbaiki
yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada
dalam diri kita.” Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari
psikologi patogenis yang hanya berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi
positif, yang berfokus pada kelebihan manusia.
Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti
bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Menurut
Seligman dan Csikszentmihalyi (2000), psikologi positif memiliki tiga dimensi yaitu pada level
subyektif, individual, dan grup/kelompok.
·
Pada
level subyektif, tingkatan dari psikologi positif seperti
perasaan senang, bahagia, nyaman, dan sebagainya yang mana hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut.
·
Pada
level individual, terlihat sebuah pola perilaku yang dapat
diamati oleh individu lain dan lebih bersifat eksternal jika dibandingkan
dengan level subyektif yang hanya sebatas internal individu, lebih fokus pada positive
individual traits
·
Pada
level kelompok, psikologi positif berfokus pada mengembangkan,
menciptakan, dan menemukan suatu situasi yang positif dimana lebih kearah
lingkungan bagaimana lingkungan tersebut dapat menciptakan sebuah kekuatan
individu.
Asumsi
dasar psikologi positif adalah “The Good Life”, dimana merupakan kombinasi dari
tiga elemen yakni hubungan yang positif dengan orang lain (positive
connections to other), pribadi yang positif (positive individual),
serta karakter atau kepribadiaan dan regulasi kehidupan yang berkualitas (traits
and life regulation qualities).
Salah satu
kasus yang dapat dijadikan contoh yaitu kisah dari seorang pria dewasa berusia
33 tahun berinisial YS yang mengalami keterbatasan fisik hanya memiliki 2 kaki
kecil tanpa lengan dan tangan. Awalnya YS sempat merasakan depresi begitupula yang dirasakan ibu YS. Namun dengan
besar hati YS mampu menerima kekurangan yang harus dialaminya, YS menyadari
keterbatasannya itu tentu saja akan merepotkan banyak orang, namun ia bertekad
untuk mampu berguna bagi orang lain dan kekurangan itu bukan penghalang
baginya. Meskipun melakukan aktivitas sehari mengalami kesulitan namun ia
berusaha untuk menyelesaikan sesuai dengan kemampuannya tanpa ingin merepotkan
orang lain, untuk mengisi kesehariannya YS memilih menjadi guru mengaji di
rumahnya tanpa meminta bayaran dari setiap anak muridnya hal tersebut merupakan
kebahagiaan tersendiri baginya. Murid-muridnya kebanyakan adalah anak-anak SD
di sekitar perumahannya yang datang kepadanya
untuk menimbah ilmu membaca Iqra dan Al-qur’an.
Analisa pada kasus di atas
jika di kaitkan dengan psikologi positif di lihat dari 3 dimensi yakni level subjektif, level individu dan
level kelompok. Pada level subjektif, tergambarkan bagaimana YS yang
merasakan kebahagian dan kenyamanan tersendiri ketika ia memutuskan menjadi
guru mengaji meskipun kondisinya seperti itu. Pada level individual,
bisa diamati melalui pola perilaku yang ditunjukkan oleh YS selama masa
hidupnya, yang tetap berjuang dalam segala keterbatasannya mengajarkan para
murid-muridya. Dan terakhir pada level kelompok, dibalik kondisi yang
serba kekurangan, YS menciptakan kekuatannya melalui situasi- situasi positif
yang ia ciptakan sendiri di dalam lingkungannya yakni salah satunya tadi dengan
mengajar.
Selain itu YS juga
mencapai asumsi dasar di dalam psikologi positif yakni The Good Life. Asumsi
tersebut memiliki 3 komponen dimana YS selalu menjalin hubungan
yang positif dengan orang lain (positive connections to other), memiliki
pribadi yang positif (positive individual), serta menciptakan
karakter/kepribadiaan dan regulasi kehidupan yang berkualitas (traits and
life regulation qualities). hal ini nampak semasa hidupnya saat YS
memutuskan untuk mengajar, bertemu dengan murid-muridnya, menjalin hubungan
yang baik dengan murid-muridnya.
Jadi dapat disimpulkan Psikologi positif
menekankan pada kebahagiaan, keunggulan,
dan pengoptimalan fungsi kemanusiaan. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan
kebahagian dalam kehidupannya, manusia juga memiliki keunggulan pada dirinya,
dan untuk mendapatkan kebahagiaan serta mampu memiliki keunggulan, setiap
manusia harus mampu mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya. Dan mencapai “the good life” tentunya tidak
terlepas dengan menjalin hubungan positif dengan orang lain, memiliki pribadi
yang positif, serta menciptakan karakter atau kepribadian yang berkualitas.
Martin
Seligman.
Irawan,
Nova Eka. (2015). Pemikiran Tokoh-tokoh
Psikologi dari Klasik sampai Modern.IRCISOD
0 komentar:
Posting Komentar